Pendahuluan
Persepsi merupakan bentuk penerimaan seseorang dalam melihat atau merespon teks, peristiwa, fenomena, sehingga menjadi pemaknaan tersendiri. Pemaknaan seseorang atau kelompok akan di pengaruhi oleh  kecendrungan perspektif masing-masing individu dalam memotret atau memaknai peristiwa bermakna. Dalam hal ini penulis memaparkan argumentasi dan pemahaman mahasiswa Ilmu Hadis UIN Bukittinggi pada hari kemerdekaan Republik Indonesia.Â
Mahasiswa Ilmu Hadis tentu melekat dengan perspektif hadis dalam memaknai atau menerima sebuah peristiwa yang fenomenal. Mahasiswa Ilmu Hadis biasa dengan kajian hadis dan selalu bergelut dengan hadis-hadis nabi, pandangan mereka memotret momentum Kemerdekaan Republik Indonesia menarik untuk di paparkan.Â
Profil Jurusan Ilmu Hadis
Ilmu Hadis UIN Bukittiggi berdiri pada tahun 2015(dahulunya IAIN Bukittinggi). Ketika itu Mahasiwanya hanya 10 orang yang terdiri dari yaitu, Muhammad Sabry, Elva Yusrini, Elva Yusrina, Oon Candra, Naimah, Nova, Roza Elismayuni, Afriandi Tanjung dan Rosesmi Anisa Fitri. Â Adapun Kaprodi yaitu bapak Dr. Nurlizam, Eka Erizal, setelah itu bapak Nofri Andy N sampai saat ini. Seterusnya, Jurusan Ilmu Hadis UIN Bukittinggi merupakan Jurusan Ilmu hadis tertua di pulau Sumatera, sebab belum ada kampus di pulau Sumatera ketika itu berani memisahkan jurusan Ilmu hadis dengan ilmu tafsir al-Qur'an.Â
Selanjutnya, walaupun jurusan Ilmu Hadis sepi peminat ketika itu. Namun, seiring perkembangan waktu dan hasil sosialisasi para generasi awal dalam mempromosikan jurusan Ilmu Hadis dan di bantu pihak kampus. Alhamdulillah sekarang sudah banyak menghasilkan Alumni dan mahasiswapun menjadi banyak. Â Alumni Ilmu hadis saat ini telah berkarir di berbagai bidang instansi yakni, instansi pendidikan, menjadi penulis, guru pesantren, pengusaha, lanjut studi S2 dan lain sebagainya.
Pandangan Mahasiswa Hadis Universitas Islam Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi
Perihal HUT RI bagi kaum fundamentalism merupakan hari yang tidak perlu di peringati, karena termasuk perbuatan syirik dan bid'ah. Samuel P. Huntington pernah berargumentasi bahwa, semakin saleh umat Islam dan semakin umat Islam mendalami ajarannya, mereka cenderung radikal dan eksklusif [Subiyono Markus, 420; 2019). Tentu argumentasi yang bangun oleh Barat berimplikasi kepada jurusan Hadis, sebab hadis merupakan ilmu agama Islam yang notabene menghasilkan orang-orang soleh bagi umat Islam.  Pandangan Huntington sangat irasional dan kurang objektif. Akan tetapi pendapat Huntington tidak juga bisa di salahkan karena dia hanya sebatas pengamat dari luaran Islam.Â
 Argumentasi pengamat tidak bisa di pegang secara utuh, melainkan hanya sebatas stimulus agar bisa di telusuri kebenarannya. Bahayanya, keterangan Huntington pada Islam berimplikasi tuduhan negatif terhadap lembaga pendidikan agama Islam. Misalnya di Indonesia sekarang sedang marak mengatakan terorisme bersarang di pesantren-pesantren. Narasi ini akan berkembang dan menjadi stigma negatif kepada pesantren-pesantren, sehingga ada sebuah phobia bagi orang tua menyekolahkan anak ke pesantren. Padahal sebagaimana kita ketahui bersama, negara ini berdiri atas perjuangan para Kiai, ulama dan para santri dalam melawan penjajah (Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, 11;2021]
Phobia tersebut bisa saja akan tertuju kepada jurusan Ilmu Hadis, sebab Jurusan Ilmu Hadis tidak jauh berbeda dengan pesantren dalam segi materi yaitu, belajar kitab-kitab klasik hadis secara mendalam yang mencakup memahami isi hadis, metodologi memahami hadis, bahasa Arab, fiqh, ilmu Tafsir dan Ilmu agama Islam lainnya[Abdul Majid Khon, vi; 2012). Dengan materi ini pernyataan Samuel Huntington terbantahkan, karena semakin dalam manusia memahami keilmuan hadis atau ilmu agama maka ia akan cenderung inklusif, toleran sebab dalam kajian hadis di ajarkan berfikir komparatif, komprehensif, kritis dan ilmiah.Â