Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memotivasi Diri saat Berada dalam Ketidakpastian

20 Juni 2020   13:46 Diperbarui: 20 Juni 2020   13:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: https://cdn.medcom.id)

Rasanya lelah apabila hanya memikirkan ketakutan dan kekhawatiran di tengah ketidakpastian. Untuk itu, memotivasi diri untuk terus menggeliat; bangkit dari kelemahan jiwa di tengah keadaan dunia yang masih labil, mutlak harus dilakukan.

Berdiam diri dan tak melakukan apa-apa adalah dua hal yang berbeda. Itulah ungkapan dasar yang semestinya dipahami!

Berdiam diri bukanlah tidak bergerak sama sekali seperti halnya batu, namun berkaitan erat dengan sebuah ruang dan waktu. 

Seseorang boleh jadi bergerak dan melakukan apapun, namun dia hanya dalam ruangan tertentu dan dalam tempo tertentu, maka itulah yang disebut berdiam diri.

Berbeda dengan tidak melakukan apapun. Karena, tak melakukan apapun berkaitan erat dengan keadaan fisik yang sama sekali terdiam, seperti layaknya sebuah batu. Maka, pola pikir inilah yang harus disingkirkan jauh-jauh dari dalam diri seseorang untuk memotivasi dirinya saat berada dalam ketidakpastian.

Berada tetap di dalam rumah bukan berarti tak melakukan apapun, namun seyogianya bisa melakukan apapun, seperti halnya, konsep WFM (work from home). 

Bukan hanya pekerjaan kantor yang harus dilakukan, namun juga pekerjaan lain yang merupakan bagian dari aktivitas yang "tak biasanya" harus sudah mulai digeliatkan.

Pandemi Covid-19 telah merubah sistem kehidupan harian seseorang. Yang mulanya, paruh waktunya dalam satu hari dihabiskan -setidaknya- di luar rumah, maka dalam satu hari, mau tidak mau, kalau dirasa tidak punya kepentingan, ia habiskan di dalam rumah.

Hal inilah yang memicu -semacam- gejala stres ringan, yang mau tidak mau, harus diatasi. Aktivitas berkebun dan menulis, misalkan, adalah contoh nyata dari kesiapan diri dalam memposisikan diri ketika berdampingan dengan ketidakpastian.

Penormalan baru tak sekedar menutup setengah wajah dengan masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan dan lain sebagainya, namun ada hal lain yang lebih penting, yaitu mulai menciptakan aktivitas-aktivitas yang ramah bagi kesehatan mental.

Meningkatkan kedekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa

Memotivasi diri dalam ketidakpastian, salah satunya dapat dimulai dengan meracik diri bagaimana caranya agar hati lebih dekat dengan Sang Maha Pencipta.

Kehidupan beragama memang indah, maka dengan meningkatkan pemahaman diri terhadap agama yang dianut dan diyakini akan jauh lebih indah dan menentramkan.

Seseorang akan menjadi lembut hatinya, lebih peka, dan tak gampang marah, misalkan, karena di dalam agama diajarkan tentang ketundukan dan sikap penerimaan pada hakikat diri yang -sejatinya- adalah milik Tuhan dan akan kembali pula pada Tuhan yang menciptakannya.

Dekat dengan Tuhan bukan berarti menjadi radikal, karena hal itu adalah pemahaman yang salah tentang seruan dakwah. Dekat dengan-Nya, justru akan lebih paham tentang sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang dengannya, ia ejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar agama dengan sungguh-sungguh merupakan bagian terpenting dalam memotivasi diri di tengah ketidakpastian, karenanya sesuatu akan menjadi pasti, mengingat, semuanya adalah skenario Tuhan untuk kebaikan manusia seluruhnya. Namun, hikmah itu mungkin saja belum bisa digali, karena kelemahan akal yang belum bisa menjangkau ilmu-Nya.

Memulai diri dengan aktivitas belajar agama dengan mendalam tak kan membuat waktu sia-sia, justru hari-hari akan lebih bermakna. 

Maka, bersegera dalam mendekatkan diri pada Tuhan dengan banyak mempelajari agama-Nya merupakan sebuah keniscayaan dalam memotivasi diri di tengah ketidakpastian.

Berbagi dengan sesama

Semangat berbagi di kala pandemi kini semakin terpupuk, senasib dan sepenanggungan dalam menghadapi musibah menjadi motivasi tersendiri di dalamnya. Sekat-sekat manusia yang beragam telah pudar atas nama persamaan, sebagai makhluk sosial.

Yang tadinya enggan untuk berbagi, saat ini, waktu yang tepat untuk mengetuk pintu hati yang kadang merasa egois.

Merasakan apa yang dirasakan orang lain adalah cara utama dalam melejitkan motivasi diri di tengah ketidakpastian. 

Dengan melihat kekurangan orang lain dibandingkan diri sendiri, akan timbul rasa empati untuk berbagi kelebihan, dan saat berbagi itulah hakikat diri sebagai makhluk sosial akan -merasa- berguna bagi sesamanya.

Kebergunaan diri di mata orang lain akan menimbulkan motivasi tersendiri, sehingga hidup akan semakin hidup, biarpun pandemi belum pasti akan berakhir kapan.

Memulai segalanya dengan melakukan hal yang kecil 

Hidup adalah sebuah tahapan, besar dan kecilnya sebuah pencapaian ditakar oleh sebuah proses yang panjang. Kalau tak pandai-pandai mencari titik termudah untuk memulai sesuatu yang besar, maka mustahil akan dicapai.

Melakukan hal yang kecil namun dengan kesungguhan hati, membuat niat baik mampu bertahan lama. Membuang kertas yang tak berguna di depan meja kerja, misalkan, merupakan contoh nyata dari kebaikan kecil yang mempunyai nilai yang cukup besar.

Kebaikan yang dilakukan perlahan seperti itu; step by step namun mempunyai konsistensi yang tinggi, akan memberikan efek baik yang menentramkan.

Ketidakpastian akan menjadi sesuatu hal yang pasti saat seseorang memampukan dirinya untuk melakukan banyak hal kecil di setiap harinya, walaupun hanya berdiam diri di rumah. 

Tangan dan kaki yang terus bergerak, pikiran dan hati yang terus difungsikan membuat celah-celah kemalasan sedikit demi sedikit hilang.

Mendekatkan diri dengan Tuhan, berbagi dengan sesama dan mulai melakukan kebaikan dari hal yang kecil saat terpenjara pada ketidakpastian, semuanya merupakan cara ampuh dalam melejitkan motivasi diri saat mentalitas mulai melemah. 

Harmonisasi antara motivasi diri dan situasi yang sedang dihadapi merupakan bagian dari seni meracik hidup ke arah yang lebih baik. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun