Mohon tunggu...
Politik

Sandiaga Uno, Gerindra, dan Kekalahan yang Akan Berulang

11 Agustus 2016   17:51 Diperbarui: 11 Agustus 2016   18:03 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk mengurai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di internal Gerindra dalam Pilkada Jakarta, kita dapat melihat respon publik terhadap calon yang telah diajukan dan opini-opini yang dikembangkan oleh pengurus-pengurus Gerindra (DPP dan DPD DKI Jakarta).

Sebetulnya Gerindra telah memutuskan untuk mengusung Sandiaga Uno sebagai Cagub DKI pada 29 Juli 2016. Akan tetapi, setelah menentukan cagubnya, Gerindra sepertinya tidak terlalu yakin dengan cagub yang telah ditetapkan. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Gerindra yang akan menerima posisi cawagub asal dapat berpasangan dengan calon dari PDI Perjuangan.

Disisi yang lain, santer beredar kabar bahwa sebagian internal Gerindra tidak setuju dengan keputusan mencalonkan Sandiaga Uno sebagai Cagub. Ada pula yang menyampaikan bahwa Sandiaga Uno tidak memiliki prestasi mentereng yang bisa menjadi daya tarik publik.

Mereka yang berada di internal Gerindra sebetulnya memiliki pengalaman negatif dalam bersentuhan langsung dengan Sandiaga Uno.

Misalnya saja, menurut beberapa orang yang mengenal dekat dengan Sandiaga Uno mengatakan bahwa Sandiaga Uno sering kali tidak menepati janji atas komitmen-komitmen yang ia sampaikan. Beberapa orang telah mengalaminya secara langsung ketika event-event dalam rangka kampanye pengenalan Sandiaga Uno ke publik. Penyelenggara seringkali kecewa dengan sikap Sandiaga Uno yang lepas tanggungjawab begitu saja. Makanya tak heran saat mencuat kembali kasusnya Sandiaga Uno dengan Dewi Persik, sebagian orag-orang itu berkelakar “ya memang dia (Sandiaga Uno) itu hanya tukang dp (down payment), habis itu dia kabur”.

Sementara itu, ketika nantinya tidak berhasil membangun koalisi dengan PDI Perjuangan, sebetulnya Gerindra masih memiliki kesempatan membangun koalisi sendiri. Misalnya membangun koalisi sendiri dengan salah satu parpol yang minimal memiliki 9 kursi. Artinya pilihan itu akan jatuh pada salah satu dari PKS, PPP dan Demokrat. Nah dari 3 parpol ini, belum tersedia tokoh yang memiliki popularitas dan elektabilitas melebihi petahana.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Pilkada DKI adalah awal dari pertarunga sesungguhnya untuk Pemilu 2019, maka GERINDRA saat ini benar-benar bepikir keras untuk dapat mempertahankan elektabilitas partainya di Pemilu 2019 nanti. Karena Pemilu 2019 nanti akan memberi kesempatan bagi seluruh parpol peserta pemilu yang lolos ambang batas minimal suara pemilu legislatif dapat mencalonkan presiden. Dan tokoh yang memiliki popularitas tinggi dari GERINDRA saat ini masih menempel pada diri PRABOWO saja.

Oleh karena itu, untuk tidak mengulangi kekecewaan dan kekalahan yang sama seperti pada Pemilu 2014 yang lalu, sudah selayaknya Gerindra meletakkan calon dan pertarungan Pilkada DKI Jakarta untuk memenangkan Pemilu 2019.

Sebagai Partai yang notabene memiliki follorwer banyak dan cukup aktif di dunia daring, sangat disayangkan jika GERINDRA hanya akan mengangkat tokoh yang memang tidak memiliki legitimasi atau kapabilitas membawa pesan perubahan dari GERINDRA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun