Dari awal tahun 2023 sampai dengan awal oktober 2023 tercatat ada lebih dari 3000 bencana di Indonesia dan banjir merupakan salah satu bencana yang paling banyak terjadi (sebanyak 893 kejadian) Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lalu dikuti oleh cuaca ekstrim 861 kejadian, lalu ada 687 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 449 kejadian tanah longsor, 116 kejadian kekeringan, 24 kejadian gelombang pasang/abrasi, 24 kejadian gempa bumi, serta 2 kejadian erupsi gunung api.
Berita ini seharusnya banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia namun dikarenakakn pada tahun 2024 ada pergantian presiden, membuat berita ini tidak terekspos secara menyeluruh dan rata-rata media televisi di indonesia lebih fokus ke dalam hal politik akhir-akhir ini karena bisa menaikan rating televisi tersebut, padahal berita tentang bencana alam juga tidak kalah pentingnya dengan politik karena menyangkut masa depan indonesia terutama di masa emas Indonesia pada tahun 2045.
Dampak dari bencana alam ini juga tidak main-main, dimulai dari banyaknya rumah yang rusak, rusaknya fasilitas umum seperti pendidikan, ibadah, kesehatan, dll.
Dengan banyaknya kerugian yang telah menimpa sebagian banyak masyarakat di Indonesia membuat perkembangan ekonomi dan pendidikan di Indonesia menjadi terhambat.
Salah satu cara untuk meminimalisirnya yaitu dengan cara reboisasi, reboisasi adalah proses penhijauan kembali hutan yang sudah gundul, sebenarnya tidak harus dilakukan di hutan saja namun di halaman rumah pun sebenarnya bisa dilakukan.
Dengan melakukan reboisasi kita bisa meminimalisir kerugian akibat bencana alam seperti : “mengurangi banjir,tanah longsor,mengurangi polusi udara, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lain”.
Manfaat lainnya dari reboisasi sangatlah banyak bagi mahkluk hidup yang tinggal di bumi ini terutama bagi masyarakat yang tinggal di Indonesia, contohnya Telaga Desa Made yang terletak di Made Kampung, Desa Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2004, warga sempat membangun sumur bor secara swadaya. Namun, sumur tersebut sempat pula mengalami kekeringan sehingga Telaga Kemuning akhirnya berfungsi kembali.
Warga merawat telaga tersebut dengan menjaga kehijauannya, meski sebenarnya kondisi sekitar sudah cukup hijau dengan keberadaan wilayah persawahan. Namun dengan adanya program Penghijauan, warga bisa menanam sekitar 40 pohon Jambu Biji, 40 Pohon Jambu air, dan 50 pohon kelengkeng agar bisa dimanfaatkan oleh warga.
Kondisi telaga yang asri juga dimanfaatkan secara ekonomi. Namun, untuk menjaga kelestarian telaga, warga terlebih dulu membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Di bawah wadah itu mereka berembuk soal konsep wisata ramah lingkungan.
Dari situlah kemudian lahir usaha pemancingan dan juga konsep penanaman pohon oleh pengunjung. "Yang sudah berjalan pemancingan, tapi telaga hanya dibuka untuk wisata selama empat bulan. Dari situ hanya satu bulan untuk full mancing," tutur Kepala Dusun Kemuning, Suhardi, Kamis (15/02/20).
Bisa kita lihat dampak reboisasi dari desa tersebut sangatlah banyak, bahkan saking banyaknya dampak reboisasi dari desa tersebut, membuat masyarakat yang tinggal di desa tersebut hidup makmur, dimulai melimpahnya sumber daya alam, tidak mengalami kekeringan, terbukanya lapang pekerjaan baru dan masih banyak lagi dampak positif yang membuat masyarakat yang tinggal di desa tersebut hidup bahagia.
Contoh lainnya yakni di Desa Kamurono di wilayah Agago Uganda menghadapi tantangan termasuk kemiskinan, kesehatan yang buruk, kerawanan pangan dan kelangkaan air.Mereka juga terkena dampak hilangnya keanekaragaman hayati, migrasi paksa, dan berkurangnya ketahanan terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Musim kemarau yang panjang, penggundulan hutan, hilangnya vegetasi, dan praktik pertanian yang buruk membuat pertanian hampir mustahil dilakukan.
Penurunan hasil panen secara signifikan akibat pengeringan tanah menyebabkan kekurangan pangan dan kelaparan lebih lanjut. Daerah tersebut juga terancam banjir karena tidak ada pohon atau bangunan yang dapat mencegah bocornya air.Kurangnya kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih menyebabkan kemiskinan dan menyulitkan kehidupan masyarakat.Pendekatan Karena hilangnya vegetasi adalah penyebab utama penggurunan, dan program penghijauan adalah salah satu solusi yang paling efektif menurut saya.
Tumbuhan berperan penting dalam menyimpan air dan menyuburkan tanah. Reboisasi harus dipertimbangkan di wilayah dimana deforestasi pernah terjadi di masa lalu. Penanaman pohon di kawasan ini sangat penting karena kawasan ini merupakan penyimpan alami karbon dioksida. Mereka membantu memperlambat pemanasan global dan menjaga keseimbangan alam. Oleh karena itu, penanaman pohon di daerah yang terkena dampak tidak hanya mencegah penggurunan, namun juga memerangi masalah lingkungan lainnya sehingga mengurangi dampak penggurunan.
Bayangkan apabila seluruh rakyat di Indonesia terutama yang tinggal di dekat hutan bisa memanfaatkan sumber daya alam disekitarnya, mungkin Indonesia sudah menjadi salah satu negara yang maju, namun nyatanya masih banyak penebangan liar dan masyarakat yang kurang sadar akan pentingya reboisasi yang membuat masyarakat di Indonesia banyak yang terdampak akibat bencana alam, contohnya Banjir bandang di Sumbawa yang disebabkan oleh penebangan liar, Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan bahwa banjir bandang yang pada selasa (4/4) melanda bagian wilayah Kabupaten Sumbawa yang disebabkan oleh kegiatan penebangan liar.
“Banyaknya lahan tandus akibat penebangan liar”, kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumbawa Muhammad Nurhidayat sebagaimana dikutip siaran pers Badan Nasional Penanggulaangan Bencana di Jakarta, Rabu. Dia mengemukakan bahwa lahan-lahan yang tandus membuat kempuan tanah untuk menyerap dan menahan air menjadi rendah. Menurut Pusat Pengendalian Operasi BPBD Kabupaten Sumbawa,banjir bandang menghanyutkan 12 rumah dan menyebabkan 34 rumah terendam serta berdampak pada sedikitnya 208 keluarga yaang terdiri atas 829 jiwa di 13 desa di lima wilayah kecamatan. Selain itu ,banjir bandang dilaporkan menghanyutkan bangunan pabrik penggilingan, merusak 27 hektare lahan padi siap panen,menggenangi 99 hektare sawah, dan merendam tiga mobil. Namun demikian, bencana tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Seperti yang kita lihat dampaknya cukup besar bagi masyarakat setempat yang tinggal di desa tersebut, apabila hal ini terus terjadi di Indonesia, dikhawatirkan negara Indonesia akan menjadi negara yang kering seperti di Benua Afrika, bahkan bonus demografi di tahun 2045 yang katanya akan menjadi tahun emasnya Indonesia akan menjadi sia sia ,bahkan mungkin akan menjadi beban yang sangat berat bagi para generus bangsa Indonesia yang mana ini sangat tidak diharapkan oleh siapapun.
Apabila masyarakat Indonesia telat menyadari betapa pentingnya reboisasi, masa depan bangsa Indonesia dikhawatirkan akan terancam, maka dari itu pemerintah harus berupaya agar masyarakat Indonesia bisa segera menyadari betapa pentingnya reboisasi ini dan pemerintah juga harus segera bekerja sama dengan berbagai pihak media yang tersebar luas di Indonesia, dengan begitu bisa meningkatkan presentase kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya reboisasi. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya reboisasi, membuat peluang terjadinya kemajuan Indonesia semakin meningkat, yang mana ini merupakan salah satu program di Indonesia yang amat sangat diharapkan terjadi oleh pemerintah, dengan begitu Indonesia bisa menjadi salah satu negara dengan perkembangan yang meningkat atau bahkan mungkin di tahun 2045 Indonesia akan menjadi salah satu negara maju yang mana akan menjadi salah satu negara terbaik yang akan menyumbang udara dan pariwisata yang baik untuk dunia.
Maka dari itu Dengan ditulisnya artikel ini diharapkan bisa membuat masyarakat dan Pemerintah setempat sadar akan pentingnya reboisasi, dengan meningkatnya kesadaran pemerintah dan masyarakat tentu akan meminimalisir kerugian akibat bencana alam yang terjadi di Indonesia, bahkan akan memberikan banyak sekali dampak positif seperti mengurangnya banjir, tanah longsor, terlindungnya keanekaragaman hayati, meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan sumber daya air, mengurangi dampak global warming, mengurangi polusi,terbukanya banyak lapangan pekerja baru, dan masih banyak lagi dampak positif dari reboisasi yang masih belum disebutkan. Semoga di tahun yang akan datang bencana alam di Indonesia semakin berkurang akibat reboisasi yang di lakukan masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H