Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mau Beralih Bidang Kompetensi, Tidak Sulit Kok, Begini Caranya!

10 Maret 2022   19:59 Diperbarui: 10 Maret 2022   20:04 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life hack. Sumber ilustrasi: PEXELS/SeaReeds

Mempelajari hal baru memang susah-susah gampang, apalagi jika hal itu menyangkut bidang kompetensi entah itu berupa ilmu pengetahuan maupun skill.

Katakanlah seorang sarjana ekonomi ingin belajar mengenai fisika, maka ia perlu waktu dan tenaga yang banyak supaya menguasai bidang fisika.

Atau seorang best marketing puluhan tahun yang kemudian beralih profesi bidang finance, maka ia harus mempelajari kaidah akuntansi yang benar, laporan keuangan, dan kompetensi lainnya supaya minimal setidaknya "bisa".

Alih-alih jika ingin menjadi "ahli", maka langkah yang harus dilewati tentu "bisa" terlebih dahulu. Dari 0 menjadi bisa sudah memakan waktu lama, apalagi jika ingin menjadi ahli. Butuh ekstra waktu yang lebih lama dari "bisa" menjadi "ahli".

Nah, pertanyaannya sekarang memang seberapa mudah/sulit ketika seseorang memutuskan untuk mempelajari bidang kompetensi yang lain?

Sebelumnya penulis saya ingatkan, tulisan ini bersifat analogi dan opini saja. Dan juga berdasarkan cerita dari teman-teman sepantaran penulis.

Baik, mempelajari sesuatu yang baru bukanlah hal yang sulit sebenarnya, asalkan memiliki tekad yang kuat, memahami konsep bidang kompentensi yang akan digeluti, dan belajar kepada ahlinya.

Ada cerita seorang karyawan bekerja di bidang finance kemudian beralih ke bidang marketing. Di awal-awal bekerja, ia nampak kesulitan melakukan pekerjaannya.

Hal itu sebab yang biasa bekerja dibalik meja, sekarang harus bekerja dengan bertemu banyak orang. Perasaaan pertama adalah grogi karena bertatapan dengan banyak orang, kedua khawatir jika target perusahaan tidak tercapai, ketiga bekerja tidak sesuai passion.

Akan tetapi, baru bulan ke-empat terjadi keajaiban pada teman penulis tersebut, yaitu ia mampu mencapai target (bahkan melebihi) dan menjadi best marketing.

Mengapa ia bisa demikian? Salah satu penyebabnya yang penulis ketahui yaitu pertama, ia merupakan seorang suami, punya anak, punya ibu, serta punya tanggungan lain yang harus segera dipenuhi. Makanya ia harus cari uang bagaimanapun caranya, asalkan dengan cara halal tentunya.

Kedua, ia mampu memecahkan solusinya sendiri. Jika ia takut menawarkan sendirian suatu produk kepada calon pelanggan, maka ia setiap kali mau akuisisi (menawarkan produk) ia selalu mengajak teman.

Dan ketiga, karena tanggung jawab terhadap pekerjaan dan atasan, ia merasa bahwa target harus dipenuhi. Meskipun ada selisih sikap dan sedikit konflik dengan atasan, ia tetap berusaha bekerja dengan maksimal.

Memang cerita seperti diatas tidak hanya dialami 1-2 orang saja, tetapi ada banyak orang yang bisa membuktikan bahwa memulai sesuatu dari nol tidak sesulit yang dibayangkan.

Yang penulis dapat katakan adalah ia memiliki tekad yang kuat (dilandasi rasa tanggung jawab kepada orang terdekat) dan memahami konsep bidang kompetensi yang dibutuhkan (problem solving).

Jika berbicara mengenai marketing, maka ada konsep dasar yang mungkin sudah banyak diketahui oleh Anda.

Pertama, menawari kepada semua orang tanpa terkecuali. Sebab, bisa jadi orang yang disangka awalnya akan menolak penawaran kita, bisa jadi berbaik hati menerima tawaran kita.

Kedua, memahami product knowledge dan kebutuhan pelanggan. Artinya, Anda harus paham dulu apa manfaat dari barang yang kita jual sebelum menawarkan ke orang lain.

Memang ada tidak semua orang membutuhkan produk kita, hal itu disebabkan karena memang belum membutuhkan dan waktunya tidak pas (mungkin saat itu calon pelanggan sedang posisi sibuk).

Ketiga, banyak bersabar terhadap penolakan. Dunia marketing itu sebenarnya mudah dipelajari, akan tetapi perlu mental yang kuat untuk melakukannya jika ingin berhasil. Penolakan merupakan hal yang wajar.

Nah, jika memahami konsep dasar seperti diatas, maka jika Anda mau beralih bidang itu setidaknya bisa memperkirakan kapan Anda naik level dari "nol" menjadi  "bisa"

1-2 bulan mungkin Anda banyak gelisah dan frustasi, sebab sulitnya bidang kompetensi yang Anda pelajari. Akan tetapi, bisa jadi bulan ke-3 dan seterusnya justru Anda malah nyaman dengan bidang kompetensi yang Anda geluti.

Ya kalau mau jadi "ahli: memang kata orang perlu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Akan tetapi, jika target Anda hanya sekedar "bisa" supaya nyaman dengan bidang kompetensi yang Anda geluti, mengapa tidak?

Oh iya hamper lupa, jika Anda ingin menaikkan level dari "nol" menjadi "bisa", setidaknya harus belajar dari "ahlinya".

Memang bisa saja  jika kita belajar kepada orang yang hanya "bisa".  Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan adalah baik secara keilmuan maupun pengalaman, Anda tidak akan mendapatkan secara lengkap/utuh.

Bedanya orang yang "ahli" dengan yang "bisa" itu mudah saja, bidang kompentensi yang ia kerjakan hasilnya sangat bagus (bukan hanya sekedar bagus) dan hasil yang sangat bagus itu jumlahnya puluhan,ratusan, atau bahkan ribuan kali.

Kalau orang hanya sekedar "bisa", hasil pekerjaan yang sangat bagus itu jumlahnya mungkin hanya 1-2 saja. Kalau ingin jadi "ahli", maka tentu belajarnya kepada "ahlinya".

By: M. Saiful Kalam

Source: Pengalaman Pribadi dan Teman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun