Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tinjauan Pembelajaran Berdiferensiasi

6 Maret 2024   15:07 Diperbarui: 6 Maret 2024   15:12 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tinjauan Pembelajaran Berdiferensiasi

 

Bagaimana kondisi sebenarnya siswa di Indonesia? Penggambaran paling kongkretnya adalah, siswa di Indonesia memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari gaya belajar, profil siswa, kesiapan belajar, kemampuan kognitif, dan emosional siswa yang dipengaruhi oleh faktor internal serta faktor eksternal. 

Lalu, bagaimana usaha yang dilakukan pemerintah agar setiap siswa di Indonesia dapat mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran dengan kemampuan atau potensi dasar, serta karakteristik mereka masing-masing seperti yang diungkapkan di atas? Ide brilian tercetus melalui Kurikulum Merdeka yang di dalamnya terdapat pembelajaran berdifernsiasi. Seperti apakah pembelajaran berdiferensiasi tersebut? Teori apa saja yang menjadi dasar lahirnya pembelajaran berdiferensiasi?

Sederhananya, pembelejaran berdifernsiasi merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa dengan keragaman kemampuan,  berbeda level kognitif dan jenis kebutuhan serta karakteristik gaya belajar yang berbeda untuk menerima pendidikan yang sama di lingkungan kelas yang inklusif. 

Pendidikan yang menjadi lingkungan belajar inklusif harus mampu mengintgrasikan seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari suasana akademik, budaya sekolah, suasana sekolah, fasilitias sekolah, dan seluruh praktisi dalam lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan proses belajar yang beragam. Intinya, pembelajaran berdiferemsiasi ini akan tercapai dengan adanya integrasi semua aspek pendidikan yang memfasilitasi keragaman kondisi siswa.

Mengkaji lebih jauh dari akarnya, pembelajaran berdiferensiasi lahir dari empat teori. Teori tersebut diantaranya adalah teori ekologi, teori multiple intelligences, Zone of Proximal Development (ZPD), serta teori learning modalities. 

Teori sistem ekologi merupakan pandangan sosiokultural Bronfenbrenner tentang perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan. Mulai dari pengaruh interaksi langsung pada individu hingga pengaruh kebudayaan yang berbasis luas. 

Kelima sistem ekologi tersebut adalah mikrosistem (latar belakang keluarga, ras, jenis kelamin), mesosistem (interaksi seseorang dalam sebuah sistem), ekosistem (norma, etika, nilai, aturan yang berlaku di tengah masyarkat), makrosistem (nilai-nilai ideologi, hukum masyarakat dan budaya politik), dan kronosistem (sejarah, peradaban, sosio-kultural).

Berikutnya, teori multiple intelligences (kecerdasan majemuk) adalah teori yang dicetuskan dan dikembangkan oleh Howard Gardner (1993), seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun