Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: "Y"

14 Juli 2022   18:59 Diperbarui: 14 Juli 2022   19:52 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"y"

by: Muhammad Sigit S

Hujan reda, tinggal genangan dan becek. Pukul 13.30 WIB di tengah bisingnya suasana pasar masih terdengar notifikasi dari aplikasi yang sekarang dimiliki Facebook ciptaan Jan Koum. Tentu bersebab, dan bermaksud. Awalnya, story yang dibalas berlanjut kepada pembahasan yang serius main-main hingga main dengan serius.

Baca juga: Zombie Dunia Nyata

Beberapa jenis tanaman itu sedang viral di bawah nabastala di tengah korona. Padahal dulu dibiarkan saja, hanya segelintir insan yang peduli. Maraknya peristiwa itu beriring pandemi yang kabarnya belum juga usai. Padahal sudah lewat bulan yang berakhiran  " i "dan akan masuk ke bulan yang huruf awal dan akhirnya seperti namamu setelah dua bulan.

"ku kira tak suka bunga dikau"

"haha bukan aku yang tanam"

"so? your papa?"

"loh, kok betul?"

"mungkin kebetulan"

"kebetulan, maksdnya?"

"ya kebetulan betul. "

Diskusi akan berakhir. Maka ku cari cara lain untuk tidak segera berakhir. Ku tanya lagi.

"Bonsai ada?"

"bonsai kelapa"

"bagus"

"kenapa? Suka bunga juga?"

"yap. Karena Bunga itu cantik, dan aku menyukai yang cantik-cantik tidak yang ganteng-ganteng" jawabku.

Semakin seru membahas tema ini. Walaupun Bunga tak bisa di makan. Tapi bagiku bunga menjadi penyemangat untuk mencari makan. Bisa makan, tapi tak ada yang menjadi penyemangat juga bosan. Sepi. Terus nafsu makan hilang, lalu sakit. Dan tak ada yang perhatian. Nah lalu tidak semangat hidup. Jadinya hidup tapi seperti mati, di kata mati tapi masih bernafas. Itulah pentingnya menanam bunga supaya hidup tak terasa seperti mati.

Benar menanam bunga makin marak saat ini, namun  sudah sejak lama bunga di sukai. Karena kondisi seperti ini, banyak orang yang merasa bosan tidak beraktivitas full. Maka di lampiaskan kepada tanam-menanam bunga.

"coba Tanya bapakmu!, kenapa dia suka bunga?"

"biar bisa di jual"

"ahha... betul jugo.. terus uangnya untuk beli beras, beras di masak jadi nasi, lalu kamu makan. Pada akhirnya bunga bisa membuat kenyang"

Setelah bersikeras menolak, akhirnya dengan ilmu cocokomologi ku, kau sepakat dengan mengatakan "alhamdulillahh, bisa juga ternyata.

Lalu aku kerucutkan, bahwa menanam Bunga berguna sebagai penyemangat, bisa di  jual juga dibisniskan, dan satu tambahan darimu yaitu mengalihkan maling agar tak mengambil barang yang jauh lebih berharga.

Obrolan pun berakhir dengan satu huruf dariku yang mewakili semuanya "y" . _mss_

Bisa makan, tapi tak ada yang menjadi penyemangat juga bosan.

#megangSakti.

#15.11.20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun