Menulis telah menjadi budaya berbarengan dengan peradaban manusia. Kita sudah menulis di papyrus, tulang, batu, logam dan kertas setelah Tsai Lun menemukan kertas pada tahun awal abad ke-2 yang lalu.Â
Pada zaman modern ini bahkan kita sudah biasa menulis secara digital baik dibantu software di PCÂ atau aplikasi di smartphone.
Menulis adalah mengonversi bahasa lisan, ide atau pesan melalui karakter (huruf-kata-kalimat) agar bahasa itu bertahan lama dan bisa digunakan untuk memudahkan proses komunikasi lintas ruang dan waktu.Â
Kita menulis untuk banyak hal, mengingat pelajaran, mencatat hal-hal penting dan banyak lagi manfaat dari aktivitas menulis lainnya.
Menulis juga menjadi hobi dan pekerjaan. Dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan menulis, mutlak yang harus dilakukan pertama adalah banyak menulis. Di sinilah kadang kita menemukan hambatan, kadang diserang rasa malas atau kering-nya ide membuat kita terhenti menulis.
Berikut beberapa tips agar kita tetap produktif menulis.
1. Ingat tujuan utama menulis.
Tulis tujuan kita menulis, di karton atau benda lain yang rapi, tempelkan di dinding kamar sehingga bisa terbaca setiap hari.Ini sangat penting, mengingat kembali tujuan utama kita dalam menulis akan mengembalikan mood kita yang hilang.Â
Bahwa menulis adalah tentang kebiasaan, semakin hilang kebiasaan itu maka semakin hilang pula kemampuan menulis kita.
2. Mencari ide dari hal-hal yang terjadi tepat di sekitar kita.
Ide merupakan inti dari tulisan. Tanpa ide, tidak ada yang bisa ditulis. Cobalah mencari ide dari benda-benda di sekitar kita, lalu pikirkan apa saja yang bias dijadikan bahan tulisan.Â
Misalnya, di sekitar kita ada keripik singkong, tanyakan, produk ini dari perusahaan apa, bagaimana cara membuatnya, siapa saja penikmatnya, kenapa ada disitu, berapa harganya, apakah kandungan gizinya atau kenapa keripik ini hanya ada di Indonesia, tidak ada di Negara lain di dunia.Â
Dari keripik saja kita sudah bisa atau memiliki ide untuk ditulis. Belum lagi masalah-masalah kompleks lainnya. Percakapan tentang masalah yang ada di tetangga, masalah sosial, atau pribadimu sendiri.
3. Menulis tidak usah panjang-panjang, yang penting komitmen untuk menulis setiap hari.
Saya pribadi menggunakan media sosial untuk aktif menulis. Karena secara pribadi saya suka sastra, setiap hari saya mewajibkan diri sendiri untuk menulis. Dengan komitmen dan menjadikannya sebagai kebiasaan, menulis bukanlah hal yang membutuhkan persiapan lagi.
4. Ikuti kelompok, grup atau perkumpulan kepenulisan.
Banyak tersebar di media sosial, baik Facebook, Instagram atau grup WhatsApp. Menulis dan berbagi ide dengan penulis lain akan membuka pengertian baru, memperkaya sudut pandang, terutama banyak-banyaklah berdiskusi dengan orang yang kredibilitasnya dalam menulis sudah terbukti. Baik guru dosen dsb.
5. Sadari bahwa setiap kualitas butuh proses.
Tidak ada bakat, tidak ada mukjizat dalam dunia menulis. Yang ada adalah seberapa banyak dan seberapa mempu kita untuk tetap menjaga semangat menulis itu sendiri.Â
Dulu saya bercita-cta menjadi seorang penulis, tapi saya pikir, penulis itu adalah takdir, dan saya bukan salah satu orang yang beruntung untuk ditakdirkan menjadi seorang penulis.Â
Namun pemikiran yang demikian itu saya lupakan dan mulai menjalin banyak komunkasi dengan senior (penulis lainnya).Â
Dalam prosesnya, menjadi penulis itu tidak perlu diperjuangkan dalam bentuk aktifitas yang menyiksa seperti anti sosial (mengurangi aktifitas sosialisasi dengan masyarakat karena ingin aktif menulis) dll.Â
Bahkan, sosialisasi itu justeru menambah banyak ide lagi untuk ditulis. Yang terpenting dalam hal ini adalah manajeman waktu. Cobalah, luangkan 15 menit saja sebelum tidur untuk menulis ringkasan kejadian tertentu hari ini. Dan jadikan itu sebagai kebiasaan.
6. Paksa diri untuk menulis meskipun hanya satu kalimat setiap hari.
Apa ini bercanda? Tidak. Saya serius. Satu kalimat yang ditulis pada saat malas, atau saat kekurangan ide itu adalah bukti komitmen kita sendiri untuk menjadi penulis.Â
Buktikan saja, setelah itu semua bisa dilakukan, pasti menulis akan menjadi kebiasaan yang tak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah terbiasa, disitulah selanjutnya kita bisa merencanakan hal-hal lain yang lebih serius. Misal, membuat cerpen, puisi, esai, opini, atau bahkan novel. Tanpa kebiasaan menulis. Menjadi penulis hanya akan menjadi mimpi yang tidak akan pernah tercapai.
Selamat menjadi penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H