Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kegilaan dalam Kelemahan

19 Maret 2020   11:00 Diperbarui: 19 Maret 2020   11:31 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemalasan
Kekecewaan menyatu dalam debu
Menggantung dalam ketidakpastian
Merasa bodoh dan bodoh, terhinakan dalam kesendirian
Terhinakan dalam kesalahan

Jari-jemari tidak boleh berhenti bergerak; mata tidak boleh menutup sebelum berakhir
Akhirnya bukanlah penutup tapi sebuah pembukaan

Kemanapun
Dimanapun
Keganasaan diam itu sungguh membinasakan
Berapapun angka yang dihitung
Berapapun huruf yang ditulis
Ya. Ya. Kenapa?
Tuliskan saja kepenatanmu!
Tuliskan saja rasa rapuhmu!
Berapa jauh? Jangan kau tanya jauhnya, karena kepastian itu bukan yang dipikirkan tapi apa yang dibuat; apa yang ditemukan; apa yang dilihat

Oh. Sungguh biadab kesengsaraan ini!
Berat sekali kepercayaan itu

Merasa bodoh
Merasa lemah
Semuanya bagaikan hantu yang meraksuki
Beban ini sungguh menjadi beban
Tak tahu harus bagaimana
Biarlah namamu tak dikenal, tapi keyakinanmu dapat membelah batu yang kokoh; baja yang kuat

Perubahan
Daya tahan
Kegilaan
Menghantui
Membinasakan
Pikiran kalut

Oh. Tidak. Tidak. Kita bukanlah manusia serbaguna, kita hanyalah manusia yang ingin berguna
Sampai kapan? Entahlah, tapi, ya, begitulah, kita hanyalah sampah yang berusaha untuk wangi
Kita hanyalah udara yang tak begitu terlihat
Tidak ada ujung dan tidak ada pangkal
Semuanya mengalir seperti air sungai
Terhambat oleh sampah
Terhambat oleh kelakar diri sendiri yang menuntut untuk sempurna

Kegilaan
Kebingungan
Meraksuki seluruh tubuh
Menggerayangi seluruh aliran darah
Ketidakpastian membuatnya gila
Kegilaan itu membuatnya mati
Mati tak punya peran apapun di dalam hidupnya

Apa maumu? Apa kelakarmu? Hingga kamu tak punya apapun untuk diberikan pada siapapun

Oh, ketidakjelasan ini sungguh menggangguku
Kelakar yang kubuat sungguh membuat gila
Gila karena kelakarku
Kelakarku yang gila

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun