Entah mengapa, akhir-akhir ini penulis mengalami kesulitan untuk ketemuan dengan beberapa orang terdekat penulis.
Penyebabnya sebenarnya ada banyak hal, mulai dari alasan ada acara keluarga, ada deadline pekerjaan, ada kesibukan lain, dan beberapa alasan lain yang menyebabkan untuk ketemuan saja sangat susah.
Kalau pada zaman bersekolah dulu, mungkin ketemuan beberapa kali dalam seminggu itu merupakan yang mudah dan biasa, dna tidak perlu janjian dulu bahkan.
Akan tetapi, semakin beranjaknya usia dan perbedaan pandangan dan cita-cita, kalau mau ketemua saja harus janjian dan di momen yang pas.
Tapi tenang saja, kalau melihat dari cerita teman-teman, memang jika usia sudah dewasa itu lingkaran pergaulan mulai merenggang, dan itu hal yang wajar.
Lantas, bagamana supaya bisa Anda yang notabene memang ingin ketemu dengan orang terdekat atau orang lain itu bisa terlaksana, maka perlu beberapa treat supaya momennya pas dan ketika bicara bisa plong atau lega di hati.
Pertama, perlu mengatur waktu yang longgar diantara keduanya. Maksudnya, jangan sampai niatan silaturahmi Anda berakhir kacau sebab berada di momen yang kurang tepat.
Contohnya, ketika teman Anda ada yang sudah berkeluarga, kemudian Anda janjian untuk ketemuan di hari Minggu. Ternyata, hari tersebut ada agenda jalan-jalan teman Anda bersama keluarganya.
Ya sudah pasti Anda tidak tepat jika ingin ketemuan di hari yang Anda tentukan. Kalau menurut penulis, lebih baik bersabar sedikit sampai menunggu waktu longgar dari orang yang hendak Anda kunjungi.
Kalau posisinya Anda itu kebetulan sedang mampir katakanlah di luar daerah, kemudian Anda mencoba mengubungi teman dekat Anda dan punya niatan mampir, lagi-lagi komunikasikan dahulu sebelum kesana.
Sebab, Anda sudah tidak bisa lagi seperti dahulu. Yang kalau kebetulan pas lewat rumah teman Anda, ya saat itu juga Anda mampir.
Kenapa harus dikomunikasikan dahulu, supaya nanti Anda bisa lega dalam bicara. Sebab, bisa jadi teman Anda masih dalam deadline tugas rumah, dan justru Anda-lah yang merepotkan teman Anda jika saat itu Anda mampir.
Pada dasarnya, bertamu itu memiliki etika. Dan etika bertamu salah satunya adalah seizing tuan rumah dan tidak merepotkan tuan rumah.
Yah memang sih agat ribet jika melihat cara-cara bertamu seperti diatas. Akan tetapi, itu akan Anda akan paham, sebab yang dibutuhkan dalam bertamu itu sebenarnya adalah saling mengobrol dengan nyaman.
Tentu tidak fair jika Anda yang longgar waktunya mengobrol dengan tuan rumah yang masih pusing kepalanya. Akhirnya, pembicaraan antara kalian berdua nampak kurang nyaman saja. Mending bersabar sedikit dan menunggu waktu yang tepat, ketimbang terjebak dalam momen yang tidak tepat.
Kedua, tentukan tujuan Anda bertamu kepada yang bersangkutan. Tujuan itu apakah hanya sekedar ngobrol, atau ada rencana kerjasama bisnis, dan tujuan sebagainya, itu perlu dibicarakan.
Mengapa demikian? Supaya tidak Anda tidak kecewa jika tidak mendapatkan apa yang ada dalam tujuan Anda.
Misal begini, Anda ingin ketemuan dengan teman Anda untuk tujuan bisnis. Dari awal teman Anda sudah bilang jika ia tidak bisa berbicara hal tersebut, karena alasan bla-bla-bla.
Itu artinya, Anda tidak akan mendapatkan tujuan Anda dengan penjelasan dari teman Anda. Jika Anda tidak mengungkapkan tujuan utama Anda, nanti dikhawatikan banyak kecewa jika sudah ketemua, sebab tujuan Anda tidak terpenuhi.
Ya lagi-lagi itu Anda tidak bisa menyalakan teman, sebab Anda tidak mengkomunikasikanny sejak awal. Lebih baik dikomunikasi sejak awal biar lebih jelas, apa tujuan Anda ketemuan dengannya. Toh jika ia teman yang baik, ia pasti memberikan solusi alternative untuk Anda.
Penulis piker, dua cara itu mungkin yang bisa disampaikan dari sudut pandang budaya perkotaan. Jika budaya pedesaan, kalau mau ketemua tinggal gedor pintu dan masuk.
Akan tetapi, tidak semua daerah atau desa bisa demikian. Lagi-lagi, bisa jadi tuan rumahnya sedang barusan tidur, dan Anda mengganggunya.
Ya bertamu itu ada etikanya, tentu hal itu dilakukan supaya antara tamu dan tuan rumah itu bisa saling bijak dan talisilatirahmi terjalin erat.
By: M. Saiful Kalam
Source: Pengalaman Pribadi dan Teman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H