Mohon tunggu...
Muhammad Roy Asrori
Muhammad Roy Asrori Mohon Tunggu... Ilmuwan - Akademisi

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dosen UM Ubah Limbah Ternak Sapi Menjadi Biogas sebagai Solusi Sumber Energi Terbarukan di Srengat Blitar

30 Desember 2021   20:40 Diperbarui: 30 Desember 2021   20:53 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan  peternakan sapi meningkatkan penghasilan keluarga, serta memberikan peluang kerja bagi warga di desa Srengat. Para peternak sapi  pada umumnya  berkeinginan terus untuk meningkatkan usahanya, namun demikian karena usaha yang dilakukan di dekat perumahan penduduk maka terdapat beberapa  kendala. Permasalahan utama bagi usaha ternak secara umum yakni   bau kotoran/limbah yang dihasilkan  sangat mengganggu warga sekitarnya, karena baunya memang tidak enak apalagi bila musim penghujan. Selain menimbulkan bau yang tidak enak dari limbah  peternakan sapi  adalah timbunan  dari kotoran yang ditampung dalam tempat tertentu (dalam lobang tanah) merupakan sarang nyamuk dan sumber penyakit.  

Keberadaan peternakan sapi  di desa  Srengat  mempunyai dampak yang cukup besar bagi warga desa tersebut dan daerah sekitarnya, usaha tersebut  merupakan usaha padat karya, yang memerlukan banyak tenaga kerja. Semakin banyaknya pertenakan sapi , akan banyak menyerap banyak tenaga kerja yang terlibat, dimana  secara tidak langsung  mengurangi urbanisasi para pemuda ke kota, karena sudah banyak lapangan kerja di pedesaan, dan secara otomatis  menggairahkan perekonomian didesa tersebut atau daerah sekitarnya.

Keuntungan lainnya adalah dapat meningkatkan kesehatan masayarakat, karena dapat meminum/membeli susu segar secara murah dari peternak lansung. Namun demikian disamping dampak positip usaha peternakan sapi  juga ada dampak negatifnya yang dirasakan warga sekitarnya, dimana limbah peternakan sapi    memberikan bau yang tidak enak bagi warga sekitar, dan juga sebagai sumber penyakit. Para peternak sapi  pada umumnya masih sangat terbatas dalam hal tehnologi tepat guna, sehingga belum dapat menjaga kebersihan lingkungan atau memmanfaatkan limbah yang dihasilkan menjadi produk yang lebih berdaya guna, padahal limbah tersebut dapat dioptimamalkan menjadi biogas. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti minyak tanah, atau LPG oleh peternak sendiri atau  warga sekitar peternakan.

Permasalah yang ada pada peternak sapi - yang banyak menghasilkan limbah (kotoran sapi) adalah bagaimanakah caranya agar usaha yang dilakukan peternak sapi - sebagai mitra usaha tetap lancar tetapi usahanya tidak banyak mengganggu lingkungan sekitarnya, dan kalau bisa malah dapat memberikan manfaat/ membantu tetangga sekitarnya. Saat ini pemerintah sedang menggerakkan konversi BBM  ke sumber energi lain yang dapat diperbaharui.  Sementara itu pada mitra usaha ini menghasilkan limbah organik yang sebenarnya dapat diolah  menjadi biogas dan dapat digunakan sebagai sumber energi sebagai pengganti minyak tanah. Untuk membuat biogas dari limbah sapi ini diperlukan peralatan  yang utama yaitu tempat digester (untuk merombak limbah dengan proses fermentasi anaeroeb sehingga dihasilkan biogas) tempat tersebut disebut sebagai reaktor. Biogas yang dihasilkan merupakan campuran gas metana dan karbon dioksida  gas yang dihasilkan ditampung pada tempat terpisah dari reaktor yang dapat berupa kantong plastik,  selanjutnya gas di alirkan ke kompor gas yang siap ujntuk memasak.

Peternak  dengan reactor  biogas kapasitas 6 kubik,  ini cukup  untuk   mengolah  limbah  ternak sekitar 2-4  ekor  sapi. Telah dipraktekkan  menghasilkan  biogas  untuk menyalakan  kompor  gas dan  hasil  api  nyalanya  sangat  baik.   Kapasitas reactor tersebut  cukup  untuk mencukupi  kebutuhan biogas untuk  2 keluarga ,  sehingga  sekarang  peternak sudah  tidak  pusing  untuk memikirkan membeli LPG kebutuhan  kesehriannya.

Oleh:  Aman Santoso dkk, Peneliti FMIPA Universitas Negeri Malang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun