Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Terbang

17 Maret 2023   09:13 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:25 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rindu Terbang

By: Muhammad Sigit S

Aku bisa terbang dan hampir semua orang dimasa kecil pernah terbang. Suatu sore yang indah dengan gagahnya mega merah menyambut petang. Adzan maghrib berkumandang, burung pulang dan rembulan mulai menampakkan sumringah dengan tenang. Senin, 30 Juli 2005 saat itu aku tengah berbaring setelah bermain seharian. Aktivitas yang cukup padat membuat badan mungil ini kelelahan. Aktivitas itu adalah "bangun tidur--- sholat subuh---mandi---sarapan---berangkat sekolah---pulang, sholat duzur---makan siang---pergi bermain dan sangat jarang tidur siang---pulang, sholat ashar---kembali bermain sepak bola terkadang lanjut bermain layang-layang. Maghrib pulang---mandi---sholat maghrib dan mengaji sekaligus sholat isya---pulang---makan---belajar, ngerjain PR---berbagi kisah antara aku, kakak dan adik dengan ubak, umak---tidur. Begitu terus setiap hari sepanjang hari.

Suasana pedesaan yang masih sangat asri di pedalaman Sumatera Selatan, delapan jam perjalanan dari ibu Kota Provinsi, Palembang. Listrik yang tak tentu menyala setiap waktu membuat kami harus selalu sedia minyak tanah sebagai bahan bakar lampu , dimar/ublik.  Seperti biasa, aku tertidur di ruang tamu. Entah apa yang membuatku begitu menikmati tidur disini, beralaskan tikar sembari memegang pensil. Berisik nyamuk menjadi alunan pengantar tidur oh malam yang lelap.

Dini hari sembari menikmati udara malam aku terbangun disertai suara jangkrik, burung hantu, kentongan, tak jarang juga gamelan dan bau kemenyan.

"makk...umakk...makk." Kupanggil dengan suara lirih

"............."hening tanpa sahutan

"makkkk.. umakk...makkk...."sedikit dengan nada yang lebih tinggi.

"hee....." disahut dengan nada orang masih tertidur

Baca juga: Menulis Karena Apa?

"makkk... umakkk..." panggil ku lagi.

"apo nian nak?" disahut dari bilik sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun