Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa itu Pencak Silat?

6 Oktober 2021   14:00 Diperbarui: 23 November 2021   09:51 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Referensi: pengalaman teman penulis

Pertama sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui perbedaan mendasar antara bela diri dan pencak silat. Sederhananya, pencak silat itu pasti bela diri (contohnya), tapi bela diri itu belum tentu pencak silat. 

Contoh dari bela diri ada banyak, misal karate, taekwondo. Kalau pencak silat itu adalah budaya milik Indonesia, sudah ditetapkan oleh UNESCO. Jadi, istilahnya pencak silat itu warisan dari bangsa Indonesia, tepatnya warisan nenek moyang kita. 

Sangat berbeda dengan bela diri, yang kepemilikannya bukan berasal dari Indonesia. Misal, karate itu berasal dari negara Jepang.
Kali ini, akan dibahas mengenai pencak silat. Pencak silat itu identik dengan perguruan. 

Ambil contoh, Pergurusan Setia Hari Terate (PSHT). Perguruan tersebut dapat dikatan perguruan nomor satu di Indonesia, karena jumlah pesilatnya yang banyak. 

Ada juga Tapak Suci (TS) yang merupakan salah satu anak dari ormas Islam modern yang terkenal, yaitu Muhammadiyah.

Mungkin cukup pengantar tentang pencak silat. Hal yang akan saya bahas adalah apa saja latihan yang ada kalau kita mengikuti pencak silat. 

Kalau di awal kita datang, pasti dimulai dengan yang namanya pemanasan atau strecing. Pemanasan itu singkatnya ada 3, yaitu dari kepala, badan, sampai kaki.

Pertama-tama kita menganggukkan kepala dan memutarnya, lalu menekuk telapak tangan ke atas dan menggesernya ke kanan-kiri. Setelah itu, kaki dipanjangkan alias kaki kanan-kiri di bentangkan supaya lentur. 

Gerakan pemanasan itu seperti kesemaptaan. Fungsi dari pemanasan ini adalah supaya jantung itu berdegup agak keras. 

Soalnya, kalau ada orang yang tanpa pemanasan, lalu tiba-tiba melakukan gerakan berat (misal sambung), maka jantungnya otomatis kaget. 

Ibaratnya, dalam pemanasan ini meningkatkan detak jantung, yang awalnya misal 60, jadi 80. Kalau sudah latihan inti, tinggal meningkat sampai 100. Baru kalau sudah berakhir, harus ada pendinginan, supaya dari 100 tidak langsung jatuh ke 60.

Biasanya setelah pemanasan, diikuti dengan lari mengelilingi lapangan latihan atau mengelilingi rumah masyarakat setempat. Ini termasuk latihan inti juga, karena detak jantung meningkat ke 80. Lari ini bisa dilakukan sekitar 15 menit saja. 

Lari sendiri lebih baik kata teman saya, memakai ujung kaki. Ya kalau saya dulu agak berat. Tapi manfaatnya itu otot di punggung kaki jadi kuat. Sehingga, kalau dibuat menendang musuh bisa efektif dan tekanannya lebih kuat.

Habis pemanasan dan lari (jogging), selanjutnya adalah latihan inti. Namanya adalah jurus. Setiap perguruan memiliki jumlah jurus dan keunikan yang berbeda. 

Inilah yang dinamakan keragaman pencak silat. Antar perguruan satu dengan lainnya pasti memiliki perbedaan jurus. 

Kalau sudah masuk jurus, itu harus dihafal dan dipraktikkan ke dalam sambung (pertarungan). Jurus sendiri adalah gerakan pakem yang diwariskan dari pendiri hingga ke generasi saat ini. Jadi tidak boleh diubah dan dikarang begitu saja ya.

Tapi sebelum jurus, apakah bisa langsung demikian? Tentu tidak. Ada beberapa dasar yang harus dimiliki pesilat, yaitu salah satunya adalah teknik kuda-kuda, pukulan, dan tendangan. Ketiga hal ini selalu diajarkan diawal ketika bergabung di pencak silat.

Kuda-kuda sendiri diartikan sebagai posisi kedua kaki ketika hendak bertarung (sebelum). Kuda-kuda dibagi menjadi 3, yaitu depan, samping/tengah, belakang. 

Biasanya si pelatih menggunakan istilah kanan-kiri. Itu maksudnya, kalau ada aba-aba 'kuda-kuda kiri mulai!', maka kaki kiri yang melangkah ke kiri untuk membuka gerakan kuda-kuda. 

Dan juga sebaliknya. Meski mudah, tapi ini hal sederhana yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum baik melakukan jurus atau sambung. Kata teman saya, kalau kuda-kudanya baik, maka gerakan yang lainnay juga baik.

Kemudian, yang akan diajarkan adalah mengenai pukulan (tangan) dan tendangan (kaki). Salah satu teknik memukul yang benar adalah dengan posisi ibu jari yang benar, lengan lurus, dan telapak tangan yang lurus juga. 

Kalau di tendangan, itu biasanya di aba-aba 'angkat' dan 'tendang'. Angkat kaki sendiri itu juga harus rata-rata air, maksudnya lurus. 

Juga ketika menendang, itu harus dihentak, bukan diatunkan. Bedanya, kalau dihentak itu dorongannya dari depan, kalau diayun itu dorongannya dari bawah. Lebih kuat di dorong ya.

