Pada tahun 1995 saya mengikuti Kursus Pimpinan Minyak & Gas Bumi (Suspi Migas) XIII yang diselenggarakan oleh PT. Pertamina (Persero) bersama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) selama tiga bulan. Ketika acara kunjungan ke luar negeri, saya memilih ke Taiwan.Â
Dalam acara kunjungan selama dua minggu itu, saya mendapat dua pengalaman menarik mengenai ubi jalar. Yang pertama, ketika jamuan makan resmi, menu steaknya tidak menyajikan kentang rebus yang dibungkus kertas timah (grenjeng) seperti yang lazim kita alami di berbagai kesempatan, melainkan berupa ubi jalar yang berwarna kuning.Â
Pengalaman kedua, ketika acara mengunjungi suatu kawasan pariwisata di daerah pegunungan yang sejuk, saya menyaksikan orang-orang berkerumun antri membeli ubi jalar.Â
Ketika saya mempertanyakan kepada guide (juru penerang yang ditugaskan mengawal rombongan kami), apakah ubi jalar merupakan tanaman langka dan kenapa sepertinya sangat diburu?Â
Yang dijelaskan, bahwa ubi jalar bukan tanaman langka dan sangat dianjurkan oleh Pemerintah Taiwan untuk dikonsumsi karena menurut penelitian mengandung zat besi dan seng  yang sangat penting bagi kesehatan otak. Dengan rajin mengonsumsi ubi jalar yang murah dan mudah didapat, diharapkan masyarakat Taiwan mampu dan tahan belajar lebih banyak dan lebih lama agar mampu bersaing dengan bangsa lain.
Sesampainya di tanah air, pengalaman tersebut saya ceritakan kepada keluarga besar saya untuk ditiru dan diikuti. Yang ternyata ibu saya menceritakan, bahwa leluhur kita juga menganjurkan agar ketika mengandung, perbanyaklah mengonsumsi sayur daun ubi jalar untuk kesehatan bayi sejak dalam kandungan sampai lahir kelak dengan harapan bisa keluar dengan lancer.Â
Konon hanya itu penjelasan yang diberikan oleh para leluhur kita secara turun-temurun. Pada hal mungkin juga seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah Taiwan yang memang ternyata terbukti, bahwa sumber daya manusia (SDM) Taiwan sangat maju dalam berbagai bidang. Mungkin benar, ubi jalar telah ikut berperan, karena dalam paparan Linda Carolina Brotodjojo dalam bukunya yang berjudul "Semua Serba Ubi Jalar", menguraikan cukup lengkap mengenai ubi jalar.
Ternyata ubi jalar mengandung banyak ragam zat gizi yang sangat baik bagi tubuh. Karena kandungan gulanya sangat rendah, maka ubi jalar merupakan sumber utama karbohidrat yang sangat baik bagi penderita diabetis.Â
Ubi jalar juga sangat kaya akan provitamin A atau resinol serta mempunyai kandungan serat yang sangat tinggi. Ubi jalar juga sangat baik untuk mencegah kanker saluran pencernaan dan mengikat zat karsinogen penyebab kanker di dalam tubuh. Secara panjang lebar diuraikan mengenai manfaat ubi jalar bagi tubuh khususnya dalam menjaga kesehatan tubuh, yaitu :
- Vitamin A dan C yang ada dalam ubi jalar merupakan antioksidan yang dapat berfungsi untuk menangkal radikal bebas dan mengganti sel-sel yang rusak serta mencegah beberapa jenis kanker.
- Baik untuk mengobati panas dalam dan gangguan perut yang banyak dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
- Sangat baik untuk penderita tekanan darah rendah.
- Dapat mencegah kemungkinan terkena penyakit jantung, diabetis dan kegemukan. Serta menghindari terjadinya serangan stroke karena dapat menjaga kolesterol dalam darah dan mencegah penyumbatan pembuluh darah.
- Kandungan potassium yang tinggi dalam ubi jalar dapat membantu tubuh dalam menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
- Zat besi dan kalsium dalam ubi jalar juga dapat membantu proses peredaran darah dan memperbaiki kekuatan tulang.
Apabila memperhatikan manfaat ubi jalar yang demikian besar bagi tubuh manusia, dan apalagi mudah menanamnya di sekitar kita seberapa pun luas dan apa pun kondisi lahan kita, maka sangat mengherankan apabila ada berita tentang kelaparan dan kurang gizi di beberapa daerah di tanah air kita ini. Suatu pertanda, bahwa kita (pemerintah dan rakyatnya) kurang kreatif dan kurang bernalar.*****