Referensi: pengalaman pribadi dan teman
Mungkin bagi sebagian orang, hari minggu merupakan harinya santai dan mengendurkan semangat. Kalau hari efektif (Senin-Sabtu), baik pekerja maupun pelajar harus mengerahkan seluruh semangat dan tenaganya supaya bisa dapat nilai tinggi/gaji banyak.Â
Sedangkan 'hari malas' (Minggu), maka Anda tidak boleh untuk rajin ya.
Mengapa demikian? Bukannya saya mengajak untuk bermalas-malasan. Namun, jika dilihat dari sisi kesehatan, terkadang malas itu diperlukan.Â
Coba bayangkan, kalau tiap hari orang stress tanpa adanya refreshing, bisa-bisa performanya di tempat itu menurun.
Misal, seorang murid rangking 1 di kelas. Pasti dong ia rajin dan pintar. Nah, biasanya pada hari minggu, si anak diajak berjalan-jalan.Â
Ya mungkin orang tuanya berpikir itu adalah reward sekaligus refreshing time, supaya si anak punya semangat kembali dan terpacu untuk tetap rangking satu di semestet berikutnya.
Untuk kasus pekerja, katakanlah buruh/kuli bangunan, pasti ada waktu satu hari untuk merehatkan diri sejenak supaya dapat semangat baru lagi. Entah itu dihabiskan dengan nongkrong bersama teman dekat, plesiran ke daerah wisata, dsb.Â
Biasanya setelah menikmati 'The Lazy Day', maka pas mau berangkat dan sewaktu bekerja, semangat meningkat dan performa membaik.
Tapi dari sekian pembahasan yang ada, The Lazy Day hanya boleh dilalukan satu kali saja ya, biasanya di hari Minggu. Tidak boleh kita menggunakan waktu buat refreshing itu terlalu lama. Justru nanti itu akan malah membuat seseorang itu benar-benar 'Lazy'.
Nah, saran dari penulis adalah kinerja seseorang itu bisa dinilai dari kualitas The Lazy Day nya. Artinya, kalau ia berkualitas menggunakan waktu liburannya, maka ia juga akan berkualitas dalam kinerjanya (opini penulis).