Mohon tunggu...
Muhammad Sevaja Ansas
Muhammad Sevaja Ansas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

facta sunt potentiora verbis

Selanjutnya

Tutup

Politik

The Spanish Civil War (1936-1939): Vis a Vis Ideologi dan Implikasinya terhadap Gerakan Kemerdekaan Catalunya

23 Desember 2022   18:15 Diperbarui: 23 Desember 2022   19:45 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catalunya atau Catalonia merupakan salah satu wilayah otonom di Spanyol dengan luas 32.114 km persegi. Wilayah yang terletak di sudut timur laut Spanyol yang berbatasan langsung dengan Prancis dan Andorra ini terdiri dari empat provinsi, yakni Barcelona, Girona, Lleida, dan Tarragona. Ibukotanya terletak di Barcelona. Catalunya memiliki akses atau terhubung langsung dengan Laut Tengah atau dalam bahasa Latin disebut Laut Mediterania (Mare Mediterraneum). 

Meskipun wilayah Catalunya berada dalam wilayah negara Spanyol, namun Catalunya memiliki keunikannya tersendiri, mulai dari etnis yang berbeda, bahasa yang berbeda, sisi historis, serta budaya yang cukup berbeda dari mayoritas penduduk Spanyol yang merupakan etnis atau bangsa Spanyol. Bahasa Katalan (catala) berasal dari rumpun bahasa Roman dipertuturkan oleh sekitar 12 juta orang. Menjadi bahasa resmi negara Andorra dan bahasa resmi lain dengan bahasa Spanyol, di Katalonia (Catalunya), Valencia (Pais Valencia), Kepulauan Balearic dan kota di Pulau Sardinia Alghero (l'Alguer). 

Juga diucapkan di sebagian Aragon dan Murcia, Rousillon (Rossell) di Prancis Selatan, meski tak memiliki status resmi. Bahasa Katalan berkerabat paling dekat dengan bahasa Oksitan dan bahasa Aragon, namun memiliki banyak kesamaan juga dengan bahasa lainnya, seperti Spanyol, Prancis, Portugis, dan Italia, karena akar Roman yang sama. Etnis atau bangsa Catalunya juga merupakan kelompok etnis Latin yang dibentuk oleh orang-orang dari, atau dengan asal usul dari Catalunya, yang juga merupakan kebangsaan wilayah timur laut Spanyol.

Etnis atau bangsa ini mayoritas berada di wilayah Catalunya yang berada di negara Spanyol, daerah cakupan mereka lebih luas daripada itu, seperti Valencia dan Kepulauan Balearic yang berada di Spanyol, Catalunya Utara (Roussillon) di Prancis, Andorra, Alghero yang berada di wilayah Italia, dan beberapa wilayah lainnya. Catalunya menjadi salah satu wilayah vital bagi kelangsungan negara Spanyol khususnya dalam perekonomian. Barcelona yang berada di wilayah Catalunya juga menjadi salah satu kota yang memegang peranan penting untuk kekayaan khazanah Spanyol, mulai dari seni, industri olahraga, arsitektur, dan sebagainya.

SEJARAH DAN DINAMIKA PERANG SAUDARA SPANYOL SERTA IMPLIKASINYA

Spanyol merupakan salah satu negara dengan permasalahan sosial-politik dan sisi historis yang begitu kompleks. Tanah matador itu kerap identik dengan pemberontakan dan perjuangan, dari revolusi sayap kiri yang berbasis secara masif di Catalunya, Basque dan Aragon, corak Monarki yang kuat, sampai kediktatoran fasis pun pernah hadir, tak lupa nasionalisme kewilayahan memberi warna pertarungan ideologi dalam rentetan sejarah Spanyol, bahkan tidak jarang spektrum ideologi ini saling vis a vis. 

Perang Sipil Spanyol yang membawa Catalunya dalam pertarungan, berawal dari respon berbentuk pemberontakan terhadap tuan tanah atau latifundia atas sistem feodal yang menimbulkan ketidakadilan dan bersifat eksploitatif terhadap masyarakat saat itu. Klimaksnya, ketika dua pimpinan monarki saat itu, Raja Amadeo I dari Dinasti Savoy dan Ratu Isabella II yang berasal dari Dinasti Bourbon, turun dari singgasananya. 

Kemudian lahirlah Republik Spanyol Pertama yang berdiri pada 11 Februari 1873 yang diproklamasikan oleh anggota parlemen, namun nahas eksistensinya hanya seumur jagung karena berhasil digulingkan dan monarki kembali hadir. Pada abad yang bersamaan, abad ke-19 pada paruh kedua, Catalunya mengalami industrialisasi. Karena kekayaan dari ekspansi industri tumbuh, Catalunya melihat ini sebagai awalan dalam kebangkitan budaya dengan di satu sisi paham nasionalisme mulai perlahan menunjukkan keberadaannya sehingga banyak berimplikasi pada munculnya berbagai gerakan pekerja. 

Spanyol terus mengalami pergolakan. Perlawanan terhadap monarki dan segala bentuk otoritas yang cenderung eksploitatif terus dilakukan oleh kaum republik, sosialis, anarkis, juga nasionalis dari Basque dan Catalunya (Catalonia). Pada 1909, terjadi serangkaian konfrontasi karena kemiskinan akut dan terutama kebijakan pemerintah mempekerjakan rakyatnya untuk menjadi tentara di tanah kolonial. 

Pergolakan muncul kembali pasca Perang Dunia Pertama. Saat itu gerakan kelas pekerja dibantu oleh sebagian kalangan militer, berusaha untuk membersihkan pemerintahan yang korup, namun sayang harus gagal. Setelah itu, estafet kekuasaan hanyalah berumur jagung dan rezim saat itu masih berkutat pada supremasi kelompok sayap kanan.

Sebelum Perang Sipil Spanyol 1936-1939, Gerakan Kemerdekaan Catalunya atau dalam bahasa Katalan disebut Independentisme Catala sudah terlebih dahulu eksis. Gerakan ini mengupayakan kemerdekaan penuh Catalunya dari Spanyol, dengan simbol yang melekat dari gerakan ini yakni bendera Estelada. Tahun 1922, menjadi start dimulainya gerakan politik ini ketika Francesc Macia mendirikan partai Estat Catala (Negara Catalan) dan juga lahirnya Accio Catalana, kedua partai ini menjadi respon atas kekecewaan dengan strategi baru dari Catalanisme Konservatif. Bahkan jauh sebelum 1922 ini, tepatnya dasawarsa 1890-an, sudah ada beberapa gerakan politik ataupun partai politik seperti, Center Nacional Catala, Unio Regionalista, dan masih banyak lagi. 

Namun corak keinginan merdeka dari gerakan-gerakan dan partai tersebut tidak begitu mencolok, kepentingan yang mereka bawa tidak lepas dari keinginan untuk bisa diakomodasi atau difasilitasi dalam memenuhi nafsu politik atau dalam meraih kursi parlemen, dan lain sebagainya. 

Hingga Juli 1918, muncullah organisasi independen yang memperjuangkan kemerdekaan Catalunya secara konsekuen dan cukup masif yakni Comite Pro Cataluna sebagai organisasi yang lahir dari Unio Catalanista yang diketuai oleh Vicenc Albert Ballester. Nama Vicenc Albert Ballester ini cukup lekat dengan gerakan-gerakan pro-kemerdekaan Catalunya karena beliaulah yang merancang dan memunculkan bendera Estelada -terinspirasi dari bendera tradisional Catalunya dan dipadukan dengan model bendera Kuba dan Puerto Rico- yang nantinya tidak pernah terpisahkan dari perjuangan gerakan-gerakan kemerdekaan Catalunya.

Dalam buku The Battle for Spain: The Spanish Civil War 1936-1939, Antony Beevor yang dilansir dari tirto.id, menjelaskan Perang Sipil Spanyol merupakan puncak polarisasi politik yang telah berkembang selama beberapa dekade antara kaum republik dengan kaum nasionalis. 

Kaum republik terdiri dari pekerja, buruh tani, kelas menengah terdidik, dan kelompok kiri secara luas; sementara kaum nasionalis terdiri dari orang-orang yang berada di spektrum kanan, seperti militer, gereja (Katolik Roma), aristokrat konservatif, dan simpatisan atau hamba monarki. 

Mengutip laman History, pada 18 Juli 1936, bisa dikatakan sebagai rentetan yang mencapai klimaks dari Perang Saudara Spanyol yang rentetannya sudah pecah pada sebelumnya, Franco sebagai jenderal pemimpin angkatan bersenjata saat itu menyebarkan pesan dalam rangka memobilisasi perwira lain untuk turut serta mengkudeta pemerintahan sayap kiri yang dipimpin Presiden Manuel Azana atas kemenangannya pada pemilu 1936. Pada Perang ini terjadi pula proxy war, yang dimana kaum nasionalis mendapat dukungan dan bantuan dari koalisi fasis mereka dari luar negeri, seperti Italia dan Jerman. 

Sedangkan kaum republik didukung oleh Uni Soviet (Brigade Internasional yang didirikan oleh Komintern), Meksiko, dan Amerika Serikat dengan Brigade Lincoln-nya. 1937, menjadi pembuka dari kemenangan kaum nasionalis dengan cukup banyak wilayah yang berhasil dikuasai. Hingga akhirnya Catalunya berhasil dikuasai pada 1939. Kaum nasionalis berhasil memenangkan perang sipil setelah kaum republik menyerah pada 29 Maret 1939 yang sekaligus menyerahkan Madrid ke tangan Franco.

Nasionalisme yang mulai dibangun oleh Franco jelas bercorak fasisme-totalitarianisme. Sejak 1939, yakni masa kepemimpinan Jenderal Franco yang diktator inilah pergolakan warga Catalunya terhadap pemerintah Spanyol mulai berkobar. 

Spanyol di bawah cengkeraman Franco menjalankan kebijakan-kebijakan dan aturan yang bersifat kontroversial, represif, dan menimbulkan disintegrasi. Jenderal Franco menghendaki secara kuat sentralisasi kekuasaan sehingga desentralisasi dalam bentuk status otonomi, khususnya untuk wilayah Catalunya dihapuskan yang dimana otonomi ini sudah diberikan jauh sebelum Franco memimpin. Implikasi dari sentralisasi kekuasaan ala Franco jelas sebagaimana Fasisme yang menolak pluralisme dan segala bentuk perbedaan politik, maka yan hadir ialah "penyeragaman" tidak hanya ideologis, namun juga sosial, budaya, dan sebagainya. 

Hadirlah kebijakan penyeragaman ini atas konsekuensi yang lahir dari sentralisasi tersebut. Pengontrolan dan penyensoran berbagai macam budaya yang dijalankan oleh Franco kerap kali berlebihan. Keinginannya dalam "menasionaliskan" masyarakat, tidak lebih hanya sebagai penghancuran terhadap budaya setempat. Selain otonomi Catalunya, maka bahasa Catalunya pun terkena imbasnya karena undang-undang serta pengakuannya dicabut olehnya, ia mewajibkan penggunaan bahasa Spanyol secara masif dan holistik.

Indikator demokrasi seperti kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berserikat yang mengandung nilai HAM menjadi barang yang sangat mahal di bawah rezim Franco. Bagaimana tidak? segala bentuk ekspresi dan pendapat seperti protes ditanggapi secara keji, didukung dengan salah satu ciri fasisme, yakni selain aparatus ideologi terdapat pula aparatus represif, semakin menyempitkan ruang-ruang tersebut. Imbasnya, penjara-penjara dipenuhi tahanan politik. Ribuan Catalan --sebutan untuk orang Catalunya-- dieksekusi antara 1938 hingga 1953. Penyeragaman ideologis memaksa pemberangusan keberadaan kelompok di luar spektrum kanan. 

Orang-orang komunis, liberal, demokrat, hingga separatis-nasionalis kewilayahan yang memperjuangkan wilayah Catalunya dan Basque dibubarkan dan dilenyapkan. Franco mengganyang Partai Nasionalis Basque serta berupaya melenyapkan gerakan kemerdekaan Basque. Serikat pekerja Confederacion Nacional del Trabajo (CNT) dan Union General de Trabajadores (UGT) dilarang. Partai Pekerja Sosialis Spanyol dan Esquerra Republicana de Catalunya diberhentikan. Sementara Partai Komunis terpaksa bergerak di bawah tanah.

Menyongsong dasawarsa 1960-an dalam rangka menggenjot perekonomian Spanyol, maka Franco berinisiatif untuk mengubah kebijakan ekonomi. Salah satu caranya yakni dengan menjadikan wilayah Catalunya sebagai kawasan pusat perindustrian yang dimana Catalunya sebelumnya sudah memiliki kesiapan dan modal karena sebelumnya pernah dilaksanakan industrialisasi di sana. 

Perkembangan industri dan ekonomi yang cukup pesat di Catalunya sehingga menjadi salah satu wilayah penopang perekonomian Spanyol, tidak diselaraskan dengan kebijakan dan perlakuan yang konkret dari pemerintah Spanyol. 

Tidak adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja untuk pekerja, upah pekerja pabrik sangat memprihatinkan, semua bentuk pemogokan dan aksi protes pekerja sangat ditentang atau tidak diperbolehkan sama sekali. Dari semua hal tersebut, jelas merefleksikan terjadinya eksploitasi manusia, mereka tidak lagi menjadi manusia yang dapat menjalankan esensinya, mereka dipaksa untuk menjadi "mesin yang bekerja secara statis".

Menjelang 1970, terungkap dalam Inventive City-Regions: Path Dependence and Creative Knowledge Strategies (2016) karya Marco Bontje dan Sako Musterd, dilansir dari tirto.id, mulai kembali muncul gerakan pro demokrasi dan kebebasan sosial-politik, antara lain dari Assemblea de Catalunya dan Federation of Neighbourhood Associations Barcelona (FAVB). Anti-franco menjadi salah satu seruan utama mereka sejalan dengan konteks era saat itu yang masih di bawah kepemimpinan Franco. 

Selain itu, gerakan-gerakan ini juga berjuang menuntut kebebasan politik dan sosial, amnesti bagi tahanan politik, pembangunan kembali hak otonomi Catalunya, serta menggalang kekuatan dengan gerakan-gerakan pro-demokrasi lainnya di Spanyol seperti di Basque, Galicia, Andalusia, dan lain-lain. Namun keinginan-keinginan tersebut pada era-era selanjutnya hingga sekarang, semakin lama semakin ingin melangkah jauh, yakni kemerdekaan seutuhnya dari kerajaan Spanyol, yang digaungkan oleh berbagai gerakan-gerakan lainnya dan secara individu.

Alhasil, perjuangan mereka tidak sia-sia, setelah Franco meninggal dunia pada 1975, kekuasaan beralih pada Raja Juan Carlos, sosok yang menjadi antitesa dari Franco dimana beliau membawa orientasi kekuasaan yang lebih demokratis, begitu juga dengan hak-hak otonomi di berbagai wilayah dipulihkan kembali, salah satunya seperti Catalunya.

Otonomi Catalunya bukan menjadi hal yang dapat menenangkan masyarakat Catalunya. Asa kemerdekaan masih saja terus bergejolak di benak hampir seluruh masyarakat Catalunya. Setiap tahun persentase suara untuk menginginkan kemerdekaan cukup masif dan mengalami kenaikan signifikan. Gelombang suara dan keinginan ini semua menjadi titik berangkat dari otoritas Catalunya untuk menggelar referendum pada 1 Oktober 2017. Hasilnya 2.044.038 suara atau sekitar 92 persen menginginkan kemerdekaan Catalunya. 

Hasil tersebut tidak menjadikan pemerintah Spanyol rela untuk melepaskan Catalunya dari pangkuannya, mereka tetap bersikeras bahwa referendum tersebut tidak sah karena dukungan suara tersebut ilegal. Sebelum referendum tersebut, terjadi demonstrasi dengan terjadinya beberapa perusakan terhadap mobil polisi. 

Gelombang suara pro-kemerdekaan serta demonstrasi yang banyak hadir tidak lepas dari dua gerakan politik yang mempunyai banyak massa dan masif secara gerakan, yaitu Omnium Cultural yang dipimpin Jordi Cuixart dan Asosiasi Majelis Nasional Catalunya (ANC) yang dipimpin Jordi Sanchez. Alhasil mereka berdua ditahan karena dituduh melakukan penghasutan dan provokasi kepada ratusan demonstran. Penahanan dua pemimpin tersebut menghasilkan gelombang kritik terhadap pemerintah Spanyol, mulai dari Amnesti Internasional, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), PEN Internasional, dan masih banyak lagi.

Hingga kini, keinginan merdeka sepenuhnya dari masyarakat Catalunya tidak pernah padam meskipun tindakan represif selalu menghantui mereka. Gerakan-gerakan pro-kemerdekaan selalu mempunyai cara dalam rangka memerdekakan Catalunya, entah itu jalur politik, media, bahkan sampai ke ranah olahraga, khususnya sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun