Bahasa, Hal Pertama yang Dipelajari di Dunia Marketing
By: M. Saiful Kalam
Menjadi sebuah rahasia umum jika hal pertama yang dipelajari saat terjun di dunia marketing adalah bahasa nasabah yang hendak dituju.
Sebelum itu, seorang marketing lolos seleksi panggilan kerja sudah tentu memenuhi kriteria utama, yaitu good looking dan berpenampilan menarik.
Itu berarti bagaimana cara merias/make up wajah dan style modis bukanlah lagi menjadi trend, akan tetapi kebutuhan khusus seorang marketing. Jadi, semacam ada biaya make up dikeluarkan tiap bulannya diluar gaji, demi kebutuhan pekerjaan.
Kembalai ke permasalahan awal, bahwa dengna mengajak interaksi nasabah dengan bahasanya, maka seorang dia akan lebih respect dan lebih mau mendengar tawaran produk kita secara tidak langsung.
Ada sebuah cerita bahwa pegawai Customer Service (CS) sekaligus Call Center yang focus belajar Bahasa Madura selama 1 bulan supaya bisa menguasai Bahasa daerah, meski ia asal daerah bukan dari sana.
Memang hamper semua nasabah yang dituju adalah orang Madura. Dan reaksi ketika seorang CS mengajak mengobrol dengan bahasa daerah mereka, ada semacam hubungan personal yang lebih dekat ketimbang Bahasa Indonesia, meski mereka tentu untuk Bahasa Indonesia menguasai.
First impression mereka kepada pegawai CS tersebut adalah merasa orang dekat. Kedua, ketika mereka ada masalah, mereka lebih bisa terbuka dan mau bercerita.
Hal itu penting dilakukan, sebab dalam perusahaan keuangan, jika ada nasabah masalah, maka seringkali mereka itu menyembunyikan sesuatu dan berbohong supaya perusahaan tetap mau memberi modal.
Seringkali, mereka ketika ada masalah, ingin cerita mereka didengar. Dan orang kalau bercerita biasanya lebih nyaman menggunakan bahasa daerah, ketimbang bahasa Indonesia.
Juga, ada cerita dari dosen ketika saat jadi tim marketing, belajar Bahasa Mandarin, sebab target pasar adalah orang Cina.
Sama-sama perusahaan keuangan, hal yang dipelajari dosen tersebut adalah belajar Bahasa Mandarin selama 1 bulan. Â
Kalau biasa orang lebih tua lebih suka dipanggil "Pak", maka orang Mandarin yang berusia tua ketika dipanggil lebih suka dengan "Koko/Oma/Opa/dkk".
Alhasil apa, orang ketika hendak melakukan transaksi atau apapun yang akan ditawari oleh tim marketing yang menghampiri mereka, pasti mereka mau.
Juga ketika mau memverifikasi pembiayaan calon nasabah, tim marketing biasanya akan bertanya kepada tetangga sekitar, bagaimana behavior dan habbit dari calon nasabah.
Tentu hal itu umum ya, bahwa tim marketing harus mengenal 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, and Condition) nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H