Â
 Pada tahun 1995, saya mendapat tugas dari Perusahaan (PT Pertamina-Persero) mengikuti Kursus Pimpinan Minyak & Gas Bumi (Suspi Migas) Angkatan XIII yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional). Kursus selama tiga bulan tersebut pasti menyisakan banyak kenangan yang beraneka macam, senang, bahagia, kesal, panik, dan terkadang kalang-kabut datang silih berganti.
Beberapa waktu yang lalu, ada kiriman video melalui w/a group yang menggambarkan almarhum pak Rony Makasutji, sedang bermain musik bersama group band The Pros. Juga ada berita duka meninggalnya pak Djojoprajitno.Â
Selama mengikuti Suspi, saya ada kenangan khusus dengan kedua beliau itu. Dengan pak Djojoprajitno karena mendapat pembimbing yang sama dalam tugas menyusun karya tulis yaitu Bapak Brigadir Jenderal Soehardjono SE. Juga ada kenangan khusus dengan pak Rony Makasutji. Karena suatu ketika, pak Rony Makasutji menemui saya dan bilang :"Ji, you hebat!".Â
Hebat apanya, kata saya spontan penuh tanda tanya. Yang kemudian dilanjutkan :" You  hebat! Hanya tanggapan Sadji yang dibahas di Lemhannas!". Dengan sedikit kaget dan takut, lalu saya bertanya lagi :" Wah gawat dong, saya bisa diwanted! Kok pak Rony tahu dari mana?". Lalu penjelasannya kemudian :" Teman aku ada  di dalam  Ji, dia bintang satu dan bercerita seperti itu".
Mungkin sekali berita itu sampai ke pak Djojoprajitno dan juga teman-teman yang lain. Karena ketika saya mendompleng menghadap ke pembimbing karyatulis di Kawasan Cibubur, pak Djojo banyak menanyakan tanggapan yang saya buat selama kursus. Karena perjalanan cukup lama, sehingga banyak yang saya sampaikan dan agaknya pak Djojo juga khawatir setelah mendengar dengan penuh perhatian selama perjalanan dari Mess Simprug ke Cibubur.Â
Karena kemudian ketika menghadap pak Soehardjono, pak Djojo mengajukan pertanyaan :" Pak, apakah tanggapan kita itu dibaca, atau masuk keranjang sampah, Pak?". Yang langsung dijawab pak Soehardjono :" Oh tidak, semua tanggapan peserta itu dibaca. Yang biasa-biasa saja ya memang masuk keranjang sampah.Â
Tetapi kalau lain dari yang lain serta merupakan pemikiran dan pendapat baru, bisa sampai ke Bina Graha, Mas. Makanya diharapkan, Instansi dan Organisasi yang mengirim pegawai atau personilnya untuk mengikuti kursus di Lemhannas itu harus orang-orang pilihan yang kelak diharapkan jadi pemimpin. Cuma, semua pendapat tadi tidak boleh disebar-luaskan di luar, hanya sebatas di forum kursus".
Ketika kursus, disediakan kertas carbonized untuk menulis tanggapan pada setiap sesi pelajaran. Yang asli (lembar pertama) dikumpulkan, sedangkan bagi peserta membawa serta menyimpan copynya. Kalau tanggapan tersebut sempat didiskusikan, maka pada setiap kertas tanggapan diberi tanda bahwa telah dibahas. Saya hampir tidak pernah diberi kesempatan bicara atau bertanya walaupun berkali-kali berusaha mengangkat tangan.Â
Hanya sekali saya diberi kesempatan bicara ketika membahas tanggapan saya mengenai Ketahanan Nasional. Pada waktu itu saya diminta menyampaikan tanggapan yang saya tulis ketika membahas penjajahan dalam mata kuliah Ketahanan Nasional. Pemberi materi menyebut, bahwa Indonesia dijajah selama 3,5 abad maka timbul kebodohan dan kemiskinan. Perjuangan kemerdekaan tidak pernah berhasil karena politik devide et impera atau politik pecah belah oleh Belanda terhadap bangsa kita.
Saya kemukakan bahwa sejarah itu harus disampaikan dengan benar. Sebab menurut pendapat saya, bangsa Indonesia itu memang bodoh dan miskin sehingga mudah dijajah oleh bangsa lain.Â