Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mengenal Sosok Gus Baha Sebagai Ulam Berilmu Tinggi

10 April 2022   12:46 Diperbarui: 10 April 2022   13:00 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pertama kali mengenal Gus Baha itu masih baru-baru ini, ya sekitar tahun 2021 saat ada beranda lewat di Youtube tentang seorang ulama seorang sedang berceramah.

Memang sepintas jika awal menonton, maka kesan pertama adalah beliau terkenal pamer kelebihan akan ilmunya, suka menggojlok orang, dan sebagainya.

Tetapi yang aneh, justru penulis merasa inilah sosok ulama yang seharusnya bersikap. Bahwa, ulama itu tidak hanya sebatas orang yang memberi motivasi kehidupan tapi nol ilmu, melainkan harus memperluas khazanah keilmuan para umat muslim.

Dan yang membedakan Gus Baha dengan ulama lain adalah beliau hafal matan (isi) dan syarah (penjelasan) sebuah kitab-kitab karangan baik ulama Indonesia maupun ulama luar.

Bahkan tidak hanya hafal, sampai mengulang tiga kali (ditakriri). Beliau juga penghafal Al-Quran dan Hadist, sekaligus mumpuni dalam bidang ilmu tafsir.

Penulis sempat bertanya-tanya dalam hati, kira-kira butuh berapa lama ya untuk bisa menjadi orang yang sangat hebat seperti beliau? Sebab, dalam umur 50 tahunan, beliau ditengah kesibukannya menjadi Rais Syuriah di PBNU, masih sempat mengisi ceramah pada pondok pesantren/lembaga yang ada di Indonesia. Dan itu sangat jarang ulama yang bisa demikian.

Beliau berkelahiran di Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang juga merupakan murid dari Kiai Mbah Maimoen Zubair (ada banyak gurunya, tetapi ini yang paling diingat).

Gus Baha juga mengajar di salah satu pondok pesantern bernama, Tahfidzul Quran LP3IA, Kiai Nur Salim Al-Hafidz, di Rembang.

Nah, selalu dalam ceramah beliau apa yang diajarkan itu bernilai ilmu yang tinggi. Sebab, selalu menyertakan nama kitab dan pengarangnya untuk menceritakan sebuah peristiwa.

Dan itu selalu beliau menekankan bahwa kitab yang disebut itu selalu hafal dan paham. Kita semua tahu, untuk menghafal itu butuh sebuah konsisntensi dan niat yang begitu tinggi. Itu pun setelah kita hafal, untuk memahamimnya juga butuh waktu yang tidak lama.

Tapi beliau, dengan santai walaupun ceramahnya diselingi gojlokan dan guyonan (salahs atu ciri khas ngaji di NU), tetap saja esensi keilmuan di dalam guyonan tersebut, padahal sedang guyon (bercanda)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun