Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Mati Surinya Harapan

7 Mei 2020   08:17 Diperbarui: 7 Mei 2020   10:53 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaucampakkan kami dalam keidakpastian
Terlunta-lunta dalam kegelapan malam
siangpun apalagi

Masihkah hidupku berarti?
Sementara mimpi-mimpi itu hampir mati
bahkan realitas pun tak mampu menampakkan batang hidungnya

Ah, engkau terlalu egois duhai para penguasa negeri!
Apalagi kau,
duhai aparat jalanan!
Aku tahu ini untuk kebaikan kita
Tapi, kau terlalu buta dalam mengindahkan rasa

Ratusan kilo meter kutempuh
Jalanan tikus kususuri
Sisa bongkahan berlian yang kupunya, kugadaikan atas nama kekurangan

Duhai para pengatur,
janganlah terlalu keras mengatur kami!
Kami tahu dan kami tak buta,
hanya saja kami tak bisa apa-apa lagi

Atas nama penanganan
Aku pun seolah bercerai paksa dengan rezeki Tuhan
Aku tak mencela Sang Penakar
Hanya saja aku tak tahu harus dengan siapa lagi  berdialog
mengajak rasanya supaya mengerti rasaku

Ah, aku bodoh, mungkin!
hingga pulang ke tanahku nan jauh kuingin tempuhi
padahal aku tertuduh berbahaya

Biarlah
Biarlah aku begini
menapaki jalan takdir Tuhan
yang mungkin manusia lainpun sama
walau harapan itu
telah mati suri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun