Uci nama panggilannya. Dia dilahirkan pada tahun 2002. Pernah sekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Yudha dan SD Islam Al Azhar, lalu melanjutkan ke SMP Islam Assyafiiyah kemudian ke SMA Negeri 16, semuanya di kota Bekasi. Masa sekolah adalah masa yang paling indah, begitu kata sebuah lagu. Dan ternyata memang benar, semua pasti mengalami, termasuk juga Uci. Sangat menyenangkan karena banyak teman, dan segala sesuatu hanya tinggal minta kepada orangtua tanpa memahami apa yang dihadapi atau dialami oleh orangtuanya.
    Pada tahun 2012 Uci duduk di bangku kelas 5C Sekolah Dasar (SD). Teman seangkatannya yang berjumlah lebih dari seratus orang anak, aneka macam perilakunya. Ada yang suka jahil dan ada yang jenaka, bahkan ada juga yang suka berantem. Banyak yang rajin, pendiam dan macam-macamlah. Semuanya tentu saja ada yang menyenangkan, tetapi tidak sedikit yang berperilaku menyebalkan. Suatu hari, Ibu Guru Bahasa Indonesia memberi tugas untuk membuat puisi. "Kalian harus membuat puisi seperti contoh pelajaran hari ini! Buat sendiri-sendiri, tidak boleh sama atau mirip, dan tidak boleh menyontoh dari buku lain. Kalian boleh berpuisi tentang khayalan cita-cita masa depan! Boleh tentang apa yang kalian lihat! Tentang apa saja, susun yang bagus karena minggu depan akan kalian baca di depan teman-teman kalian dengan gaya deklamasi!", tegas Ibu Guru.
    Maka, semua sibuk membuat puisi. Setiap hari, masing-masing anak saling curhat sesama teman, menanyakan apakah sudah membuat PR puisi dan seperti apa. Ada yang pamer puisinya, lalu dibaca dengan gaya deklamasi, tetapi kemudian dibuli dan ditertawakan ramai-ramai. Uci membuat beberapa judul, dicorat-coret lagi dan menyusun lagi, berkali-kali. Terilhami kakaknya nomor dua yang sudah menjadi mahasiswi di Fakultas Kedokteran dan pengalaman ketika berobat ke dokter, Uci antaralain membuat puisi berjudul "Dokter". Setelah dipilah-pilah dan ditimbang-timbang, akhirnya puisi berjudul "Dokter" dibawa ke jasa pengetikan untuk diketik, karena harus dikumpulkan dengan kertas ukuran kwarto dan diketik rapi.
                                         *****
    Hari pelajaran Bahasa Indonesia pun tiba. Semua berdebar-debar dan umumnya takut untuk disuruh maju. Bu Guru memilih murid yang paling jenaka untuk maju yang pertama sebagai contoh. "Anak-anak, Itang membuat puisi tentang pemain sepak bola. Coba cari bola sepak, Itang, dan baca puisimu dengan gaya deklamasi yang bagus!", ujar Bu Guru.
Itang yang cekatan, segera memperoleh bola sepak dan langsung membacakan puisinya dengan lantang disertai gerak-geriknya yang lucu. Semua senang dan tertawa terbahak-bahak menyaksikan Itang yang jenaka bersama bola dan puisinya yang cukup panjang dan apik. Hampir separo kelas mendapat giliran, ada yang penuh semangat seperti Ibu Guru memberi contoh berdeklamasi, sampai ada yang sekedar membaca dengan datar saja.
    Sampailah pada puisi si Uci yang berjudul "Dokter". "Anak-anak, sekarang Uci akan membacakan puisinya tentang profesi atau pekerjaan sebagai Dokter. Sebaiknya Itang menemani dan melakukan peran sebagai dokternya, ya?", pinta Ibu Guru yang mendapat sambutan tepuk tangan meriah dari teman-temannya disertai ujaran dan teriakan, cuit-cuit.....! Itang dengan bergaya seorang dokter yang seolah mengenakan stetoskop langsung maju ke depan, sementara si Uci malu-malu sambil mengamati perilaku si Itang yang lucu dan selalu bersemangat. "Anak-anak, ayo...., diam semua, perhatikan puisi Uci!", teriak Ibu Guru. Tiba-tiba suasana hening dan Uci kemudian membacakan puisinya dengan lantang, bergaya bagaikan seorang deklamator. Inilah puisinya :
                                       Dokter
            Dokter.....
            Kau telah mengobati banyak orang yang sakit
            Kau berjuang untuk mengobati manusia
            Kau orang yang baik dan sabar
                                Dokter.....
                                Kau sangat pintar
                                Kau adalah pahlawan kesehatan
                                Kau menerima banyak uang karena pekerjaanmu
            Dokter.....
            Kau membuat orang sehat
            Supaya berguna dalam hidup
            Dan bekerja giat lagi karena sehat
                                Dokter.....
                                Bajumu selalu berwarna putih
                                Pertanda kau orang yang selalu menjaga kebersihan
                                Kebersihan adalah pangkal kesehatan
    Lucunya, di akhir pembacaannya, Uci mengucapkan kata-kata sisipan :"Terimakasih ya dokter Itang!", yang disambut tepuk tangan lagi oleh teman-temannya sekelas.
"Wah, rupanya Uci kepingin jadi dokter, ya! Belajar yang baik ya, supaya tercapai cita-citanya,.....juga kalian semua! Belajarlah yang rajin untuk menggapai cita-cita kalian!", doa Ibu Guru ketika hendak meninggalkan kelas menutup pelajaran.
                                       *****
    Bulan November 2022 si Uci berbenah buku-buku lamanya yang masih ia simpan dengan rapi. Adat ini karena mengikuti nasihat Bapaknya yang selalu menyimpan dokumen, buku, koran, majalah yang dimiliki dan tersusun dengan rapi. Tiba-tiba Uci menemukan dua carik kertas ukuran kwarto yang berisi puisi yang pernah dia buat. Ada tertulis namanya dan petunjuk kelas 5C. Seketika Uci mengingat semuanya. Sorak-sorai temannya karena Bu Guru menunjuk Itang yang jenaka untuk memerankan dokter dan Uci mendeklamasikan puisinya dengan sedikit bergaya malu-malu. Juga ingat semua teman-temannya. Sekarang sesudah sepuluh tahun berlalu, tahun 2022, si Uci sudah duduk di Semester 5 Fakultas Kedokteran. Di semester ini dia sibuk mempersiapkan diri menyusun skripsi sesuai perubahan kurikulum baru dan akan melakukan penelitian di RSUD Bekasi. Dia baca lagi puisinya berkali-kali sambil tersenyum dan berkata dalam hatinya :"Ternyata puisi adalah juga bermakna sebagai doa. Ibu Guru juga mendoakan pada waktu itu. Syukur alhamdulillah ya Allah, semoga Allah subhanallahu ta'ala senantiasa melindungi aku dan keluargaku serta membimbingku agar aku cepat menjadi dokter untuk mengabdi kepada kemanusiaan! Aamiien!". Kertas yang memuat puisi itu sekarang dipajang di ruang belajar Uci untuk menjadi penyemangat belajar.*****Bekasi, awal Januari 2023
            Â
                                   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H