Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi, Resolusi dan Inkonsistensi

8 Januari 2024   17:49 Diperbarui: 8 Januari 2024   17:54 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resolusi, Refleksi, dan Inkonsistensi

Setiap penghujung tahun, banyak dari kita menyusun resolusi untuk tahun berikutnya. Ada yang membeli book planner, membuat to do list baik tertulis kemudian menempelnya di tembok kamar ataupun dalam sebuah aplikasi. Banyak hal yang dituliskan, dari tiga, tujuh, sembilan, bahkan seratus resolusi. Apakah ini sebuah  kesalahan? Tentu tidak, buktinya tidak sedikit juga mereka yang berhasil mencoret list ke seratus dalam kurun waktu tertentu. Yang gagal? Asumsiku lebih banyak dari yang berhasil sih.  Ah semoga itu salah.

Resolusi adalah rencana tentang apa dan bagaimana melakukan sesuatu dimasa yang akan datang. Mempersiapkan ancang-ancang untuk dapat melampauinya kemudian bahagia karenanya. Akan tetapi faktanya, rencana tidak begitu terus mulus seperti orang yang mempunyai banyak fulus. Ada saja hal-hal yang menjadi ganjal, misal gagal ginjal atau terjungkal karena keserimpet sendal. Tetap saja Tuhan Maha Segala yang memegang semua kemungkinan yang ada. Kita cuma manusia biasa takkan mampu menolaknya, hanya bisa kecewa atau menerima dengan lapang dada.

Arti resolusi sendiri setelah membuka KBBI adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan suatu -- yang akan diajukan kepada pemerintah.

Nah, poinnya adalah 'keputusan -- kebulatan tekad'. Tertulis atau tidaknya sebuah resolusi tidak masalah, yang penting otak ingat. Adanya resolusi ini membantu kita untuk dapat melakukan sesuatu dengan (JTSM), jelas, terukur, sistematis dan masif. Resolusi i identik dengan 'Keputusan -- kebulatan tekad' hal positif atau untuk berubah menjadi lebih baik, saya sebut sebagai (SGIE) 'Sesuk Gak Ingin anEh-anEh'. Bahaya jika resolusi itu mengarah pada hal yang negatif misalnya 'Sesuk Gue Ingin ngErampok' (SGIE) juga. Jika demikian tentu dunia tidak akan baik-baik saja tahun depan. Dalam menyusun resolusi terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan misalanya menggunakan metode SMART. Berikut cara menyusun resolusi menggunakan metode SMART, yah walaupun saya baru akan berniat untuk membuatnya.

1. Spesifik / Jelas

"apa yang akan aku lakukan?" Pertanyaan pemantik ini menghendaki kita untuk merencanakan sesuatu yang spesifik, misalnya 'aku akan bangun lebih pagi kemudian jogging'

2. Meausurable / terukur

"Mampukah aku?" Pertanyaan ini untuk melihat kemampuan diri kita dalam melakukan rencana tadi. Jika tidak mungkin sebaiknya tidak direncanakan, misalnya 'aku ingin melihat telingaku tanpa cermin'

3. Achieveble / dapat dicapai

"Mungkinkah itu bisa dilakukan?" Pertanyaan sederhana ini juga memerlukan jawaban dari diri kita, jika sesuatu itu dapat kita capai dengan keadaan kita saat itu.  Misalnya. Pada tahun depan aku ingin menikah, sedangkan aku belum sunat alias masih SD, itu tidak dapat dicapai tahun itu juga sebaiknya bersabar hingga minimal 17 tahun.

4. Relevant / sesuai

"Sesuaikah dengan kondisi diri sendiri?" Hampir mirip dengan yang diatas, apakah yang diniatkan itu sudah relevan dengan tanggng jawab kita sebagai seorang manusia. Misalnya besok aku akan membuka 'kursus berenang untuk ikan'.

5. Timely /berjangka waktu.

"Dapatkah tercapai dalam kurun waktu sekian minggu, bulan dan tahun?". Menentukan timeline sangat penting untuk dilakukan, jangan sampai kita mencita-citakan sesutau yang tidak berjangka waktu dengan jelas. Misalnya aku akan menikah setelah sukses. Ini sangat tidak jelas, kesuksesan yang dimaksudkan juga ambigu.


Ada baiknya dalam menyusun resolusi itu juga mempertimbangkan hal lainya. Setidaknya, dapat dibagi menjadi empat hal yang perlu diperhatikan.

  • Penting dan mendesak

Sesuatu yang penting dan mendesak sebaiknya diutamkan dan menjadi headline dalam resolusi kita. Hal ini agar apa yang menjadi tanggung jawab kita dapat terpenuhi dengan baik. Contohnya saya sendiri, tahun depan aku harus lulus jika tidak aku akan di DO' ini bagiku adalah hal yang penting dan mendesak.

  • Penting dan tidak mendesak

Misalnya membuat laporan PPL, lulus tepat waktu, mendapatkan nilai bagus, serta  menyusun jadwal harian, dll

  • Mendesak dan tidak begitu penting

Ini  seperti halnya tiba-tiba diminta untuk menjemput teman ke bandara, membersihkan kotoran hewan di halaman rumah, menyuci dan menyetrika pakaian kerja. Hal ini mendesak akan tetapi tidak begitu penting, sebab masih dapat dilakukan oleh orang lain.

  • Tidak penting dan tidak mendesak

Seperti bermain game sepanjang hari, rebahan dan scroll medsos. Selain tidak penting dan tidak mendesak, saya mengatai diri saya goblok karean masih melakukan itu.

Dengan memperhatikan keempat hal diatas tentunya akan lebih memungkinkan untuk memilih mana yang prioritas dan mana yang rutinitas. Namun tetap saja ada saja hambatannya, msialnya malah bingung menentukan mana yang menjadi prioritas dan mana yang menjadi pelarian semata. Seperti saya lagi contohnya, saya memprioritaskan refreshing daripada mengerjakan skripsi dengan alasan menjaga kewarasan, padahal sudah deadline. Artinya refreshing hanya sebagai alibi, kedok, karena sudah malas mengerjakan skripsi. Demikian juga dengan resolusi yang telah tertulis itu, jika tidak ada konsistensi dalam melakukannya seperti hanya menjadi pajangan untuk disawang-sawang saja. Kadang yah memang, itu menjadi pemicu disaat-saat tertentu.

Tidak afdol rasanya diakhir tahun tanpa yang namanya refleksi. Refleksi dan resolusi ini seperti sepatu, saling melengkapi dan beriringan. Kita mesti merefleksi setiap apa yang terjadi pada masa lampau. Bukan, bukan untuk meratapi, menangisi ataupun malah menjebak diri dengan trauma itu. Tetapi sebagai evaluasi mana yang perlu dipertahankan, ditingkatkan, diperbaiki, dibuang, atau diganti. Refleksi nampaknya penting bagi setiap kita untuk tahu sudah sampai di level mana kita menjaga konsistensi dalam menuntaskan resolusi itu. Refleksi ini akan  membuat kita paham seberapa banyak saham yang sudah kita tanam untuk masa depan yang lebih terang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun