Pembiasaan merupakan bagian dari 'hidden curriculum' yang biasanya tidak tertera secara detail dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Meskipun demikian, proses pembiasaan ini harus dilakukan melalui contoh atau perintah langsung oleh seorang guru di sekolah.Â
Hal ini berkaitan langsung dengan proses penanaman pendidikan karakter bagi peserta didik. Contoh nyata dalam hal ini seperti pembiasaan mengantri, hormat pada guru dan pembiasaan buang sampah pada tempatnya.
Pembiasaan ini harus dilakukan secara konsisten. Ibarat mengukir sebuah batu, maka penerapannya harus perlahan; hati-hati namun dilakukan secara berulang-ulang.
Pendidikan usia dini dan pendidikan dasar menjadi objek yang paling penting dalam mengaplikasikan kurikulum pembiasaan ini. Mengingat, di usia merekalah pola-pola karakter akan mulai terbentuk.
Selama pandemi, kurikulum pembiasaan ini otomatis harus dilakukan oleh keluarga di rumah. Â Sekaligus melengkapi pembelajaran daring yang hampir tidak menyentuh pada pola-pola pendidikan yang mengedepankan contoh nyata yang berulang-ulang, karena daring -kebanyakan- hanya sebatas video dan komunikasi verbal dengan guru.
Orang tua yang sering tersentuh 'parenting education' mungkin lebih paham terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Namun, akan menjadi wawasan yang baru, bagi mereka yang kurang tersentuh pendidikan pengasuhan anak.
Ya, apa sajakah yang -mungkin- dapat dilakukan dalam penerapan kurikulum pembiasaan ini selama di rumah?
Pembiasaan membaca buku
Membiasakan diri untuk menambah wawasan dengan membaca buku adalah hal yang cukup sulit, terlebih-lebih bagi seorang anak. Maka, selama di rumah peran orang tua mungkin bisa lebih mengedepankan kepada contoh nyata agar anak 'terprovokasi' untuk membaca buku.
Membaca buku bersama-sama dengan kesepakatan waktunya, atau tanpa ada kesepakatan, orang tua bisa memberikan contoh kepada mereka.