Ngopi kalau dikalangan mahasiswa merupakan hal yang sering dilakukan. Terutama mendekati kesibukan utama, seperti laporan pertanggung jawaban akhir organisasi, siding skripsi, dan sebagainya.
Kalau untuk usia pekerja, maka ngopi berfungsi sebagai self-reward (terutama bagi kaum lelaki). Sudah pasti bekerja seharian di kantor selama berjam-jam membuat capek dan jenuh, maka ngopi bareng teman dekat bisa jadi solusinya.
Bagi kamu yang tidak suka ngopi, mungkin tulisan ini akan sedikit bersifat persuasive dan open-minded, sebab ada nilai plus yang didapatkan jika sering ngopi.
Tetapi sebelum dilanjut, perlu diketahui bahwa ngopi yang akan dimaksud bukan hanya sekadar pesan kopi terus main games dan pulang begitu saja. Akan tetapi, ngopi yang bernilai seperti gaji.
Gaji itu diterima oleh karyawan tiap sebulan sekali dengan jumlah sesuai dengan kontrak kerja yang diterima. Jadi jika Anda bekerja 8 jam selama 6 hari dalam seminggu, maka Anda dapat gaji sekian.
Gaji yang diterima sudah tentu berupa uang, entah itu kontan maupun transfer lewat rekening pribadi. Yang jelas, bernilai rupiah.
Lalu, apa kaitannya antara kopi dan gaji? Begini, ngopi yang seharusnya terjadi itu adalah saling bertukar informasi penting, tidak hanya sekadar ikuti tren dan pansos (barangkali).
Makanya, sarang dari penulis kalau ngopi dengan teman dekat, disiapkan pertanyaan dan informasi penting sebelum berangkat ke kafe.
Nah, kalau dalam kantor yang menggaji adalah bos, maka dalam ngopi yang menggaji adalah lawan bicara Anda. Dan sebaliknya, Anda juga menggaji lawan bicara Anda.
Seberapa besar gaji yang akan Anda peroleh itu bergantung dengan kualitas Anda dan lawan bicara yang akan Anda ajak.
Biar tidak bingung, penulis kasih contoh berikut. Misal si A adalah orang yang ahli dibidang sastra dan Anda ahli dibidang website.