Untuk memeriksa kebenaran berita, lihatlah (perhatikan kata-katanya, gambarnya, videonya) apakah berita itu condong pada salah satu pihak apa tidak. Berita yang benar memberikan data yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Periksa video lengkap apa tidak (terpotong), lihat kualitasnya (gambar/video hasil editan berkali-kali akan semakin rusak resolusinya, buram). Berita yang tidak seimbang, adalah salah satu tanda berita palsu.
Seandainya berita sudah benar, pikirkanlah apakah itu penting. Tiap informasi punya konsumennya masing-masing. Nilai mata uang dollar terhadap rupiah atau bitcoin tidak penting untuk grup pengajian, berita ditemukannya pulau baru di antartika tidak penting untuk grup keluarga, meskipun kedua berita itu benar adanya.
Bila suatu berita memang benar dan penting, coba bayangkan apakah itu relevan atau pantas untuk dibagikan. Contoh, berita kematian anggota keluarga sendiri di kirim ke grup bisnis. Beritanya benar dan juga penting tapi tidak pantas untuk dikirim pada teman bisnis yang tidak kenal siapa itu yang meninggal (kecuali keperluan ijin dll sebagai alasan).
Nampaknya, semakin banyak kemudahan dari perkembangan teknologi informasi berbanding lurus dengan keharusan kita untuk introspeksi diri. Atau kita sudah siap menukar kerukunan kita dalam bersosial dengan media sosial itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H