Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Nostalgia Kereta Api Gresik-Surabaya

10 Oktober 2022   23:44 Diperbarui: 10 Oktober 2022   23:49 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Stasiun Gresik tahun 1924 yang disimpan oleh KITLV. (Sumber: blog Sanglakon)

Saya lahir dan dibesarkan di kota Gresik. Meninggalkan kota Gresik setelah lulus STM Kimia Industri YWSG (Yayasan Wisma Semen Gresik) karena diterima bekerja di PT Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Wonokromo-Surabaya. 

Sampai akhir tahun 1975 saya masih tinggal di Gresik walau pun sempat tinggal di Asrama Mahasiswa Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKAMIGAS) Cepu dari tahun 1973 sampai dengan 1975 dalam rangka tugas belajar. 

Salah satu kenangan yang tidak pernah terlupakan mengenai tanah kelahiran saya adalah pengalaman naik kereta api dari Stasiun Gresik ke Stasiun Pasarturi -Surabaya pergi-pulang. 

Kendaraan umum darat berupa bus maupun opelet atau angkutan umum antar kota juga ada, tetapi karena naik kereta api lebih murah dan lebih aman, maka pilihan pasti lebih baik naik kereta api. 

Pernah saya naik kereta api bersama kedua orangtua dan adik karena mau cari buku yang harus saya miliki sewaktu di SMP. Tujuannya adalah ke toko buku di sepanjang jalan Bubutan. 

Dulu, di jalan Bubutan sangat terkenal dengan toko-toko di trotoar tengah badan jalan yang menjual buku-buku pelajaran dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi yang bekas maupun baru. 

Kios toko-toko itu menarik, berkaca dan berbentuk melingkar atau segi enam, berjejer dengan jarak tertentu dan bangunannya kokoh permanen, menarik, berarsitektur jaman Hindia-Belanda. Setelah jaman Repelita, toko-toko itu hilang karena pelebaran jalan dan karena alasan lain. 

Perjalanan dari Gresik turun di Stasiun Pasarturi lalu jalan kaki ke Bubutan, merupakan suatu perjalanan rekreasi nan murah terjangkau dengan kondisi lalulintas yang masih sepi, tidak seramai sekarang.

Pada setiap tahun ajaran baru, kios toko buku di Bubutan itu pasti ramai dikunjungi banyak orangtua dan anak-anak dari berbagai daerah karena sangat terekenal. 

Kios-kios itu hampir tidak pernah mengalami kekurangan stok atau persediaan buku-buku pelajaran karena berlaku sistem tukar-tambah. Anak atau orangtua membawa buku kelas lamanya untuk ditukar dengan buku pelajaran kelas diatasnya dengan menambah sejumlah uang sesuai hasil tawar-menawar yang dimufakati. 

Nampaknya, dulu di sekolah tidak pernah berubah-ubah buku pelajaran sebagai buku pegangan sehingga model tukar-tambah bisa terjadi dan tidak memberatkan siswa maupun orangtuanya. 

Bersama sesama teman-teman sekolah juga sering berunding untuk jalan-jalan ke Surabaya dengan naik kereta api. Bagi saya, jalan kaki dari rumah di Tlogobendung di tengah kota ke Stasiun Gresik di jalan Pekelingan di Gresik Utara adalah merupakan kenangan tersendiri. 

Tinggal memilih rute mana yang ingin kita lalui. Yang jelas, Gresik adalah merupakan kota tua, sehingga banyak bangunan peninggalan kolonial yang besar-besar dan indah. 

Karena euforia pembangunan semasa Orde Baru, Gresik jadi rusak. Jalan Samanhudi misalnya, dulu bernama jalan Niaga, rumah-rumah dan toko berarsitektur Eropa dan China berjejer, sangat indah dan menarik. Tiang-tiang listrik berderet sepanjang jalan raya terpancang tegak lurus, tidak peang-peang dan pemasangan pernak-pernik listrik yang sangat indah. 

Karena pelebaran jalan, semua menjadi rusak dan kurang menarik lagi. Pengrusakan itu terjadi setelah Gresik dimekarkan menjadi kota Kabupaten yang berdiri sendiri pada tahun 1975. 

Dana yang berlimpah, dan penguasa Pemda beserta aparatnya yang umumnya pendatang, membuat gelap mata dengan alasan membangun. Dari kota Kecamatan menjadi Kabupaten, pasti Bupati dan perangkatnya di drop dari luar, dan berbagai proyek kemudian dirancang. 

Masjid Jami' yang beraksitektur perpaduan Belanda, Islam dan Jawa yang nampak anggun dan gagah itu dihancurkan dengan alasan ditingkatkan kapasitasnya. Juga Rumah Sakit Gresik yang tadinya bekas bangunan Belanda yang mirip Istana Merdeka, dibongkar untuk dijadikan pendopo Kabupaten.

Lucunya, jalur kereta api rute Gresik-Surabaya ikut dimatikan sejak Oktober 1975. Stasiun Gresik yang dibangun dengan arsitektur gaya Tudor-NIS dan diresmikan pada tanggal 3 Januari 1924, sehingga sangat disayangkan kalau kemudian dimatikan. 

Masa pembangunan, kok malah banyak jalur kereta api dimatikan diberbagai daerah, nalar yang perlu dipertanyakan logikanya. Tetapi syukur alhamdulillah, jalur kereta api itu kemungkinan terselamatkan kembali berkat Peraturan Presiden RI nomor 80 tahun 2019 tentang : Percepatan Pembangunan Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbang Kertosusilo).  

Stasiun Gresik akan dioperasikan oleh PT Trans Jaya Persada bekerjasama dengan PT KAI untuk mendukung angkutan barang dari Kawasan Industri di Gresik yang memproduksi plastik, kayu, makanan, energi dan produk kimia lainnya. MOU telah ditandatangani tertanggal 11 Mei 2021. 

Semoga kajian yang menyangkut aspek bisnis, finansial, studi kelayakan, faktor lingkungan, legalitas, resiko dan lain-lain segera berhasil dengan baik. Tetapi yang sangat penting adalah dalam rangka mendukung industri pariwisata di kota Gresik. Kota tua yang penuh bangunan gaya Eropa masih banyak terdapat di Kawasan Pekelingan, dekat dengan lokasi stasiun. 

Kuliner khas Gresik dan industri kerajinan rumah serta wisata religi yang tersebar luas di Gresik juga menanti percepatan rehabilitasi dan pengaktifan kembali jalur KA Gresik-Surabaya yang berbasis angkutan barang dan jasa, bisnis dan pariwisata serta sejarah kolonial. 

Dan tentu saja bagi yang pernah menikmati jalur KA itu, ingin kembali bernostalgia karena jasanya turut membantu pencapaian cita-cita banyak orang melalui pendidikan. Itulah tantangan Pemda Gresik, Pemda Surabaya, PT KAI dan berbagai pihak yang berkepentingan!

*****

Bekasi, Oktober 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun