Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyoal "Guru Daring" yang Semakin Naik Daun

22 April 2020   21:31 Diperbarui: 24 April 2020   08:15 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: YakobchukOlena via Kompas.com)

Di tengah anjuran untuk belajar di rumah saat pandemi, membuat keberadaan guru dalam jaringan (guru daring) makin populer. Wajah-wajah mereka yang terhitung masih muda kerap menghiasi aplikasi online pendidikan yang semakin marak digunakan oleh kaum pelajar.

Tidak hanya dalam satu atau dua aplikasi saja, keberadaan guru daring banyak mengisi berbagai macam aplikasi yang telah tumbuh dan perkembang sejak jauh-jauh hari, sebelum covid-19 mulai mewabah.

Sebut saja Ruangguru, Quipper, KelasKita, Kelas Pintar yang merupakan keluaran pihak swasta ataupun Rumah Belajar yang merupakan keluaran resmi Kemendikbud, misalnya.

Semuanya, kini, menjadi ruang kelas maya bagi para pelajar. Bahkan, aplikasi populer Ruangguru, telah ditunjuk pemerintah sebagai aplikasi resmi yang memfasilitasi pelatihan-pelatihan bagi para pemegang kartu prakerja nantinya.

Ini semua merupakan terobosan yang tidak main-main. Masyarakat sebagai user patut bersyukur dan seyogianya sudah mulai 'berkenalan' dan 'mengakrabkan' diri dengan aplikasi-aplikasi tersebut.

Pemerintah patut berbangga diri, karena tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 semakin terbantu dengan adanya aplikasi-apalikasi tersebut. Namun, jika menyoal kembali keberadaannya, ada beberapa hal yang seyogianya menjadi perhatian semua pihak.

Berkaitan Erat dengan Teknologi Digital
Ya, tanpa keberadaan teknologi digital, seperti PC, laptop atau smartphone tidak akan mungkin user dapat belajar dengan guru daring. Hal ini menjadi sesuatu hal yang mudah bagi mereka yang telah akrab dengan perangkat digital tersebut, namun menjadi persoalan tersendiri bagi mereka yang belum akrab, bahkan sama sekali tidak memilikinya.

Maka, untuk menangani kesenjangan ini, setidaknya, pemerintah telah memberikan solusi dengan memanfaatkan siaran TV nasional dalam memberikan pembelajaran bagi peserta didik yang sedang belajar di rumah.

Pembelajaran Satu Arah
Meskipun disuguhkan dengan pembelajaran yang cukup kreatif dengan bantuan ilustrasi dan animasi, namun pembelajaran dengan guru daring -sejatinya- merupakan pola pembelajaran satu arah; di mana kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik lainnya.

Tidak banyak forum diskusi yang mampu dikembangkan, jauh sekali dengan pola pembelajaran di ruang kelas secara nyata. 

Gaya Belajar Siswa
Belajar dengan guru daring seperti halnya menonton di depan televisi. Hal ini, tak jadi persoalan bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar cenderung auditori dan visual, namun tidak, bagi mereka yang daya tangkap belajarnya lebih cepat ketika melakukan gerak tubuh (kinestetis).

Bagi mereka yang kinestetis akan cepat bosan dengan -hanya- melihat dan mendengar saja, perlu suasana belajar yang penuh dengan kreatifitas yang mengandalkan gerakan tubuh.

Harus diakui, bahwa dengan adanya guru daring yang semakin naik daun  ini, dunia pendidikan -setidaknya- terbantu. Namun, ada beberapa hal yang mengindikasikan masih banyaknya 'minus' bila dibandingkan dengan pembelajaran oleh guru luar jaringan (guru luring) yang berada di sekolah dan dalam ruang belajar yang nyata.

Belajar di sekolah tentu tak dapat tergantikan. Tapi, setidaknya, para pelajar, orangtua dan guru masih bisa memanfaatkan guru daring, sambil bersabar, sampai musibah penyebaran virus Covid-19 berakhir, tentunya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun