Filateli adalah kegemaran yang bidang kegiatannya meliputi mengumpulkan prangko, mempelajari prangko dan benda-benda lain yang erat hubungannya dengan prangko dan segala seginya. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan surat-menyurat yang menggunakan amplop atau sampul surat, kartu pos dan aerogram atau warkat pos berikut cap pos atau stempel pos yang tertera pada prangko yang tertempel.Â
Kata filateli berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu, philos yang artinya teman dan ateleia yang artinya pembebasan. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Herpin berkebangsaan Perancis pada tahun 1864, duapuluh empat tahun setelah diterbitkannya prangko di Inggris pada tahun 1840 yang digagas oleh Sir Rowland Hill.Â
Prangko sendiri adalah berupa benda kecil yang direkatkan pada sampul surat atau kartu pos dan aerogram sebagai tanda bayar  lunas atas biaya pengiriman surat yang harus dibayar terlebih dahulu oleh si pengirim surat.
Semua negara di dunia telah menerbitkan prangko dengan berbagai tema, topik dan tujuan penerbitannya. Melalui sebuah prangko kita dapat menyaksikan kebudayaan suatu bangsa, peradaban manusia dari masa ke masa, melihat keindahan alam di berbagai tempat, melihat flora dan fauna yang menghuni di berbagai belahan bumi.Â
Dari sebuah prangko dan juga sampul surat atau kartu pos khusus, kita bisa mengikuti peristiwa-peristiwa bersejarah di berbagai negara di seluruh dunia.
Karena peran prangko yang demikian penting, Pemerintah Indonesia pernah menerbitkan prangko yang dicetak di Wina. Salah satu misi penerbitan prangko tersebut adalah untuk memperkenalkan Indonesia ke seluruh dunia yang diharapkan bisa tercapai melalui kegiatan filateli.Â
Prangko cetakan Wina tersebut beredar dan dipergunakan pada periode 1949 -- 1953, tetapi sempat terkena imbas blokade Belanda. Prangko terbitan Wina pernah dipamerkan di Amerika Serikat dan dibuka resmi oleh Presiden Soekarno yang waktu itu sedang berkunjung ke Amerika Serikat.Â
Dalam sambutannya, Presiden Soekarno menyebut bahwa penerbitan prangko adalah penting bagi suatu negara karena bisa memperkenalkan berbagai aspek suatu bangsa kepada masyarakat dunia.Â
Bagi kolektor filateli yang disebut filatelis adalah sangat menarik untuk mengoleksi dengan tema Bung Karno. Hal ini penting diketahui, karena pertama kali prangko yang terbit pada tanggal 6 Mei 1840, diberi nama The Penny Black adalah bercirikan memuat gambar Ratu Victoria, berwarna hitam-putih, bagian atas bertuliskan Postage dan bagian bawah ditulis One Penny.Â
Prangko bergambar Presiden Soekarno pertama kali diterbitkan pada Mei 1947 dengan nilai nominal hasil cetak tindih yang terdiri atas 50 sen, Rp 1,-; Rp 1,50; Rp 2,50; Rp 3,50; dan Rp 5,-.Â
Kemudian cetak percobaan tanpa perforasi, seri Soekarno dengan nilai nominal 10 sen; 15 sen; dan 20 sen, sedangkan Hatta dengan nominal 150 sen, yang kemudian disusul terbit seri Soekarno dengan nominal 2000 sen dan Hatta 300 sen.Â
Khusus pada prangko revolusi cetakan Wina, disamping mengetengahkan Soekarno -- Hatta, juga para pemimpin yang lain. Soekarno dengan nominal Rp 1,- Â dan Rp 25,- sedangkan Hatta dengan nominal 40 sen dan Rp 10,-. Juga ada gambar Presiden Soekarno berdialog dengan seorang pejuang dengan nilai nominal hanya 2 sen.
Pada tahun 1951 Percetakan Kebayoran menerbitkan prangko seri Presiden Soekarno sebanyak 15 prangko dengan warna berbeda dan nilai nominal dari Rp 1,-sampai Rp 50,-. Tanggal 15 Februari 1961 terbit prangko dengan nilai nominal 75 sen bergambar Ayunan Cangkul Pertama Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1 Januari 1961 oleh Presiden Soekarno.Â
Kemudian pada tahun 1964 terbit 10 jenis prangko Presiden Soekarno dengan nilai nominal Rp 6,- hingga yang termahal Rp 500,- disusul seri Conefo (Conference of the New Emerging Forces) sebanyak 15 jenis dengan nilai nominal Rp 1,- sampai Rp 100,- dan tambahan dana sumbangan pembangunan Gedung Conefo sebesar Rp 1,- sampai Rp 25,-.Â
Lalu dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata, dibangun hotel-hotel pariwisata yang diabadikan dalam prangko dengan mengetengahkan juga gambar Presiden Soekarno. Prangko Samudera Beach Hotel dengan nominal Rp 10,- ditambah dana pembangunan hotel Rp 5,- dan Rp 40,- + Rp 15,-. Sedangkan Ambarukmo Palace Hotel dengan nilai Rp 25,- + Rp 10,- dan Rp 80,- + Rp 20,-
Setelah terjadi kemelut politik dan kesulitan ekonomi akibat peristiwa G30S tahun 1965, pada tanggal 13 Desember 1965 diterbitkan seri Presiden Soekarno hasil cetak tindih dengan nilai nominal 20 sen, 30 Â sen, 40 sen, 50 sen, 75 sen, dan 100 sen.Â
Kemudian pada Januari 1966 terbit lagi 21 jenis prangko dengan gambar yang sama tetapi nilai nominal hanya 1 sen sampai Rp 25,- Baru kemudian pada 6 Januari 2001 dalam rangka memperingati 100 tahun Bung Karno terbit 4 buah prangko yang menggambarkan sejak masa kecil Bung Karno hingga dewasa dengan nominal Rp 500,-, Rp 800,-, Rp 900,- dan Rp 1000,-.
Memburu filateli tematik Bung Karno cukup menarik dan banyak ragamnya. Ada aerogram yang dikirim oleh Lennart Christensen dengan alamat Flommonagen 24 Sweden kepada His Highness The President Ahmed Sukarno bertanggal 24 Januari 1964.Â
Juga aerogram yang diterima di Istana Kepresidenan tanggal 3 Mei 1962 dari Leonard Aron D. alamat 201 Oriental Avenue, Atlantic City, New Jersey USA yang meminta foto dan autograph Presiden Soekarno.Â
Koleksi langka yang penulis peroleh dari suatu lelang filateli yaitu Sampul Hari Pertama (First Day of Issue) memperingati kunjungan Presiden Soekarno yang diterbitkan pemerintah Brasil pada tanggal 20 Mei 1959 dengan gambar Presiden Soekarno dan juga lambang negara Pancasila.Â
Ada lagi kartupos bertema Selamat Hari Raya Idul Fitri yang bergambar rancangan pembangunan masjid raya Wajo di Sengkang dengan memuat tulisan tangan Presiden Soekarno yang berbunyi :" Moga-moga masdjid ini lekas terbangun, mendjadi pusat penyembahan kepada Tuhan di Tanah Wadjo, Soekarno Presiden Republik Indonesia 12/12/'55.Â
Terakhir, ada koleksi yang termasuk langka. Dalam rangka peringatan 11 tahun Hari Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1956, terbit kartupos bergambar Presiden Soekarno, naskah Proklamasi dan Garuda Pancasila yang khusus tercetak untuk dikirim ke Manahan Surakarta, tinggal menulis nama dan alamat yang dituju. Dalam rangka bulan Bung Karno, tulisan ini dibuat dengan mengungkap sebagian koleksi filateli yang penulis miliki. Selamat membaca!***** Bekasi, Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H