Jadi, istilahnya ia tanpa Anda lakukan pengarahan dan pengawasan, ia akan bekerja secara maksimal. Toh gaji yang ia peroleh sudah harus bisa digunakan entah itu untuk menutupi hutang bulan lalu, kebutuhan hari ini, dan sebagainya.
Jadi, kesadaran untuk bekerja sesuai target itu cenderung tinggi dibandingkan usia muda.
Kalau dengan status akademisi dan praktisi, maka ada perbedaan signifikan juga terhadap keduanya. Kalau akademisi itu teori yang ia pelajari terbilang banyak.Â
Tetapi, untuk pengalaman bekerja sangat terbilang jauh dan kalah dibandingkan dengan praktisi. Meski demikian, ada ciri khas yang dimiliki oleh seorang akademisi, yaitu mereka mampu dengan cepat memahami suatu job application.Â
Hanya tinggal masalah waktu saja, mereka juga tidak akan kalah saing dengan praktisi.
Kalau Anda sebagai top manajer, maka praktisi ini yang cenderung lebih mudah naik jenjang karirnya ketimbang akademisi. Sebab, ditengah akademisi yang notabene yang mempelajari bagaimana cara bekerja yang baik, si praktisi ini diperlukan untuk menjadi low atau middle manajemen agar performa dan hasil yang didapatkan oleh perusahaan itu meningkat dan maksimal.
Tidak harus ketika Anda merekrut karyawan, haruslah yang praktisi agar sesuai target. Ada kalanya praktisi itu bosan bekerja sebab ia sudah bertahun-tahun menekuni di bidang yang sama.Â
Lagi-lagi, pendekatan HRD kepada karyawannya itu sangatlah berpengaruh. Akan tetapi, yang lebih berpengaruh lagi adalah motivasi yang ada di dalam diri karyawan itu sendiri.Â
HRD yang bersikap mengayomi dan karyawan yang bersifat loyal, keduanya akan menciptakan prestasi besar bagi perusahaan.
By: M. Saiful Kalam