Pada tahun 2010 saya mengikuti Creative Writing Training dan Seminar dalam rangka Journalist Days 2010 "Creanovative Journalism"Â yang diselenggarakan oleh Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Kampus UI Depok.Â
Saya mendaftar karena diiklankan di majalah Intisari, tetapi kemudian sempat merasa malu dan agak canggung karena peserta lainnya para mahasiswa belia sedangkan saya sudah berusia 60 tahun.
Rasa canggung saya agaknya terdeteksi oleh pemberi materi, Pak Pepih Nugraha yang mempertanyakan kenapa saya bisa terdampar di acara yang ternyata terbukti sangat bermanfaat bagi saya. Ketika saya balik bertanya, apakah saya tidak kadaluwarsa mengikuti ini, penjelasannya sangat menarik.Â
"Bahwa tidak ada kata kadaluwarsa untuk menulis dalam rangka berbagi pengalaman. Hanya pada makanan dan obat yang mengalami nasib kadaluwarsa. Tidak boleh malu, bahkan para pemenang penghargaan Pulitzer rata-rata sudah berumur tua, mungkin sudah matang", katanya.
Saya memang punya hobi membaca dan sesekali menulis yang terkadang berhasil dimuat di media massa. Sejak tahun 1979, dalam jangka waktu yang jarang, tulisan saya pernah dimuat di harian Merdeka, Jayakarta, Pelita, Intisari, Panji Masyarakat, Sinar Harapan Minggu, Harian Terbit, Pikiran Rakyat, Bekasi Ekspres dan majalah Warta Pertamina.Â
Belakangan, beberapa tulisan saya berhasil dimuat di majalah Clapeyron yang diterbitkan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan-Universitas Gajah Mada Jogyakarta.
Setelah pensiun sebagai karyawan BUMN, saya ingin aktif menulis tetapi naskah yang saya kirim selalu ditolak alias tidak laku. Maka timbullah niat mengikuti pelatihan tersebut dengan harapan bisa lebih produktif menulis. Saya merasa banyak ide, gagasan, pendapat, kritik, dan pandangan yang tidak tersalur untuk disosialisasikan kepada khalayak ramai.Â
Anak sayalah yang menyemangati untuk terus menulis dan menyarankan agar dituangkan serta disebarkan melalui "blog". Dan jadilah saya seorang "Blogger" sejak tahun 2012. Belakangan, anak saya juga menyarankan agar saya menulis di Kompasiana sehingga bisa lebih banyak dibaca oleh khalayak ramai. Maka saya mulai menulis untuk Kompasiana sejak 29 November 2021.
Sementara itu, masa pandemi Covid-19 yang sangat membelenggu segala sendi kehidupan, memberikan kesempatan berharga bagi saya untuk mencoba giat menulis. Saya manfaatkan mengikuti secara on line pelatihan menulis yang diadakan oleh harian Kompas, Republika dan Media Indonesia dengan tujuan untuk menambah wawasan.Â
Saya juga mengikuti berbagai lomba dan memenuhi undangan untuk menulis bersama. Maka muncullah tulisan saya dalam sembilan buah buku yang memuat cerpen, puisi dan esai/artikel saya, yaitu : Asmarandana (CV Graft Literasi Jakarta-2020); Omnibus Story (Wonderful-2021); Syair Cinta Untuk Bunda (CV Dandelion Publisher Bogor-2021; Kusuma (CV Graft Literasi-2021); Asma Aksara (CV Faza Citra Production Cirebon-2021); Tersembunyi (Bougenvillea Surabaya-2021); Sang Pejuang Pena (CV Faza Citra Production-2021); My Story in Pandemic (CV Faza Citra Production-2022); dan Sang Pelita (ALFABETA Publisher-2022).