"Sedang apa, Mom? Cantik benar hari ini!"
Suara itu, mengagetkan Raina dari diamnya yang penuh arti. Seolah, dia sedang berlayar di lautan yang tenang tiba-tiba ada ombak besar yang meluluh lantakkan perahunya. Ia pun bergegas meracik ulang hati dan pikirannya, agar perahu kembali berlabuh dalam keteduhan dan ketenangan. Dirapikannya kembali balutan hijab yang menghiasi dirinya, walaupun sungguh sudah terlihat rapi nan anggun.
Perlahan ia membalikkan badannya dengan halus, beriringan dengan tiupan angin mesra yang seakan menggandengnya untuk berbalik; menyambut pria tampan yang sudah bediri di hadapannya kini. Rainapun  menyunggingkan senyum terbaiknya.
"Eh, Mas!?" jawabnya lirih. Ada ketenangan dalam sikapnya, namun entah di dalam hatinya? Racikan sikapnya yang sangat sempurna, membuatnya terlihat 'nikmat' di pandangan pria yang sudah lama mencintainya itu.Â
Waktuku terombang-ambing saat menemukan dirinya
Entah apa yang membuatku sibuk memikirkannya
Dalam gelap
Dalam terang
Malu atau tak tahu malu, rasanyaÂ
Aku selalu ingin bersua dengan dirinya
Sihir parasnya membuatku harus meminta ampun kepada sang Pencipta
Aku luluh, dan luluh
Dan aku pun terjerat, dan mencintainya dalam ikatan yang suci
 Tulis pria itu, kala itu, kala ia mengikat janji setia dalam balutan pernikahan bersama perempuan yang kini sedang bediri anggun dihadapannya.
Raina, tanpa basa basi lagi, mendekatinya, dan memberikan sedikit pelukan mesra kepada suaminya tersebut. Dalam pelukannya, bibir tipisnya mendekati daun telinganya dan berbisik mesra.
"Aku sedang tidak waras, Tuan... Izinkan Aku mencintaimu tanpa Kau ganggu..."
Â
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H