"Arrahmaani rahiim."
Pada kalimat nirrahim itu tanwin bertemu dengan ro. Jadinya, ia masuk ke idgham bila ghunnah. Kalau idgham bighunnah dibaca sebanyak 2 harokat atau 1 alif. Biasanya kalau dipondok, si ustadz mengetok mejanya untuk menandakan panjang bacaan.Â
Hukum yang ketiga adalah ikhfa. Kalau ikhfa sendiri memiliki arti hukum bacaan ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ikhfa. Huruf ikhfa sendiri secara mudah membedakan dengan pengecualian dari huruf idzhar halqi dan idgham.Â
Jumlahnya ada 15 seperti fa, qof, kaf, dsb. Cara membacanya pun samar-samar dan dipanjangkan 2 harokat atau 1 alif. Contohnya ada pada surat Al-Bayyinah ayat 1,
"Wal musrikiina munfakkina."
Pada kalimay munfakkina itu 'mun' nya dibaca samar-samar, tidak jelas. Jadi seperti setengah dileburkan dengan huruf fa' tadi.Â
Hukum yang keempat adalah iqlab. Kalau iqlab sendiri adalah hukum bacaan ketika mim sukun bertemu 2 huruf iqlab, yaitu mim dan ba. Cara membacanya pun dileburkan sepenuhnya menjadi huruf iqlabnya. Contohnya Al-Bayyinah ayat 4,
"mim ba'di maa jaa'ats humul bayyinah".
Pada kata mim ba'di, yang itu antara huruf mim dan ba dileburkan menjadi ikut ke 'ba'nya dan juga bacanya 2 harokat atau 1 alif.Â
Masih ada banyak hukum ilmu tajwid seperti hukum mad, hukumnya idzar lanjutan, naqol, waqaf, dsb. Dilanjutkan next artikel ya.
by: M. Saiful Kalam