"Oh. Ada. Kau contohnya! Â Kau itu zombie di dunia nyata!" Tegasku.
"Kurang ajar! Maksudmu apa bicara begitu?" Dengan nada kesal.
"Iya. Kau zombie sebenarnya. Ah. Bukan hanya kau saja. Mungkin juga aku, dia, mereka dan masih banyak lagi manusia lainnya. Yang sekarang menjelma menjadi zombie dunia nyata". Jawabku menjelaskan dan sedikit menenangkan.
Zombie adalah mayat yang masih dapat berjalan atau jasad hidup. Dalam filmnya zombie di gambarkan sosok manusia yang kehilangan akal, hanya memangsa manusia normal.Â
Uniknya, sesama zombie tidak saling memangsa. Apakah mungkin mereka mengerti rasa? Loh, katanya mati rasa?
"Oh kalo sesama zombie darahnya pahit, gak enak" apakah begitu?
Atau, malah dia tahu dan ngerti yang bakal jadi korban itu manusia normal? Di ajarkan begitu? Disekolahkan begitu? Atau bagaimana?
"Yah. Layaknya zombie yang hanya berteman dengan sesama zombie. Begitu juga manusia! Hanya sesama manusia yg buruk mereka berteman. notice dengan hadis nabi bahwa 'jika ingin melihat kepribadian, karakter, sifat dan kebiasaan seseorang lihatlah temannya'
Maka si nakal gabungnya dengan si nakal. Si pinter gabungnya dengan si pinter. Si berandal gabungnya dengan berandalan". Kataku sok paham.
"Susahnya jika ketemu si Munafik. Bukan Munafiah ya. Plin-plan. Si Muka dua Lima dan seterusnya. Sebab, itu biasanya menjadi pengadu domba. Pencipta keonaran dan kegaduhan. Oh Sial!"
Kupaparkan sependek tahu ku.