Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Etika Resign, Nampak Sepele Tapi Penting

16 November 2021   19:34 Diperbarui: 23 November 2021   11:34 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Referensi: pengalaman teman penulis

Resign diartikan keluar dari pekerjaan atas inisiatif sendiri. Beda cerita kalau ada orang yang karena melanggar atau suatu hal, ia keluar dinamakan di-PHK (pengakhiran hubungan kerja) atau Bahasa kasarnya dipecat. 

Tentu resign dengan dipecat memiliki arti yang beda, resign Nampak lebih terhormat ketimbang dipecat.

Akan tetapi, sekian dari beberapa karyawan sebuah perusahaan yang tidak menyadari bahwa terkadang etika resign yagn patut mereka lakukan. 

Alhasil, terkadang pihak HRD juga ilfil kalau melihat karyawan yang sudah bertahun-tahun loyal bekerja diperusahaan, tetapi karena adanya kesalahan kecil, si HRD memiliki pandangan yang berbeda. 

Bahkan, ada cerita kalau pihak HRD sampai berkata "awas ya kalau mau masuk kerja ke sini dan saya yang menginterview, ndak bakal saya loloskan lagi". Lantas, apakah perkara kecil itu yang bisa menyebabkan HRD ilfil? Berikut pembahasannya.

Pertama, keluar kemudian menghilang begitu saja. Dimana-mana, komunikasi merupakan ujung timbak dari sebuah keberhasilan perusahaan. 

Meski prestasi Anda bisa dibilang menjulang sampai ke langit ketujuh, tetapi minim attitude (salah satunya komunikasi yang jelek), maka akan nampak sia-sia seluruh hasil yang Anda capai.

Komunikasi yang jelek itu bisa dibilang seperti kegiatan sekunder yang mendukung primer (istilah primer). Contoh, masalah absensi. Hampir semua karyawan memiliki tanggung jawab tentang absen di grup WhatApps (salah satunya). 

Memang itu bukanlah pekerjaa utama dan boleh dibilang gaji yang kti dapatkan, murni berasal dari target harian/bulanan (tergantung tempat). Namun, banyak yang meremehkan masalah ini dan abai begitu saja.

Juga pada komunikasi setelah Anda menyatakan resign dari perusahaan. Beberapa refernsi menjelaskan bawha penting juga untuk tetap menjalin komunikasi dengan perusahaan meski kita sudah tidak bekerja disana. 

Jadi, boleh dikatakan posisi Anda bukan lagi sebagai bawahan perusahaan, akan tetapi teman bagi salah seorang yang ada diperusahaan. Sebenarnya ini sama dengan konsep silaturahmi dan etika bekerja, yaitu mampu memposisikan diri. 

Kalau Anda seorang karyawan, maka berusahalah untuk bekerja sesuai SOP dan target. Namun, kalau sudah diluar pekerjaan, hubungan Anda bahkan dengan atasan bukan lagi seorang karyawan, melainkan teman. 

Kalau sudah namanya teman, maka setidaknya kita harus menunjukkan rasa perhatian terhadap teman kita, agar silaturahmi tetap terjalin.

Kedua, keluar meninggalkan jejak deadline kantor. Ini sebenarnya alasan yang agak menjengkelkan bagi sebagian besar HRD. Orang yang masuk ke tipe ini biasanya dikenal sebagai pekerja yang buruk. 

Bagaimana tidak, ia meninggalkan perusahaan ditengah deadline yang menumpuk, lalu pergi begitu saja. Biasanya, HRD kalau sudah jengkel sekali, maka ia tidak akan memberikan kesempatan lagi dan langsung saja menyuruh untuk keluar.

Kalau Anda mau mengajukan resign, maka alangkah baiknya semua tugas yang ada dikantor harus diselesaikan terlebih dahulu. Ini juga memberikan kesan bahwa Anda itu sangat menghargai perusahaan tempat bekerja Anda. 

HRD kalau melihat karyawannya yang resign saat sudah menyelesaikan semua tuga kantor, ia akan sangat respect padanya. Ya walaupun pasti Anda harus memberikan alasan yang logis dan kalimat yang benar, Anda pasti akan mendapatkan respect. 

Bahkan, HRD akan bercerita kepada karyawan yang baik tentang prestasi yang Anda capai tiap bulannya.

Ketiga, keluar dengan alasan yang tidak logis. Kalau Anda mau melamar kerja pasti mengalami tahapan interview dan tahap yang sebagainya, itu tentu tidak lolos 100%. 

Bahkan ibaratnya Anda itu kalau diterima di sebuah pekerjaan, maka Anda berhasil menyisihkan sekian orang yang memiliki niat yang sama, sayangnya perusahaan tidak menerimanya. 

Ini berarti, Anda adalah orang terpilih. Sudah waktunya bagi orang yang terpilih untuk memberikan hal yang terbaik juga untuk perusahaan.

Maksudnya, kalau perusahaan sudah bersusah payah menyeleksi dan akhirnya menerima kamu untuk bekerja, maka hal itu juga berlaku pada resign, yaitu bagaimana caranya agar perusahaan itu istilahnya 'memberikan restu' Anda untuk kelua dari pekerjaan. 

Alasan yang logis sendiri tidak ada patokannya, namun kita bisa memberikan alasan yang logis agar pihak perusahaan tidak merasa dirugikan Karen telah  berussah payah menyeleksi Anda.

By: M. Saiful Kalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun