Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menulis Karena Apa?

11 Oktober 2022   17:40 Diperbarui: 11 Oktober 2022   18:09 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis karena apa?

Menulis, adalah aktivitas mengejawantahkan pikiran melalui huruf. Banyak alasan untuk itu.

oleh : Muhammad Sigit S 

Tidak seperti biasanya notifikasi di ponselku sepi. Dua hari yang lalu, kau masih menyapaku dari story WA yang ku upload dan seperti biasa, obrolan kosong itu berakhir dengan emoticon jempol. Sungguh miris. Hari ini adalah ulang tahunku ke-21 yang artinya aku dilahirkan tahun 2001 sebelum pasukan korona menyerang. Akhir-akhir ini nafsu makan menurun, gairah hidup mengalami devisit. Mungkin hanya dengan melihatmu saja atau sekadar mendengar suaramu lewat VN mampu membuatku kembali bersemangat. Walaupun belum pernah di uji coba sih. Hanya MUNGKIN!

Hanya saja, kau tau? Ada suatu hal yang itu adalah obat termanjur dari masalah itu sendiri. Misalkan mengantuk, obat yang paling tepat adalah tidur, lapar adalah makan, haus adalah minum, dan rindu adalah temu. Sedangkan mencintaimu bukanlah sebuah masalah bahkanpun cinta tak terbalas.  Seketika aku melihat kontak yang ada, hanya saja aku tidak pernah bertemu dengan  sesiapa mereka semua. Cukup melalui dunia maya saja.

Aku sekilas mengingat percakapan waktu lalu, saat buku temanmu terbit. Yah akhirnya dia mengajak joint menulis bersama, dengan tema meraih mimpi. Bagaimana tidak, aku seorang yang tak mundur jika ditantang lantas coba mengikuti. Moment 17 agustus ke 75 kali ini banyak ide terlintas di pikiranku. Diantaranya dapat menikah denganmu adalah mimpiku, geriliya diantara belukar cinta dan masih banyak lainnya yang kau tau, itu hanya agar obrolan tak segera berakhir. Hanya saja kau tak sadar. Mungkin saja kau sadar, hanya saja kau tak enak untuk tidak membalas pesan singkatku itu yang jelas hanya sekedar basa-basi agar ada notifikasi di ponselku.

Persyaratan untuk joint menulis cerpen itu cukup mudah, hanya share ke -- 5 grup dan dibuat status di seluruh medsos yang dipunya, lalu screnshoot dan kirimkan ke cp yang tertera. Dan itu adalah kontakmu. Aha nice idea.

Berhari-hari aku berfikir, merenung dan istikharah judul dan jalan cerita apa yang akan aku buat untuk mereaslisasikan antologi cerpen dengan minimal 5 lembar A4 spasi 1,5 ukuran font 12 TNR, dan maksimal 10 lembar. Hari pertama aku mulai mengetik ketika telah mendapatkan ilham akan mengetik apa, aku hanya mampu mengetik satu paragraf saja. Dan itupun masih tidak tahu bagaimana kelanjutannya. Sebab tidak menggunakan premis apapun, hanya sekedar mengandalakan suka dan asal-asalan.

Padahal, menjadi seorang penulis itu gak boleh asal-asalan, harus ada pesan yang mau disampaikan agar si pembaca tulisan kita, gak merasa mubazir waktu dengan membaca yang tak penting. Tentu bukan berarti pesan yang tersurat berupa quote, missal jangan menulis jika kamu tak membaca dengan seksama, tak mendengar dengan hikmad, dan tak melakukan apa-apa atau nasehat bisa berisi kisah yang memiliki pesan tersirat.

Menjadi penulis, harus membaca! Mulai dari membaca yang di tulis dan tulis yang telah dibaca. Setidaknya itu pesan singkat dari seseorang yang pernah mengajariku untuk menulis @zaldyChan. Ahhh walaupun hanya sekedar dari obrolan di teras kampus. Adanya obrolan itu pun ideku, mengajak beberapa orang untuk bercumpuk di satu tempat, padahal sasaranku ya kamu. Agar dapat bertemu dan melihat senyum manis yang terlontar dari wajahmu. Ketawamu yang begitu aduhay uhhh.... Pokoknya hmmmm tak bisa di tulis dengan kata-kata.

Baca juga: Tak Berjudul

Demikian aku menulis hanya karena mengimbangi mu yang suka menulis!

Baca juga: Cerpen: "Y"

.

.

,

.

"Jangan menulis jika kamu tak membaca dengan seksama, tak mendengar dengan hikmad, dan tak melakukan apa-apa"

#Siapa yang pernah menggunakan ide sejenis? Yuk komen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun