Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasihat Bapak Kepala Sekolah

16 Agustus 2022   22:06 Diperbarui: 16 Agustus 2022   22:11 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak beberapa minggu ini, setiap upacara bendera Senin pagi di SDN 05 Sukamaju selalu diakhiri dengan menyanyikan tiga buah lagu-lagu perjuangan yang berganti-ganti. Bernyanyi dengan penuh semangat yang dipandu oleh Ibu Guru Seniwati yang mengajar Ekskul Kesenian. Anak-anak kelas enam sangat menyenangi lagu itu dan selalu mendendangkan dengan kelucuan kalau kebetulan ada temannya yang panggilannya Mullah karena pasti disertai dengan membully, mendorong-dorong diikuti berbagai perilaku lucu lainnya. Namanya bagus dan cukup panjang. Dia terkadang menyesali kenapa orang-tuanya memberi nama yang demikian panjang. Karena ketika mengisi data waktu tes atau ujian, pasti memerlukan waktu yang lama. Teman-temannya sudah mengerjakan dua soal, dia baru selesai menulis nama di lembar kertas untuk komputer. Nama bagus itu, Mullah Ishlahulhuda Utomo dan sehari-hari dipanggil Mullah. Justru panggilan itulah yang membuat Mullah merasa kesal karena sering dibully oleh teman-temannya.

                                                                                                                         *****

Yang ditunggu pun tiba. Upacara bendera Senin pagi dimulai dan barisan Kelas 6C yang semuanya anak laki-laki tepat berhadapan dengan Dewan Guru SDN 05 Sukamaju. Ketika upacara inti selesai, Ibu Guru Kesenian tampil ke atas mimbar. "Anak-anak, mari kita menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Mari kita nyanyikan lagu Benderaku, Padamu Negeri dan Bangun Pemudi-Pemuda! Kalian harus menyanyikan dengan semangat dan bersungguh-sungguh. Ayo ambil suara.....!",seru Ibu Seniwati. Sementara itu, Kelas 6C yang sudah mengatur susunan barisannya, Mullah berdiri paling depan dan berada di tengah-tengah, mereka saling senyum dan saling berpandangan.

Dan benar, ketika sampai pada lagu "Bangun Pemudi-Pemuda" semua siswa Kelas 6C laki-laki sudah berancang -- ancang. Sesaat pada bait "Masa yang akan datang kewajibanmulah", semua mendorong -- dorong si Mullah sambil berseru :"Kewajiban Mullah, kewajiban Mulah!". Mereka agaknya lupa, dikiranya sedang di kelas atau sedang bersantai ria pada hal sedang mengikuti upacara bendera Senin pagi yang seharusnya dilakukan dalam suasana khidmat. Kontan saja, upacara menjadi gaduh, Mullah terhuyung-huyung karena didorong-dorong kesana-kemari. Pak Kepala Sekolah dan para Bapak serta Ibu Guru segera lari mendekat ke barisan Kelas 6C. Mereka diperintahkan tetap di barisan, sementara yang lain boleh membubarkan diri. Siswa Kelas 6C laki-laki masih saling cekikikan walau pun ketakutan karena pasti akan mendapat hukuman. Dengan nasihat, dilarang membully sesama teman, Pak Kepala Sekolah menghukum mereka semua. Masih dalam suasana pagi yang cerah, mereka  diperintahkan lari keliling lapangan upacara sebanyak lima kali.

Pada upacara bendera hari Senin berikutnya, Pak Kepala Sekolah menyampaikan nasihat kepada seluruh siswa. Dalam pidatonya, Pak Kepala Sekolah  banyak menyinggung tentang pembullyan yang marak di mana-mana belakangan ini. "Anak-anakku sekalian, minggu lalu sekolah telah menghukum teman kalian Kelas 6C laki-laki karena merundung temannya. Siapa saja yang membully atau melakukan perundungan, mengolok-olok atau menghina atau menyakiti sesama temannya akan dihukum. Kalian pasti ada yang menonton TV dan menyaksikan betapa banyak perilaku nakal yang negatip anak-anak sekolah akhir-akhir ini. Jangan sampai perilaku negatip tersebut terjadi di sekolah kita ini! Kalian harus bersatu dan saling tolong-menolong, saling setia-kawan, hormat-menghormati dan saling harga-menghargai dengan sesama teman maupun dengan siapa saja. Tekun dan rajinlah belajar kalian dengan membentuk kelompok belajar yang kompak. Kalian jangan ikut geng-gengan. Masa depan negara dan bangsa Indonesia menjadi tanggung-jawab kalian dan kita semua, bukan cuma Mullah! Ya.....,bukan hanya Mullah, tetapi kalian semua!". Pak Kepala Sekolah menghentikan pidatonya karena anak-anak tiba-tiba bertepuk tangan ketika nama Mullah disebut dengan penuh penekanan.  "Laporkan kepada Bapak dan Ibu Guru kalau ada teman kalian yang nakal supaya tidak keterusan. Perhatikan baik-baik nasihat Bapak ini, jangan sampai kalian terkena hukuman!", tegas Pak Kepala Sekolah mengakhiri wejangannya.*****

Bekasi, pertengahan Agustus 2022 (Cerpen Untuk Anak-anak)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun