Mohon tunggu...
MUHAMMAD SAHRIANNOR
MUHAMMAD SAHRIANNOR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Geografi 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengetahui Kebutuhan Tanaman Pangan di Kecamatan Bati-Bati Menggunakan Analisis LQ

16 Oktober 2024   11:34 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:38 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah mempengaruhi tingkat kebutuhan pangan, yang harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian untuk menjaga ketahanan pangan. Kecamatan Bati-Bati di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu daerah yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utama pangan. Berdasarkan data produksi tanaman pangan periode 2018-2022, komoditas seperti jagung dan ubi kayu menunjukkan potensi unggulan dengan nilai LQ (Location Quotient) yang lebih dari 1, menandakan kecukupan produksi untuk kebutuhan lokal. Namun, beberapa komoditas lain seperti kedelai dan kacang tanah masih memerlukan peningkatan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan produksi tanaman pangan di wilayah ini, guna menilai sejauh mana kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan bagaimana peran komoditas basis dalam mendukung ketahanan pangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BPS TANAH LAUT
BPS TANAH LAUT

BPS TANAH LAUT
BPS TANAH LAUT

- Total produksi: Produksi tanaman pangan di Kecamatan Bati-Bati berkisar antara 1.646 hingga 10.133 ton per tahun selama periode 2018-2022. Komoditas utama adalah jagung dan ubi kayu.
   - LQ (Location Quotient) Jagung dan Ubi Kayu: Nilai LQ lebih dari 1 menunjukkan bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas basis atau unggulan. Jagung dengan nilai LQ 1,01 dan ubi kayu 1,41 merupakan komoditas basis, yang artinya produksi lokal cukup signifikan dibandingkan wilayah lain dan memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan lokal serta mungkin dapat diekspor ke wilayah lain.
   - Kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar: LQ di bawah 1 menunjukkan komoditas non-basis, yang berarti produksi lokal tidak cukup memenuhi kebutuhan lokal sehingga mungkin ada ketergantungan impor dari daerah lain.

BPS TANAH LAUT
BPS TANAH LAUT

Rata-rata jumlah penduduk adalah *44.536* jiwa. Dengan jumlah penduduk yang relatif stabil dari tahun ke tahun, kebutuhan pangan bisa diperkirakan berdasarkan jumlah tersebut.

Kesimpulan:
   - Berdasarkan analisis LQ, komoditas jagung dan ubi kayu di Kecamatan Bati-Bati merupakan komoditas basis yang berpotensi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat setempat dan mungkin juga diekspor ke wilayah lain. Sedangkan komoditas lain seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi jalar memiliki nilai LQ rendah (non-basis), yang menunjukkan produksinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga mungkin diperlukan pasokan dari wilayah lain.
   - Produksi pangan yang ada, terutama jagung dan ubi kayu, tampaknya cukup untuk mendukung kebutuhan pangan pokok bagi penduduk setempat, namun komoditas lain memerlukan perhatian lebih untuk ditingkatkan produksinya atau diimpor dari luar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun