Mohon tunggu...
Muhammad Rizky
Muhammad Rizky Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa (UBJ) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Saya seorang pemula yang menggunakan kompasiana untuk menguload artikel sebagai tugas akhir saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peran Media dan New Media Dalam Partisipasi Kampanye Paslon Walikota No 2 Dalam Pilkada Kota Bekasi 2024

12 Januari 2025   23:07 Diperbarui: 12 Januari 2025   23:07 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi Z, sebagai kelompok yang sangat terpapar dengan perkembangan teknologi, menunjukkan pola partisipasi politik yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Partisipasi politik ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk, seperti mengikuti kampanye politik di media sosial, berbagi informasi terkait politik, atau bahkan memberikan dukungan melalui platform digital. Menurut Sitorus dan Sitorus (2023), generasi Z cenderung lebih aktif dalam mengikuti informasi politik melalui platform digital, seperti Instagram, Twitter, dan TikTok, dibandingkan dengan terlibat langsung dalam aktivitas politik konvensional seperti kampanye tatap muka atau menghadiri rapat umum. Namun, meskipun terlibat secara aktif di media sosial, banyak dari mereka yang kurang mendapatkan pendidikan politik yang memadai, yang menyebabkan rendahnya pemahaman mereka terhadap isu politik yang lebih kompleks.

Sholahuddin, Anjarwati, dan Amalia (2022) menyebutkan bahwa generasi muda, termasuk generasi Z, memiliki potensi besar untuk terlibat dalam politik melalui pemanfaatan media sosial. Namun, mereka juga mengidentifikasi adanya tantangan dalam meningkatkan kualitas partisipasi ini, salah satunya adalah rendahnya tingkat literasi politik di kalangan pemilih pemula. Hal ini diperburuk dengan maraknya hoaks dan informasi yang tidak terverifikasi yang beredar di media sosial, yang semakin memperburuk pemahaman politik di kalangan generasi muda.

Media sosial telah menjadi sarana utama bagi generasi Z untuk berinteraksi dengan isu-isu politik. Prasetyo, Asrinaldi, dan Zetra (2022) menunjukkan bahwa media sosial memberikan akses yang lebih mudah bagi generasi muda untuk mendapatkan informasi politik, berbagi pendapat, dan ikut serta dalam diskusi politik. Instagram, Twitter, Facebook, dan YouTube merupakan platform utama yang digunakan oleh generasi Z untuk mengekspresikan pandangan politik mereka. Penggunaan media sosial ini tidak hanya terbatas pada konsumsi informasi, tetapi juga pada keterlibatan aktif, seperti mengikuti kampanye politik, berdiskusi, dan membagikan pendapat mereka kepada orang lain.

Meskipun media sosial memiliki potensi untuk meningkatkan partisipasi politik, banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah maraknya hoaks yang dapat mempengaruhi pandangan politik generasi Z. Yunus (2023) menyebutkan bahwa rendahnya literasi politik di kalangan generasi Z dapat menyebabkan mereka lebih mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak benar. Hal ini berdampak negatif pada kualitas partisipasi politik mereka, karena mereka tidak dapat membedakan antara informasi yang valid dan yang tidak valid.

Robin, Alvin, dan Hasugian (2022) juga menyoroti bahwa meskipun generasi Z memiliki minat yang tinggi terhadap politik, mereka cenderung tidak terinformasi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber informasi yang berkualitas dan kredibel yang dapat mereka akses di media sosial. Oleh karena itu, ada kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan literasi politik di kalangan generasi Z, agar mereka dapat lebih bijak dalam menyaring informasi yang mereka terima dan berpartisipasi secara lebih efektif dalam proses politik.

New media, yang mencakup platform digital seperti aplikasi mobile, blog, dan podcast, memiliki peran yang semakin besar dalam membentuk partisipasi politik generasi Z. Rakhman dan Haryadi (2019) menjelaskan bahwa generasi Z menggunakan new media untuk mencari informasi politik, berdiskusi dengan teman-teman mereka, dan bahkan untuk mempengaruhi opini publik. New media memungkinkan generasi Z untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok politik dan individu secara langsung, serta memberikan platform untuk mengekspresikan pendapat mereka secara lebih bebas dan terbuka.

Menurut Putricia et al. (2024), penggunaan new media oleh generasi Z juga menciptakan ruang bagi mereka untuk mengakses informasi yang lebih beragam dan dari berbagai sumber. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk terlibat dalam diskusi politik yang lebih inklusif dan lebih terbuka. Namun, penggunaan new media juga tidak lepas dari tantangan, seperti terjadinya polarisasi opini, di mana kelompok-kelompok tertentu hanya mengakses informasi yang sesuai dengan pandangan mereka, sehingga memperburuk perpecahan dalam masyarakat.

Meskipun generasi Z sangat aktif dalam menggunakan media sosial dan new media untuk terlibat dalam politik, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk meningkatkan kualitas partisipasi politik mereka. Salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya literasi politik. Generasi Z sering kali tidak mendapatkan pendidikan politik yang memadai di sekolah atau melalui keluarga, yang menyebabkan mereka kurang memahami bagaimana sistem politik bekerja dan bagaimana cara berpartisipasi secara efektif.

Salsabila dan Nurmina (2022) menyatakan bahwa pendidikan politik yang lebih baik di kalangan generasi muda dapat membantu meningkatkan partisipasi politik mereka. Pendidikan ini harus mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang hak-hak politik, sistem pemerintahan, serta cara-cara untuk berpartisipasi dalam proses politik yang lebih efektif.

Prasetyo et al. (2022) juga menekankan diperlukan peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam memberikan pendidikan politik kepada generasi muda. Mereka menyarankan agar pemerintah dan lembaga pendidikan mengintegrasikan pendidikan politik ke dalam kurikulum yang dapat mengajarkan keterampilan kritis dalam mengevaluasi informasi dan berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi politik.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa media sosial dan new media memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan partisipasi politik generasi Z. Namun, meskipun generasi Z sangat aktif dalam menggunakan media sosial untuk berpartisipasi dalam politik, mereka menghadapi tantangan besar terkait dengan literasi politik dan penyebaran informasi yang tidak valid. Oleh karena itu, untuk meningkatkan partisipasi politik yang berkualitas, diperlukan upaya yang lebih besar dalam meningkatkan literasi politik dan memberikan pendidikan politik yang lebih baik kepada generasi Z. Dengan demikian, generasi Z dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan new media sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam proses politik yang demokratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun