Tulisan ini bersifat opini pribadi dan bermula dari rasa kasihan terhadap para beberapa orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai konten creator, tetapi lupa menyertakan source.
Dan tulisan ini juga sebagai pengingat kepada penulis pribadi, yang mana masih sering suka dan tetap menonton konten yang un-official yang menayangkan, katakanlah film durasi 3 jam-an yang mana kalau beli CD aslinya, bisa ratusan ribu.
Jadi ceritanya begini, saat penulis mencoba swipe up fitur Youtube baru, yaitu Youtube Short. Tentu saja ada maksud dan fungsi kenapa Youtube Short (selanjutnya disingkat YS) itu dibuat.
Tetapi penulis baru menyadari dan 'ngeh' kalau ada satu etika seorang konten creator yang sepertinya banyak dilupakan atau memang sengaja menjadi  budaya baru, yaitu lupa menyertakan source.
Katakanlah penulis swipe up, kemudian ada konten berita resmi negara. Dari pihak creator (un-official) mengupload dan kemudian menayangkan di channel YS.
Yang menjadi agak parah, ternyata si creator sudah memiliki ratusan subscriber dan views kadang jutaan. Dan mirisnya, dari semua konten yang diunggah, dia sama sekali tidak menyertakan source (biasanya dijudul atau di komen).
Coba kita bandingkan dengan seorang peng-cover music, yang menyertakan lagu official di judul dan intro videonya. Itu merupakan sebuah etika yang suda seharusnya dilakukan oleh creator.
Sedih memang, sebab seperti kata penulis dan masih bertanya-tanya kepada diri sendiri, apakah ini akan menjadi sebuah budaya, yang mana me-repost sebagian konten milik orang tidak perlu menyertakan source.
Padahal, seorang creator itu merupakan salah satu pekerja di bidang kesenian (art). Itu artinya, seni sendiri merupakan sebuah karya seorang manusia untuk mengekspresikan dirinya.
Kalau karya yang dibuat itu hanya jiplak/plagiat/tidak orisinal, terus itu karya yang dijiplak miliki siapa. Ya tentu milik orang yang membuat karya tersebut.
Maksud penulis begini, seorang creator kalau memang hendak menayangkan ulang baik semua atau sebagian, sudah seharusnya komunikasi dulu dengan pihak official.
Entah itu akan ada fee yang diberlakukan atau syarat-syarat yang lain, setidaknya kita sebagai creator menunjukkan sikap gentleman, yang berarti berani mengakui karya orang lain.
Ini kan tidak. Creator yang repost dan tidak menyertakan sumber dianggap penonton sebagai orang yang membuat karya tersebut, padahal tidak.
Bahkan yang parahnya, yang selanjutnya terjadi adalah penonton tidak tahu dan bisa membedakan mana creator yang official dan un-official.
Bahkan penonton menganggap creator yang un-official tersebut adalah officialnya, sangking karena lengkap tayangan yang diunggahnya.
Kalau dianalogikan, ya seperti pencuri online. Kalau pencuri offline kan jika ketahuan maka akan ditangkap dan dipukuli massa.
Kalau di YT mungkin tidak ada hal yang demikian, sebab barangkali seperti tadi (penulis tidak tahu), apakah ini akan menjadi sebuah budaya baru. Sebab dari official juga sepertinya jarang melapor dan banyak creator yang melakukannya.
Kalau sudah budaya, maka tentu norma kebenarannya itu ditentukan oleh mayoritas. Maksudnya, kalau mayoritas melakukan A dan ada orang yang melakukan B, maka si B akan agak aneh.
Mungkin kita perlu sedikit flashback, masih ingat dengan kasus Warkopi yang sempat viral. Warkopi sendiri adalah konten lawakan yang dinilai nama brandnya menyamai Warkop DKI.
Kalau dalam Podcast Deddy Corbuzier saat berbincang dengan Indro Warkop, berkata kalau sebenarnya meniru konten tidak ada permasalahan. Tapi yang menjadi masalah yaitu brand.
Dan kalau sudah menyangkut brand, tentu akan menyangkut HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Jadi ranahnya bukan perdata lagi, akan tetapi pidana.
Kalau perdata sih masalah bisa diselesaikan secara kekeluargaan, kalau pidana itu sudah menyangkut hokum/konstitusi.
Kemudian, setelah beberapa dialog antara keduanya, secara resmi Warkopi meminta maaf yang sebesar-besarnya dan dibubarkan. Penulis sangat mengapresiasi, sebab itulah gentleman.
Sebagai penutup, yuk mari bersikap gentleman menjadi creator. Kita sangat diuntungkan dengan konten official yang membuat entah itu dari subscriber, view, like, maupun yang lain itu menjadi meningkat.
Dan creator YT pasti ada menerima 'gaji' dari semua hasil unggahannya. Masak untuk menyertakan source dari pihak official aja tidak bisa sih?
By: M. Saiful Kalam
Source: Pengalaman Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H