Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Step by Step" Mengelola Keharmonisan Keluarga Saat di Rumah

30 April 2020   23:31 Diperbarui: 1 Mei 2020   00:06 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: https://i2.wp.com)

Kebersamaan menjadi jalan menuju kebahagiaan, namun -kadang- timbul ketidakharmonisan saat terlampau lama bersama-sama dalam satu atap. Bukanlah isapan jempol semata, karena keharusan di rumah dalam waktu yang belum pasti membuat setiap anggota keluarga harus pandai-pandai menciptakan kebahagiaan bagi dirinya, juga bagi orang lain yang berada di dekatnya.

Dalam himbauan untuk tidak mudik dan tidak mencari 'kesenangan' di luar rumah, tidak salahnya bagi keluarga, khususnya pasangan suami dan istri, membuat rules tersendiri ketika berada di rumah guna menjaga keharmonisan  antar anggota keluarga. Jangan sampai ada 'lagu lama' tentang KDRT yang mencuat kembali di tengah pandemi yang masih belum diketahui ujungnya ini. 

Apa sajakah yang harus disikapi bagi setiap anggota keluarga agar tetap terjalin keharmonisan? Ada beberapa hal yang -kiranya- dapat menjadi bahan wawasan bagi mereka yang menganggap bahwa menjaga keharmonisan keluarga di tengah pandemi adalah sebuah 'harga mati'.

Musyawarahkan tentang aturan keluarga

Berapapun banyaknya anggota keluarga yang berada dalam satu atap, tak salahnya apabila kembali membangun kesepahaman tentang beberapa hal melalui jalan musyawarah. Dengan berkumpul seperti layaknya 'rapat informal' guna memutuskan sesuatu dengan jalan mufakat, maka hal-hal besar dan kecil yang akan menjadi aturan atau 'norma' dalam sebuah keluarga dapat menjadi pegangan yang kukuh saat semuanya berada di rumah dalam waktu yang lama.

Semisal pembagian tugas menjaga kerapian dan kebersihan rumah, atau tentang menu makan yang harus dibuat, misalkan, merupakan hal yang terlihat sepele namun merupakan hal yang patut dibicarakan dan disepakati. Karena, buih-buih ketidakharmonisan selalu datang dari hal yang sangat kecil. Maka, perlu adanya aturan yang disepakati bersama.

Mengangkat seorang leader

Tentunya, yang bertugas sebagai leader adalah Sang Ayah sebagai kepala keluarga, namun tidak ada salahnya bagi keluarga yang cukup besar, untuk mengangkat -semacam- 'kepala bagian' yang memimpin hal lain di luar  wewenang Sang Kepala Keluarga. Semisal, mempercayakan bagian urusan kedisiplinan dalam belajar kepada Si Sulung. Selain diberi wewenang untuk mengatur, dia pun harus memberikan contoh yang baik bagi adik-adiknya dalam persoalan belajar.

Meskipun dalam persoalan keluarga, kepemimpinan seorang pemimpin cukup penting, dan sangat membantu untuk meredam adanya saling mendominasi terkait persoalan yang selalu timbul. 

Saling menghargai privasi

Setelah semua tahu posisi dirinya dalam keluarga dengan berbagai hak dan kewajibannya, maka yang harus dipahamkan bagi segenap anggota keluarga adalah adanya saling menghargai privasi masing-masing individu. Sang Ayah yang mempunyai waktu privasi dalam bekerja, misalkan, maka jangan sampai Sang Anak atau anggota keluarga yang lain menjadi 'pengganggu'. Maka, hal semacam ini harus dibicarakan dengan penuh kelembutan hati.

Sama-sama menyirami rohani dengan pesan kebaikan

Ya, di bulan Ramadan ini adalah kesempatan terbaik untuk saling memotivasi diri dengan nilai-nilai kebaikan. Bersepakat untuk sama-sama mengikuti kajian rutin keagamaan baik yang ada di layar televisi ataupun internet menjadi sesuatu yang akan membuat rohani sejuk. Ketika setiap individu tersirami, maka harmoni dalam keluarga pun akan terjalin dengan sendirinya.

Ibadah bersama-sama yang dilakukan di rumah pun, merupakan aktivitas lain yang dapat memberikan kesejukan bagi seluruh anggota keluarga.

Step by step menempuh keharmonisan dalam keluarga tak melulu dengan suguhan materi yang melimpah, namun dengan sedikit kewibawaan dari Sang Pemimpin utama, yaitu ayah, dalam meracik aturan dan cara komunikasi yang baik dengan sesama anggota keluarga, maka tujuan utama dalam memperoleh kebahagiaan dalam balutan keluarga yang harmonis bukanlah isapan jempol semata.   

Ketika menghadapi situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini, keluarga menjadi tameng utama dalam menggapai sebuah kebahagiaan. Maka, mengelola keharmonisan keluarga adalah sebuah keniscayaan yang harus dipahami dan dilakukan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun