Maling Aja Masih Tau Diri dan Punya Hati
By: M. Saiful Kalam
Kali ini merupakan cerita saat penulis berkunjung ke rumah nenek. Ditengah-tengah pembicaraan, nenek bercerita jika tiap kali ia berangkat ke pasar pagi hari, selalu ada barang yang hilang.
Padahal, rumah sudah dikunci dengan rapat dan digembok. Akan tetapi, dengan mudahnya 'si maling' menerobos masuk dan mengambil barang di dalamnya.
Yang menjadi aneh, barang yang ia ambil hanya sekedar butuhnya saja. Padahal, di dalam rumah ada barang mahal, katakanlah televise, tetapi justru tidak diambil. Yang diambil barang-barang yang tidak mahal.
Juga, gembok yang dibobol kembalikan pada sedia kala. Jadi, ketika nenek pulang dari pasar, nampak seperti tidak ada apa-apa pada pintu dan gemboknya.
Penulis memahami cerita yang terjadi dan mendengar nasehat, bahwa yang menjadi maling adalah justru anak dari tetangga dekat. Bahkan dalam lubuk hatinya, ia telah memaafkan seluruh kesalahan almarhum orang tua si anak dan anak yang menjadi maling tersebut.
Meski demikian, karena saudara kandung saya dari nenek itu banyak, di rumah disediakan CCTV. Tujuannya untuk memantau siapa dan apa saja yang terjadi dalam rumah.
Ditambah lagi, nenek di rumah sendirian, tidak ada yang menemani tiap harinya. Hal itu disebabkan semua anaknya (orang tua) sibuk bekerja dan berdomilisi luar daerah. Sedangkan cucunya (penulis dan anak lain) sibuk belajar dan bekerja juga.
Hal yang bisa penulis ambil dari kejadian diatas, ternyata seorang maling pun masih tau diri dan punya hati. Ia mencuri dengan sembunyi-bunyi, tidak terang-terangan dan barang yang diambil sesuai kebutuhan.
Tapi tetap,bukan dari cerita diatas membenarkan perilaku mencuri, jelasbahwa mencuri itu merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan.
Kalau boleh mengasih gelar, ia adalah 'pencuri yang sopan dan beradab'. Yah penulis hanya bisa berharap si maling segera dapat pekerjaan dan berhenti mencuri. Karena mencuri bukanlah sebuah profesi.
Dan penulis salut, nenek sama sekali tidak ada pikiran untuk melaporkan dan mempidanakan pelaku ke penjara. Berbeda dengan zaman sekarang, yang sedikit-sedikit lapor polisi dan pengadilan. Jadi, hukum terkesan kaku dan tidak manusiawi.
Memang sebagian masalah harus diselesaikan lewat hokum, akan tetapi bukan berarti semuanya. Jika bisa diselesaikan sendiri dan dengan cara manusiawi, mengapa tidak?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI