Banyak hal yang 'dibicarakan' hati dan 'diobrolkan' pikiran. Selama manusia masih hidup -tentu- banyak hal yang dirasakan dan dipikirkan, maka berusahalah tuangkan pembicaraan hati dan obrolan pikiran itu ke dalam tulisan.
Tak perlu takut salah
Jangan terintimidasi dengan kesalahan diri yang belum tentu sepenuhnya salah. Maka, hilangkan ketakutan akan kesalahan dengan kesadaran penuh bahwa manusia adalah manusia; bukan malaikan yang selamanya benar, juga bukan pula setan yang selamanya salah.
Hargai dan terima diri sendiri yang selalu berbuat salah, karena itu adalah bagian dari pembelajaran untuk menjadi manusia seutuhnya. Begitu juga dengan menulis, jangan takut salah!
Menulislah dengan sepenuh hati, persembahkan untuk diri sendiriÂ
Seperti halnya membuat sebuah sajian makanan, maka buatlah sepenuh hati dan persembahkan untuk diri sendiri. Bayangkan bahwa makanan itu dibuat untuk diri sendiri; sesuai keinginan diri sediri dan untuk dinikmati diri sendiri, maka akan dibuat dengan sepenuh hati dan selezat mungkin. Begitu pula dengan tulisan, maka buatlah untuk persembahan diri, sebelum diberikan kepada orang lain untuk dibaca -tentunya.
Share saja, dan tak perlu berharap acungan jempol dan komentar manis dari orang lain
Jika sudah dipersembahkan dan dinikmati oleh diri sendiri, maka tidak ada salahnya untuk berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Ya, bagilah atau share tulisan yang telah ditulis kepada orang lain dengan media apapun. Biarlah mereka membaca; menikmati tulisan tersebut dengan sepenuh hati pula, tanpa harus kita 'suruh'.Â
Meskipun butuh feedback, maka kita tidak harus berharap atau meminta mereka utuk berkomentar manis dan memberikan acungan jempol. Biarlah mengalir apa adanya, karena di awal, tulisan itu dibuat adalah untuk persembahan terbaik bagi diri sendiri.Â
Abaikan dulu keinginan untuk memperoleh honorarium, royalti, reward atau semacamnya
Biarlah itu menjadi tabungan yang tak perlu ditunggu atau jadikan itu sebagai rezeki yang tak disangka-sangka. Ya, percaya atau tidak, semua kegiatan yang awalnya dilakukan sepenuh hati, maka akan mudah terganggu dengan hasrat untuk memperolah 'materi'. Maka, kompromikanlah antara hasrat dan kegitan 'mulia' yang sedang kita jalani tersebut.
Jangan jadi editor di awal, tapi jadilah editor di akhir!
Editlah tulisan setelah semua gagasan tertuang! Itu artinya, biarlah fokus kita pada konten, dan percantik tulisan kita di akhir. Atau, sah-sah saja, menyelam sambil minum air; menulis sambil mengedit, baik dari segi kebahasaan atau konten. Karena, pada akhirnya, itu masalah selera.
Ya, tunggu apa lagi? Kawinkanlah waktu luang dengan menulis! Percaya atau tidak, kita akan menemukan something spiritual ketika menarikan jari-jemari; membahasakan 'obrolan' hati dan pemikiran dalam sebuah tulisan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H