Mohon tunggu...
Muhammad Septian
Muhammad Septian Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang antusian sastra yang hobi: Menulis, membaca dan berselancar di kanal satsra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa dalam Pelestarian Bahasa Daerah di Tengah Gempuran Bahasa Asing

12 Mei 2023   15:30 Diperbarui: 12 Mei 2023   15:31 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan rumah bagi ribuan bahasa dan dialek yang unik. Bahasa-bahasa tersebut merupakan warisan nenek moyang serta menjadi identitas yang penting bagi masyarakat Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan pesat dalam bidang teknologi dan globalisasi telah berdampak besar terhadap cara orang berinteraksi dan berkomunikasi. Hal ini menyebabkan penurunan penggunaan bahasa daerah di negara tersebut, karena semakin banyak orang yang mulai menggunakan bahasa asing.

Dalam konteks ini, peran mahasiswa Indonesia dalam melestarikan bahasa daerah menjadi semakin penting. Sebagai pemuda Indonesia, mereka harus berkordinasi untuk memastikan bahwa bahasa ibu mereka tidak hilang dalam gelombang globalisasi yang semakin masif. Saya akan membahas peran mahasiswa di Indonesia dalam pelestarian bahasa daerah di tengah pengaruh bahasa asing di era digital.

Pertama, mahasiswa Indonesia harus menjadi pendukung pelestarian bahasa daerah. Saat mereka berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai macam negara mapun daerah, mereka dapat mempromosikan pentingnya berbicara dalam bahasa sendiri. Misalnya, mereka dapat mulai menggunakan bahasa mereka dalam percakapan sehari-hari, terutama di platform media sosial; instagram, facebook dan sebagainya. yang mana merupakan tempat dimana komunikasi dalam skala besar dapat terjadi. Dengan demikian, mereka tidak hanya membantu melestarikan bahasa itu sendiri tetapi juga meningkatkan kesadaran sesama tentang pentingnya menggunakan bahasa daerah.

Kedua, siswa harus membuat konten online yang mempromosikan penggunaan bahasa daerah. Dengan menjamurnya media digital, mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai platform untuk membuat konten yang menonjolkan perbedaan budaya. Misalnya, mereka dapat membuat blog, saluran YouTube, dan podcast yang menyampaikan pengetahuan tentang bahasa atau dialek daerah tertentu. Media ini dapat menjangkau khalayak luas dan dapat menjadi cara yang efektif untuk menghubungkan kembali masyarakat dengan akar budaya mereka.

Ketiga, mahasiswa Indonesia dapat berpartisipasi dalam inisiatif pelestarian bahasa yang diselenggarakan oleh universitas dan komunitas lokal. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat belajar lebih banyak tentang kekayaan budaya mereka, dan menunjukkan komitmen mereka untuk melestarikannya. Kegiatan tersebut dapat berupa program pertukaran budaya, sosialisasi budaya, dan lomba bahasa daerah. Inisiatif ini tidak hanya mempromosikan bahasa daerah tetapi juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperluas perspektif mereka di luar lingkungan terdekat mereka.

Terakhir, organisasi kemahasiswaan yang mempromosikan bahasa daerah harus dibentuk di perguruan tinggi. Organisasi-organisasi ini dapat berfungsi sebagai platform bagi siswa untuk berkolaborasi dan memobilisasi upaya dalam melestarikan bahasa mereka. Para mahasiswa dapat  membuat program dan acara yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat dalam mempromosikan keberlangsungan bahasa daerah. Organisasi-organisasi ini juga dapat bermitra dengan lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk memastikan inisiatif pelestarian bahasa berkelanjutan dan efektif.

Kesimpulannya, peran mahasiswa Indonesia dalam melestarikan bahasa daerah menjadi sangat penting di era digital. Partisipasi mereka begitu penting selaras dengan pesatnya kemajuan teknologi dan globalisasi. Maahasiswa Indonesia harus menjadi pendukung penggunaan bahasa daerah, membuat konten online, berpartisipasi dalam inisiatif pelestarian bahasa, dan mendirikan organisasi kemahasiswaan. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa warisan budaya mereka tetap hidup di era digital sekaligus melindungi identitas budaya mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun