Saking kuatnya tradisi ini, orang Madura yang hidup diperantauan pun masih tetap setia melakukannya. Komunitas-komunitas perantau Madura di Surabaya, Bogor, Jakarta bahkan di Malaysia, Arab dan Korea pun masih menggelar tradisi serupa meskipun sebatas di lingkup komunitasnya saja.
Khusus untuk tradisi mengingat nama dan jalur silsilah keluarga, memang memiliki keunikan tersendiri. Di satu sisi bahkan menjadi pembeda antara suku Madura dan suku lainnya. Meski tanpa adanya pemberian gelar (nama) marga di belakang nama sendiri seperti orang Batak (Ginting, Jung, Nababan dst.) dan Bali (Putu, Made, Nyoman dst.), namun orang Madura telah terbiasa mengingat nama dan silsilah sejak dulu kala.
Bagi kita, orang yang tidak mampu mengingat nama atau silsilah keluarga punya nilai rada negatif. Ia akan dicap sebagai orang yang "tak taoh bheleh" (orang yang tidak peduli sanak familinya). Ini tergambar pada slogan K-Conk Mania (Supporter Madura United) yang berbunyi "Salam Settong Dere" yang secara bahasa berarti Salam Satu Darah, dan secara istilah bermakna "Satu Keturunan yang Harus Saling Mendukung dan Saling Menjaga Nama Baik antar Orang Madura".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H