Nama             : Muhammad Salman Alparisi
Nim              : 2410416110017
Prodi             : S1 Geografi
Fakultas          : FISIPÂ
Universitas       : Universitas Lambung Mangkurat
Matkul            : Lahan Basah
Dosen pengampu : Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Si.
Pengertian Lahan Basah
Lahan basah atau wetland merupakan area di permukaan bumi berupa daratan yang terendam air. Perendaman ini bisa bersifat tetap (sepanjang tahun) atau sementara (musiman).
Lahan basah dikenal memiliki kadar air yang tinggi dan kesuburan tanah yang baik. Ciri khas utama dari lahan basah adalah permukaan air yang tidak dalam, berada dekat dengan permukaan tanah, serta ditumbuhi oleh tumbuhan khusus yang beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Salah satu karakteristik penting lahan basah adalah keberadaan genangan air yang konsisten. Pada kasus genangan musiman, area tersebut akan tergenang air khususnya saat musim penghujan tiba.
Sifat tanah lahan basah yang selalu basah menyebabkan air dapat menggenangi seluruh permukaan lahan. Ketika terjadi genangan berkala atau musiman, tekstur tanah di lahan basah cenderung lunak hingga liat.
Indonesia termasuk memiliki area lahan basah yang terluas di dunia. Selain itu, ekosistem lahan basah ini berperan penting dalam menyaring air dan menyimpan karbon.
Jenis Lahan Basah
Lahan basah umumnya dibagi menjadi dua kategori utama: yang terbentuk secara alami dan yang dibuat oleh manusia. Meski demikian, jika dilihat lebih detail, terdapat berbagai macam tipe lahan basah yang lebih spesifik. Di bawah ini akan diuraikan beberapa jenis lahan basah beserta karakteristik khasnya, meliputi:
1. Lahan Gambut
Tanah gambut adalah tipe lahan basah yang terbentuk dari penumpukan sisa-sisa tumbuhan yang telah mati dan membusuk. Setengah dari total lahan basah di dunia terdiri dari lahan gambut. Jenis lahan basah ini menutupi 3% dari permukaan Bumi, dengan Indonesia memiliki salah satu area lahan gambut terbesar di dunia. Karena kandungan bahan organiknya yang tinggi, lahan gambut dianggap sebagai tanah yang sangat produktif.
2. Kawasan Rawa
Lahan basah mencakup pula rawa, yang dicirikan oleh genangan air sepanjang tahun dengan kedalaman bervariasi, mulai dari dangkal hingga cukup dalam. Rawa terbagi dua: rawa air tawar yang umumnya berada di pedalaman hutan, dan rawa air asin yang dapat dijumpai di daerah pesisir. Karakteristik tanah rawa yang berlumpur menyebabkan saturasi air yang tinggi.
Ekosistem rawa berfungsi sebagai habitat beragam fauna dan berperan sebagai sistem penyaring alami. Namun, terjadi perubahan fungsi lahan rawa menjadi area perkebunan dan pertanian, terutama di Sumatra dan Kalimantan. Oleh karena itu, upaya konservasi diperlukan untuk melestarikan lahan basah ini.
3. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki tingkat kerumitan tinggi, mengingat perannya sebagai habitat bagi beragam tumbuhan dan hewan. Ekosistem ini termasuk dalam kategori lahan basah yang umum ditemui di wilayah tropis dan subtropis.
Keberadaan hutan mangrove sebagai lahan basah memiliki nilai penting yang tak terbantahkan. Fungsinya mencakup penyokong kehidupan berbagai makhluk hidup, penyerap karbon, pencegah pengikisan pantai, dan penghalang banjir rob di area pesisir. Lebih jauh lagi, hutan mangrove berperan sebagai benteng alami terhadap fenomena pasang surut air laut, termasuk potensi gelombang besar seperti tsunami.
Tak hanya itu, kawasan hutan mangrove juga dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan biodiversitas yang luar biasa. Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan lahan basah ini sebagai rumah mereka, menegaskan pentingnya ekosistem mangrove dalam menjaga keseimbangan alam.
4. Lahan Basah Mineral
lahan basah mineral sering ditemukan di tepi sungai, khususnya di daerah perairan yang mengalami pembentukan delta. Area ini terbentuk ketika air laut atau banjir sementara menggenangi daratan.
Tipe wetland ini memiliki kandungan mineral yang kurang optimal dan didominasi oleh vegetasi rumput. Salah satu jenis lahan basah mineral adalah marsh. Marsh terbentuk ketika tumbuhan di area tersebut memperlambat aliran air dan meningkatkan kandungan nutrisi akibat pengendapan sedimen.
Istilah "marsh" umumnya digunakan untuk menggambarkan kawasan rawa dengan karakteristik seperti yang disebutkan di atas.
5. Lahan Basah Dataran Tinggi
Kawasan lahan basah di dataran tinggi memiliki kapasitas penyimpanan air yang unggul. Sumber utama air di kawasan ini berasal dari curah hujan dan pencairan es gletser.
Lebih jauh lagi, kawasan ini tidak hanya menyimpan air tanah, tetapi juga berperan dalam penangkapan sedimen dan daur ulang nutrisi. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kuantitas dan kualitas air.
Area ini juga berfungsi sebagai tempat singgah bagi burung-burung migran dan menyediakan habitat yang ideal bagi perkembangbiakan burung, ikan, dan amfibi.
Selain itu, lahan basah dataran tinggi mendukung pertumbuhan vegetasi yang berperan penting dalam mengurangi erosi. Vegetasi ini juga membantu menstabilkan aliran air, sehingga mengurangi risiko bencana seperti banjir, longsor, dan kekeringan di masa mendatang, terutama saat musim kemarau tiba.
6. Kawasan Riparian
Kawasan riparian berfungsi sebagai area transisi antara ekosistem sungai dan daratan. Wilayah ini memiliki karakteristik unik yang menggabungkan unsur-unsur akuatik dan terestrial. Di sepanjang tepi sungai ini, tumbuh beragam vegetasi riparian yang tangguh dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan lingkungan.
Tumbuhan riparian ini memainkan beberapa peran penting, termasuk menyediakan tempat tinggal bagi berbagai jenis hewan, melindungi tepi sungai dari pengikisan, serta berperan dalam menjaga kebersihan air sungai.
7. Lahan Basah Artik
Lahan basah Arktik mencakup area luas di kutub utara, meliputi rawa gambut, aliran sungai, perairan danau, dan teluk dangkal yang menutupi sekitar 60% dari permukaan wilayah tersebut. Kawasan ini memiliki peran vital sebagai rumah bagi beragam tumbuhan dan hewan langka, khususnya spesies-spesies yang bermigrasi.
Selain itu, Arktik menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 30 komunitas penduduk asli. Mereka memanfaatkan ekosistem basah ini untuk aktivitas perikanan, perburuan, serta pemanenan tanaman sebagai pakan ternak. Yang tak kalah penting, lahan basah Arktik juga berfungsi sebagai penyimpan karbon organik dalam jumlah besar di dalam tanahnya, sehingga berperan dalam memperlambat laju perubahan iklim global.
Kembali ke inti pembahasan, artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan lahan basah di kecamatan Alalak. Berikut adalah beberapa pemanfaatan lahan basah di kecamatan Alalak.
1. Tanaman Pangan
Tanaman pangan adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan utama menghasilkan bahan makanan sumber karbohidrat dan protein untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Berikut adalah contoh tanaman pangan di kecamatan Alalak.
2. Hortikultural Buah
Masyarakat kecamatan Alalak juga memanfaatkan lahan basah dengan menanam buah-buahan di depan rumah atau di samping rumah,umumnya warga lebih suka menanam pohon pisang mungkin alasannya karena pohon pisang lebih mudah dibudidaya. selain pisang warga juga menanam jeruk di samping rumah, selain pisang dan jeruk warga juga menanam pohon nangka dan pohon mangga.
3. Perkebunan
Perkebunan adalah suatu sistem budidaya tanaman yang biasanya dilakukan dalam skala besar dan untuk tujuan komersial. Di kecamatan Alalak saya menemukan adanya perkebunan kelapa.
4. Peternakan
 peternakan adalah kegiatan memelihara hewan dengan tujuan mendapatkan manfaat atau keutungan dari hewan tersebut.
5. Perikanan
Perikanan disini maksudnya adalah tambak ikan. Tambak ikan adalah kegiatan budidaya ikan di dalam kolam buatan, tambak ikan memiliki fungsi yaitu memperoleh ikan dengan kualitas terbaik, karena jika di budidaya ditambak lebih mudah untuk melakukan pengamatan terkait efisiensi pakan, pertumbuhan ikan dan kualitas ais tambak.
Kesimpulan
Pemanfaatan lahan basah memiliki berbagai manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial. Secara ekologi, lahan basah berfungsi sebagai habitat bagi keanekaragaman hayati, penyeimbang siklus air, dan penyaring alami polutan. Lahan basah juga berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim dengan menyimpan karbon dalam jumlah besar. Secara ekonomi, lahan basah dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan, pertanian, dan pariwisata yang berkelanjutan. Namun, pemanfaatan ini harus dilakukan secara bijak dan terencana untuk mencegah kerusakan lingkungan, seperti pengeringan lahan basah atau pencemaran, yang dapat mengancam keberlanjutannya serta kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada ekosistem ini. Sekian terima kasih telah membaca.
Sumber Referensi
https://lindungihutan.com/blog/lahan-basah/?amp=1
Desa atau kelurahan yang di survey :
- Pulau Alalak
- Pulau Suwangi
- Pulau Sugara
- Desa Beringin
- Berangas Barat