Pukulan sendiri ada banyak jenisnya, misal pukulan tunggal, ganda, tiga, karatan, colok, slewah, dsb. Kalau karatan itu menggunakan 'pisau tangan' yang diarahkan ke samping, colok dengan dua jari (telunjuk dan tengah) yang diarahkan ke mata, dan slewah itu pukulan dari bawah ke dagu/kepala. 

Kalau di tendangan sendiri umumnya ada yang namanya tendangan A, B, C, T, serkel atas, serkel, dan bawah. Kalau A itu tendangan arah ke depan (tendangan pacul), B itu arah belakang, C itu arah ke samping (tendangan sabit), T itu arah ke depan tapi samping (pakai 'pisau kaki'). Serkel atas dan bawah itu gerakan memutar tubuh lalu menendang sambil menundukkan badan.

Oh iya, hampir lupa kalau hal yang penting sebelum semua itu adalah berdoa awal. Itu doanya juga berbeda-beda tiap perguruan. 

Kalau teman saya dulu diajari utnuk berdoa menggunakan dzikir, al-fatihah, al-falaq, an-nas, al-ikhlas, dan ditutup dengan sholawat. Fungsinya doa sendiri sebagai pagar alias pelindung dari hal-hal yang tidak diinginkan saat latihan dimulai (misal cedera, kesurupan, pingsan, dsb).

Pembahasan yang tak kalah penting juga mengenai teknik sambung. Kalau sambung itu ada 4 jenis (menurut pengamatan teman saya), yaitu serang, tahan, tangkis, dan banting. 

Kalau serang ya kita mengarahkan pukulan dan tendangan ke lawan (offensive). Kalau tahan itu kita menghalangi serangan dair lawan menggunakan tangan atau kaki (defensive). 

Kalau tangkis itu kita menepis serangan, bukan ditahan, tetapi serangannya kayak dicounter back atau dibuang. Sedangkan kalau bantingan itu posisi kita menahan serangan kemudian membanting ke tanah.

Hal yang tak kalah penting adalah belajar mengenai pernapasan. Di pencak silat, setiap pesilat diajari bagaimana cara bernapas yang baik dan benar. 

Kata teman saya, memasukkan napas itu menggunakan hidung, sedangkan ketika mengeluarkan itu menggunakan mulut. 

Juga ada teknik piramida 8, artinya 8 detik menghirup napas, 8 detik menahan napas, dan 8 detik mengeluarkan napas. Ada juga yang lebih ekstrem, piramida 24. Ya itu tergantung dari masing-masing orang ya.

Kalau Anda bertanya apa perbedaan mendasar pencak silat dibanding bela diri yang lain. Yaitu mengenai ilmu tenaga dalamnya. Apa itu tenaga dalam, yaitu salah satu kekuatan yang membaut musuh terserang tanpa harus menyerangnya. 

Kata teman saya, ini sebenarnya tidak direkomendasikan, karena tenaga dalam itu memaksan penggunanya untuk mencari sumber kekuatan melalui hal-hal ghaib. 

Dan itu sudah pasti syirik, karena kita bergantung atau berharap kepada selain Allah. Kalau pesilat yang beriman, kekuatan itu hanya berasal dari Allah semata.

Orang zaman sekarang sangat berbeda jauh dengan jamah dulu. Jaman dulu, orang itu masih banyak yang punya ajian. Ajian sendiri itu adalah ilmu tingkat tinggi yang berada di pencak silat yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu. 

Kalau Anda membaca novel karyanya SH Mintarja, di sana banyak dijelaskan mengenai ajian unik seperti Alas Kobar, Macan Wulung, Sasra Birawa, dkk. 

Orang yang memiliki ilmu tersebut adalah orang yang memiliki kebijaksanaan tinggi dan kanuragan yang kuat. Sehingga, potensi penyalahgunaan kekuatan yang sebesar itu menjadi kecil. Soalnya, watak alami manusia itu kalau diberi kekuatan cenderung merusak.

Ada istilah di pencak silat yang menarik, yaitu ilmu putih dan ilmu hitam. Memang tidak bisa kita menghilangkan dunia hitam, sebab kedua hal tersebut berdampingan. 

Makanya, ajian itu selalu diturunkan kepada murid dan anak-cucu mereka yang benar-benar ya itu tadi, memiliki kebijaksanaan tiggi dan kanuragan yang kuat. 

Kalau tubuhnya sakit-sakitan, jangan berharap bisa menguasai ajian. Rumus sederhananya adalah kekuatan besar itu diimbangi dengan tubuh yang kuat.

Kalau zaman sekarang sudah sangat jarang yang memiliki. Kalau menurut pengamatan teman saya, kaum muda zaman sekarang banyak yang tidak bisa menguasai ajian, karena mungkin kaum tua yang takut bencana itu muncul karena ulah sombong pemuda. 

Ajian zaman sekarang hanya ada pada kaum tua saja ya. Tapi meski demikian, justru kita harus bersyukur karena kaum tua itu adalah orang yang paling bijak, sehingga apa sih tujuan utama dari belajar pencak silat. 

Ya tentu agar lingkungan itu damai, bukan perihal mencari siapa yang kuat dan siapa yang lemah ya.

By: M. Saiful Kalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun