Motivasi untuk meraih kesuksesan di masa depan
Tulisan ini saya buat untuk memotivasi teman-teman sekalian agar lebih giat untuk meraih masa depan yang cerah dan sukses. Saya menulis artikel ini tentunya dengan pengalaman nyata yang terjadi pada Pakde Saya --semoga Allah selalu menjaganya- (orang Sidoarjo).
Kala itu, Senin, 1 Maret 2021 Saya mendatangi Pakde Saya untuk meminta saran dalam menghadapi masalah yang saat ini sedang saya hadapi dan yang akan datang di masa depan. Beliau menceritakan hiruk-pikuk manis-pahit dalam perjuangannya untuk menjadi Orang Sukses seperti sekarang ini.
Berikut adalah beberapa point penting dari pembicaraan kami berdua dalam membahas kehidupan yang keras ini:
Dalam lingkup kerja, seseorang ada yang bekerja di wilayah daratan maupun lautan. Â Begitu seseorang dengan latar belakang lingkungan kerja yang berbeda saling bertabrakan (atau istilahnya saling bertukar tempat), maka akan menimbulkan kesulitan yang mempengaruhi kinerja orang tersebut. Karena, mereka terbiasa bekerja di lingkungan yang mereka kuasai dan teman mereka juga lebih banyak dari wilayah kerja orang tersebut.Â
Jaman sekarang ini sudah canggih dan perkembangan teknologi-pun sudah terbarui dan mau tidak mau mereka harus menyesuaikan pekerjaan yang tepat untuk zaman sekarang ini. Kesalahan mereka adalah tidak mau belajar tentang materi atau suatu hal di luar bidang pekerjaan orang tersebut (padahal itu sangat berpengaruh di zaman sekarang ini).
Terkadang, orang yang sudah berkuliah di bidang yang mereka minati-pun tidak mengetahui apa saja cangkupan pekerjaan yang diperoleh dari hasil belajar dan lulusan dari fakultas serta prodi tersebut. Seperti pada bidang Administrasi Pelabuhan, maka pada fakultas tersebut akan mempelajari segala jenis Administrasi pada Pelabuhan yang lingkup kerjanya akan lebih dominan pada system Administrasi di Pelabuhan.
Kebanyakan orang pasti dan saya sangat yakin mereka banyak yang memikirkan dan akan berkata "Apakah lingkup kerja dari Fakultas-Prodi yang sedang saya tekuni ini memiliki jangkauan/lingkup kerja yang luas? Apakah banyak lowongan pekerjaan dari ilmu yang sedang saya pelajari ini?".
Beliau (Pakde saya) berkata "Sebenernya jangan memikirkan seperti itu, karena itu namanya pesimis. Aku itu (jurusan) apa? Ekonomi. Gitu kenapa kok bisa sampai project Kapal waktu itu (saat di Batam dan Malaysia)? Intinya itu mau, intinya itu mau (untuk) Belajar, itu aja wis. Tidak usah berpikir "(lowongan) kerja di Pelabuhan itu masih ada atau tidak". Jangan berpikiran seperti itu, karena segala lini ilmu itu aslinya (sangat) bermanfaat. Tinggal (focus) kerjamu di divisi apa? Udah itu aja.Â
Apakah tidak bisa kerja di Pabrik (pembuatan kapal)? Bisa. Malah kalau aku design buat Pelabuhan malah pinter, kik, ngerti caranya membuat Pelabuhan itu bagaimana, syaratnya apa aja, apa aja yang dibutuhkan. Soalnya dulu orang ITS itu malah minta tolong aku (untuk membuat struktur Pelabuhan) dan malah banyak temenku dari orang Pelindo (akibat pekerjaan di Pelabuhan kala itu)". Bagaimana Pakde saya bisa seperti itu? Padahal, dahulu beliau merupakan Mahasiswa jurusan Ekonomi, tapi bisa sampai membuat Pelabuhan dan juga membuat sebuah kapal? Karena beliau mau belajar dan terus belajar untuk mengembangkan kemampuan-ilmunya.
Beliau melanjutkan "Jangan takut untuk kesana-kemari dan belajar (hal baru). Aku dulu juga tidak tahu gimana caranya membuat kapal, tapi aku belajar terus dan terus belajar (sampai akhirnya bisa dan tahu cara membuat Kapal)".
Dahulu, Beliau jika makan dalam 1 hari hanya sekali (untuk 1 keluarga) dan kerja dari jam 04.00 hingga jam 11.00 dari hari Senin sampai Jum'at. Mengapa demikian? Beliau pintar dalam mengelola tata keuangan yang akan dikeluarkan sehari-harinya dan Beliau juga tahu apa saja kebutuhan (pokok) yang dibutuhkan dalam keluarganya.
Beliau juga berkata "Cari pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat serta keinginanmu agar mudah dalam melakukan pekerjaan tersebut". Beliau melanjutkan dengan berkata "Hidup ini ya, Kik, harus dijalani dengan sabar, aku tahu kamu merasa tidak adil dan ingin merubah hidup kamu yang sekarang ini, tetapi kamu fokuskan dulu hingga kuliahmu selesai. Ingat Kik, masih ada yang lebih menderita dibandingkan kamu, maka lihatlah orang yang ada di bawah mu agar kamu bersyukur".
Beliau juga menceritakan pengalaman Beliau ketika waktu kuliah yang kala itu Beliau "Mengamen" untuk mencari penghasilan tambahan. Beliau juga berkata "Rezeki sudah ada yang mengatur dan Allah tidak akan membiarkan hambanya hidup sengsara selamanya. Kuncinya cuma 1, Kik, yaitu sabar dan nikmati perosesnya. Kamu tahu sendiri kan rezeki ketika masih lajang dan rezeki sesudah menikah itu berbeda, kamu akan merasakannya sendiri suatu saat nanti".
Pakde saya juga mempunya kenalan yang hanya bersekolah hingga jenjang SMK dengan jurusan memasak (tata boga atau apa itu lupa). Pakde saya bertanya pada dia "Saudaramu sekolah hingga S2 semua dan kenapa kamu Cuma milih sampai SMK?" dan dia menjawab "Saya ingin menjadi juru masak di restoran bawah laut yang ada di Dubai, om". Kalian tahu apa hasilnya saat ini? Dia berhasil menjadi seorang juru masak di restoran tersebut, mengapa demikian? Karena, dia menikmati prosesnya dan sabar dalam menjalani hari beratnya ketika di Indonesia. Dia juga selalu belajar cara memasak yang baru atau bahan masak yang baru ketika menjadi juru masak di restoran yang ada di Indonesia. Itu semua juga didasari oleh minat dan bakat orang tersebut yang mempermudah meraih impiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H