Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guru Galak, Penting!

12 November 2023   14:36 Diperbarui: 12 November 2023   15:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pentingnya Guru Galak!

"Hei, kemari. Push up!"

"Prittt.... masuk!"

"Dhuarg! Dalam hitungan ketiga tidak ada suara! Satu, dua, tiga!"

"Itu yang dibelakang baris yang rapi!"

"itu yang dibelakang kenapa ngobrol sendiri!"

"Le, mana dasi mu!"

"Bagi seluruh siswa yang tidak lengkap atribut, silahkan memisahkan diri dan tinggal dilapangan setalah upacara!"

Bahkan di sekolah terbaik yang katanya siswanya sangat mudah diatur, masih saja ada siswa yang bandel, ngeyel dan njengkelin. Pelanggaran-pelanggaran kecil itu sering kali terjadi, sengaja ataupaun tidak. Tata tertib yang dibuat di sekolah malah seperti rambu-rambu dan pemberian kesempatan pada siswa untuk dapat melakukan pelanggaran.  Lantas, siapa yang paling bertanggung jawab terhadap pelaku pelanggaran kecil ini?  Apakah kesiswaan? Wali kelas? Guru BK? Kepala Sekolah? Atau semua guru? Kemudian bagaimana tindak lanjut terhadap sipelanggar? Tindak lanjut seperti apa yang harus dilakukan?

Contoh sederhana, siswa yang bajunya dikeluarkan, apa tindakan yang harus dilakukan? Menegur, memerintah, atau langsung menghukum? Ya, kebanyakan itu tergantung pada budaya dan regulasi yang ada di sekolah tersebut, juga kepada siapa si pelanggar berhadapan, ini kaitannya dengan karakter guru. Jika bertemu yang humanis, mungkin akan ditegur dan diingatkan saja, beda cerita bagi guru yang berkarakter tindak cepat, setelah ditegur barang satu atau dua kali, langsung push up saja. Kadang ini akan lebih efektif dan efisien untuk siswa yang cukup ngeyel jika hanya dengan cara humanis. Sebab, siswa yang seperti ini akan sangat memakan waktu lama jika harus diberikan treatment khusus. Misal, siswa harus menyadari kesalahannya, memilih konsekuensinya, kemudian diminta untuk berkomitmen dengan menulis di kertas agar tidak mengulangi tindakannya. Ini malah akan menghabiskan waktu dan bisa jadi malah dimanfaatkan siswa untuk absen dari jam pelajaran. Hal-hal sederhana ini, jika tidak segera diatasi akan mengakibatkan penularan ke rekan-rekannya yang lain. "Loh kok pada ikutan dikeluarkan bajunya? Kan gak dihukum cuman diminta nulis aja".

Berdasarkan ini maka saya merasa sangat diperlukan juga sosok guru yang dengan ia berdiri di depan kantor saja, siswa langsung menyadari akan kesalahannya kemudian langsung merapikan baju dan membuang sampah pada tempatnya tanpa diperintah atau diingatkan terlebih dahulu. Guru demikian paling efektif untuk mengatur baris-berbaris, walaupun siswa sadarnya dimulai dari 'jika tidak berbaris rapi maka akan dihukum', bukan kesadaran 'saat upacara itu harus berbaris rapi dan khitmad'. Ya, itu Karna masih ada siswa yang harus disadarkan dengan cara disentuh atau diteriaki dulu.

Baca juga: Nabi Bisa Marah?

Oleh karena itu, disetiap jenjang pendidikan akan tetap membutuhkan sosok yang galak, sat-set, tegas, dan mungkin "ditakuti" oleh siswa. Predikat ini biasanya disandang oleh guru olahraga, wakil kesiswaan, sedang guru BK tidak jarang dituntut untuk bersikap demikian. Label itu, bisa disematkan  dari guru itu sendiri atau siswa yang melabeli karena sikapnya dalam berinteraksi dengan siswa. Sebagai guru yang jarang marah, guru asik, guru galak, guru santai, guru cuek dan seterusnya akan ada setiap lembaga pendidikan. Karakteristik itu terbentuk dengan sendirinya tanpa disetting oleh tenaga kependidikan.

Lantas apakah cocok guru BK berkarakter galak, garang dan ditakuti? Hmmm....

Apa guru BK tidak boleh dan tidak pantas marah? Boleh dan pantas! Yang tidak boleh dan tidak pantas adalah guru BK 'marah-marah terus'.

Kapan guru BK boleh dan pantas marah? Saat ada siswa yang tidak diberikan haknya untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman di sekolah. Ibarat menyuci baju, kadang perlu menyikat dengan keras untuk noda membandel dan kadang hanya perlu dikucek saja.

Saya sendiri masih menganut bahwa, pelangggaran-pelanggaran ringan yang terjadi di sekolah tidak akan ada habisnya kecuali ketika libur sekolah. Untuk itu pelanggaran ringan akan efisien diselesaikan dengan cara-cara instan.

Kemudian, saya ikut mendukung orang-orang yang meyakini cara menindak siswa yang melakukan pelanggaran ringan dengan cara-cara humanis. Sebab, perdebatan dari kedua cara saat menangani siswa dalam pelanggaran ringan itu tidak akan usai. Tim humanis dengan bukti, cara-cara dan fakta psikologisnya. Kemudian bagi tim yang pro dengan cara instan membeberkan fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Kedua hal ini tidak akan dapat saling mengalah dan tidak akan saling menang. Terlepas caranya bagaimana tetapi semunya saya yakin memiliki satu tujuan yang sama-sama baik. Walaupaun feedback yang didapatkan oleh masing-masing tim akan berbeda.

Tim humanis akan mendapatkan  anggapan bahwa "enak ya dengan bapak/ibu itu gak pernah ngehukum, pengertian dengan kita". Kemudian bagi tim instan "wah bapak/ibu itu, tegas ya dalam menghadapai siswa pelanggar"

-----------

Jadi kapan guru BK menangani siswa? misalnya siswa terlambat datang kesekolah.

Itu akan ditangani oleh guru BK ketika intensitas terlambat si siswa tersebut sudah signifikan, maka perlu diberikan penanganan. Jika hanya baru sekali atau dua kali dan itu tidak sering, cukup guru piket saja yang menangani.

Termasuk juga siswa yang tidak masuk sekolah, jika hanya baru sekali atau dua kali dengan jarak cukup jauh, bisa wali kelasnya saja yang menangani. Kenapa tidak guru BK? Ya bisa saja, jika wali kelas merasa ketidak hadiran siswa tersebut ada suatu hal yang mencurigakan.


#peace

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun