Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Bima Putra
Muhammad Rizki Bima Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Flora dan Fauna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Kata

23 Oktober 2024   12:11 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:45 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata positif adalah kata-kata yang memiliki konotasi baik, optimis, atau mengandung makna yang membangun dan mendukung. Kata-kata positif sering digunakan untuk memotivasi, memberikan semangat, atau menciptakan suasana yang menyenangkan dan produktif. Biasanya, kata-kata ini menimbulkan perasaan senang, percaya diri, dan optimisme.

Contoh kalimat positif:

  • Bahagia : "Aku merasa bahagia hari ini."
  • Sukses : "Dia berhasil mencapai kesuksesan melalui kerja keras."
  • Semangat : "Mari kita mulai hari ini dengan semangat baru!"
  • Damai : Hidup di lingkungan yang damai sangat menyenangkan."
  • Cerdas : "Anak itu sangat cerdas dalam memecahkan masalah."

Kata negatif adalah kata-kata yang memiliki konotasi buruk, pesimis, atau membawa makna yang merendahkan, mengecilkan, atau mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan. Kata-kata negatif sering digunakan untuk menyatakan ketidakpuasan, kritik, atau hal-hal yang dianggap tidak baik, dan biasanya dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman atau sedih.

Contoh kalimat negatif:

  • Sedih : “Dia merasa sangat sedih setelah mendengar kabar itu.”
  • Gagal : “Rencana tersebut gagal total karena Kurangnya persiapan.”
  • Marah : "Dia marah ketika tahu bahwa janji itu tidak ditepati.”
  • Malas : "Sikap malasnya membuat pekerjaannya tidak selesai tepat waktu.”
  • Bodoh :  “Mengambil keputusan itu tanpa berpikir panjang adalah tindakan bodoh.”

Kata privatif adalah kata-kata yang menunjukkan penghilangan atau ketiadaan suatu sifat atau keadaan. Kata-kata ini biasanya dibentuk dengan penambahan awalan tertentu yang memberikan makna “tidak”, “tanpa”, atau “tidak memiliki”. Dalam bahasa Indonesia, awalan yang sering digunakan untuk membentuk kata privatif adalah a-, an-, atau in-.

Contoh kalimat privatif:

  • Amoral :  “Tindakannya dianggap amoral karena tidak memperhatikan etika.” (Mengandung arti “tanpa moral” atau “tidak bermoral”)
  • Asimetris : “Bangunan itu memiliki desain asimetris yang unik.” (Mengandung arti “tidak simetris”)
  • Apolitis : “Dia memilih untuk apolitis dan tidak mengikuti perkembangan politik.” (Mengandung arti “tidak memiliki keterlibatan dalam politik”)
  • Anonim :  “Surat itu dikirim secara anonim.” (Mengandung arti “tanpa nama”)
  • Inaktif : "Akun tersebut sudah lama inaktif.” (Mengandung arti “tidak aktif”)

Kata universal adalah kata-kata yang menunjukkan makna yang bersifat umum, menyeluruh, atau berlaku di semua tempat dan untuk semua orang. Kata-kata ini sering menggambarkan hal-hal yang tidak terbatas pada situasi, kondisi, kelompok, atau lokasi tertentu, tetapi berlaku secara luas tanpa pengecualian.

Contoh kalimat universal:

  • Kemanusiaan :  “Nilai kemanusiaan harus diutamakan di seluruh dunia.” (Mengandung arti yang berlaku untuk semua orang, tanpa memandang suku, agama, atau bangsa)
  • Cinta :  “Cinta adalah perasaan yang universal, dirasakan oleh setiap manusia.” (Menggambarkan perasaan yang dapat dirasakan oleh siapa pun di mana pun)
  • Hak Asasi : “Hak asasi manusia adalah hak yang bersifat universal.” (Berlaku untuk setiap manusia tanpa kecuali)
  • Perdamaian : “Perdamaian adalah keinginan universal bagi semua negara.” (Semua orang di seluruh dunia menginginkan perdamaian)
  • Keadilan :  “Setiap orang berhak mendapatkan keadilan universal.” (Keadilan yang berlaku di mana saja dan untuk siapa saja)

Kata singular mengacu pada sesuatu yang bersifat tunggal atau satu. Dalam bahasa, istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan bentuk kata benda yang hanya merujuk pada satu objek, orang, atau konsep, berbeda dengan bentuk plural yang menunjukkan jumlah lebih dari satu. Kata singular hanya berlaku untuk satu entitas atau unit tertentu.

Contoh kalimat singular:

  • Kursi :  “Kursi itu nyaman untuk diduduki.” (Merujuk pada satu kursi)
  • Buku :  “Dia membaca sebuah buku menarik.” (Merujuk pada satu buku)
  • Orang : “Satu orang datang ke acara tersebut.” (Merujuk pada satu individu)
  • Mobil :  “Mobil merah itu diparkir di luar.” (Merujuk pada satu mobil)
  • Anjing : “Anjing tersebut sangat jinak.” (Merujuk pada satu anjing)

Kata kolektif adalah kata yang merujuk pada kumpulan atau kelompok entitas yang dianggap sebagai satu kesatuan. Kata kolektif sering digunakan untuk menyatakan suatu kelompok atau himpunan orang, benda, atau konsep yang terdiri dari banyak anggota tetapi diperlakukan sebagai satu unit.

Contoh kalimat kolektif:

  • Tim :  “Tim sepak bola itu bermain dengan sangat kompak.” (Merujuk pada sekelompok pemain yang dianggap sebagai satu kesatuan)
  • Keluarga :  “Keluarga itu selalu berkumpul setiap akhir pekan.” (Merujuk pada kumpulan anggota keluarga yang dianggap satu unit)
  • Pasukan : “Pasukan itu bersiap untuk menjalankan misi.” (Merujuk pada kumpulan prajurit atau tentara)
  • Kawanan : “Kawanan burung itu terbang di langit dengan formasi yang rapi.” (Merujuk pada sekelompok burung yang terbang bersama-sama)
  • Perusahaan : “Perusahaan itu memiliki banyak karyawan yang bekerja secara kolektif.” (Merujuk pada suatu badan usaha yang terdiri dari banyak orang)

Kata abstrak adalah kata yang merujuk pada konsep, gagasan, atau sesuatu yang tidak berwujud fisik, sehingga tidak bisa dilihat atau disentuh secara langsung. Kata abstrak biasanya menggambarkan hal-hal yang bersifat mental, emosional, atau filosofis, yang hanya bisa dipahami melalui pemikiran atau perasaan, bukan melalui panca indra.

Contoh kalimat abstrak:

  • Cinta :  “Cinta adalah perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.” (Merujuk pada perasaan yang tidak terlihat tetapi bisa dirasakan)
  • Keadilan:  “Semua orang berhak mendapatkan keadilan.” (Menggambarkan konsep tentang keseimbangan hak dan kewajiban)
  • Kebebasan : “Kebebasan adalah hak asasi setiap individu.” (Merujuk pada keadaan atau hak yang bersifat non-fisik)
  • Keindahan : “Keindahan bisa ditemukan dalam seni dan alam.” (Menggambarkan persepsi estetika yang tidak berwujud fisik)
  • Harapan :  “Dia memiliki harapan yang besar untuk masa depan.” (Merujuk pada keinginan atau ekspektasi yang tidak berwujud)

Kata mutlak mengacu pada sesuatu yang bersifat pasti, tidak terbatas, tidak dapat diganggu gugat, atau tidak dipengaruhi oleh kondisi atau pengecualian apa pun. Sesuatu yang mutlak berlaku secara menyeluruh tanpa syarat atau ketergantungan pada faktor lain. Dalam artian lain, kata mutlak juga bisa merujuk pada sesuatu yang total, sempurna, atau sepenuhnya benar dalam keadaan tertentu.

Contoh kalimat mutlak:

  • Kedaulatan mutlak :  “Negara itu mempertahankan kedaulatan mutlak atas wilayahnya.” (Kedaulatan penuh tanpa campur tangan pihak lain)
  • Kebenaran mutlak : "Beberapa orang percaya bahwa kebenaran mutlak hanya bisa ditemukan melalui ilmu pengetahuan.” (Kebenaran yang tidak bisa dibantah atau disangkal)
  • Kebebasan mutlak : “Tidak ada kebebasan mutlak karena setiap kebebasan memiliki batas.” (Kebebasan yang tidak dibatasi oleh aturan apa pun)
  • Kekuasaan mutlak :  “Penguasa dengan kekuasaan mutlak sering kali mengabaikan hak-hak rakyat.” (Kekuasaan yang tidak ada batasan atau pembatasannya)
  • Keputusan mutlak :  “Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.” (Keputusan final yang tidak bisa diubah atau ditolak)

Kata relatif mengacu pada sesuatu yang tidak bersifat mutlak atau tetap, tetapi bergantung pada keadaan, kondisi, atau perspektif tertentu. Dengan kata lain, sesuatu yang relatif dapat berubah atau memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteks atau sudut pandang. Kata relatif sering menunjukkan adanya perbandingan atau hubungan dengan faktor-faktor lain.

Contoh kalimat relatif:

  • Kebenaran relatif : “Apa yang dianggap benar di suatu budaya bisa berbeda di budaya lain, karena kebenaran itu relatif.” (Kebenaran yang tergantung pada sudut pandang atau konteks tertentu)
  • Waktu relatif : “Kecepatan waktu terasa relatif; saat kita sibuk, waktu terasa cepat, tetapi saat menunggu, terasa lambat.” (Persepsi waktu yang berubah tergantung pada aktivitas atau keadaan)
  • Keindahan relatif : “Keindahan adalah sesuatu yang relatif, setiap orang memiliki selera yang berbeda.” (Keindahan yang bergantung pada sudut pandang atau preferensi individu)
  • Kemiskinan relatif : “Kemiskinan relatif, apa yang dianggap miskin di negara maju mungkin dianggap cukup di negara berkembang.” (Kemiskinan yang tergantung pada standar ekonomi atau sosial suatu tempat)
  • Ukuran relatif : “Ukuran apartemen ini terasa besar, tapi relatif kecil dibandingkan rumah di pinggiran kota.” (Ukuran yang dianggap besar atau kecil bergantung pada konteks pembanding)

Kata univox (atau univokal) adalah kata yang memiliki makna tunggal dan jelas, tanpa ambiguitas. Artinya, kata tersebut hanya menunjukkan satu pengertian yang konsisten.

Contoh kalimatnya:

  • Kucing:  Hewan peliharaan yang termasuk dalam keluarga felidae. Kata ini secara konsisten merujuk pada spesies tertentu.
  • Meja:  Furnitur yang biasanya memiliki permukaan datar dan digunakan untuk meletakkan barang. Kata ini memiliki arti yang jelas dan tidak berubah.
  • Pohon:  Tanaman berkayu yang memiliki batang dan cabang. Istilah ini selalu merujuk pada jenis tanaman tertentu.
  • Buku:  Kumpulan kertas yang dijilid dan berisi tulisan atau gambar. Arti kata ini selalu merujuk pada bentuk media cetak yang sama.
  • Sepeda:  Kendaraan yang digerakkan dengan pedal dan memiliki dua roda. Kata ini memiliki definisi yang tetap dan tidak ambigu.

Kata equivox (juga dapat ditulis sebagai “equivocal”) berasal dari bahasa Latin yang berarti “suara yang sama” atau “suara yang ambigu.” Dalam konteks bahasa, “equivox” merujuk pada istilah atau ungkapan yang memiliki lebih dari satu makna atau dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda. Ini sering kali menciptakan kebingungan atau ambiguitas dalam komunikasi, di mana pendengar atau pembaca dapat memahami kata atau frasa dengan cara yang tidak sama.

Contoh kalimat : 

Bisa:

Makna 1: Dapat melakukan sesuatu (misalnya, “Saya bisa berenang.”)

Makna 2: Racun (misalnya, “Ular itu memiliki bisa yang mematikan.”)

Buku:

Makna 1: Kumpulan kertas yang dijilid (misalnya, “Saya sedang membaca buku.”)

Makna 2: Mencatat atau memesan (misalnya, “Saya akan buku tiket pesawat.”)

Berdiri:

Makna 1: Posisi tubuh tegak (misalnya, “Dia berdiri di depan kelas.”)

Makna 2: Mempunyai kedudukan (misalnya, “Perusahaan itu berdiri sejak 1990.”)

Biji:

Makna 1: Bagian dari tanaman yang bisa tumbuh menjadi tanaman baru (misalnya, “Dia menanam biji tomat.”)

Makna 2: Istilah untuk testis pada pria (misalnya, “Dia mengalami masalah dengan bijinya.”)

Patah:

Makna 1: Terputus atau tidak utuh (misalnya, “Kakinya patah saat jatuh.”)

Makna 2: Patah hati (misalnya, “Dia merasa patah setelah ditinggalkan.

Kata jamak menunjukkan jumlah lebih dari satu dari kata tunggalnya.  Kata jamak digunakan untuk menunjukkan banyaknya objek yang dimaksud dalam kalimat.

Contoh kalimat Jamak: 

1.Buku-buku:  Lebih dari satu buku.

- Contoh: “Rak itu penuh dengan buku-buku tentang berbagai topik.”

2. Meja-meja: Lebih dari satu meja.

- Contoh: “Di ruang kelas itu terdapat meja-meja untuk para siswa.”

3. Mobil-mobil: Lebih dari satu mobil.

- Contoh: “Di jalan raya itu terlihat mobil-mobil yang melaju kencang.”

4. Kucing-kucing: Lebih dari satu kucing.

- Contoh: “Dia memiliki banyak kucing-kucing yang menggemaskan.”

5. Hujan-hujan: Lebih dari satu hujan.

-Contoh: “Musim hujan ini sering terjadi hujan-hujan yang lebat.”

Kata tunggal adalah kata yang memiliki makna mandiri dan tidak memerlukan kata lain untuk membentuk makna. Kata tunggal merupakan dasar dari pembentukan kata majemuk dan frasa.

Contoh Kalimat:

1.Buku:  Objek fisik yang berisi kumpulan halaman kertas yang dijilid, biasanya berisi teks atau gambar.

- Contoh: “Saya membaca buku tentang sejarah Indonesia.”

2. Meja: Perabot rumah tangga berbentuk datar dengan kaki, digunakan untuk meletakkan barang atau sebagai tempat bekerja.

- Contoh: “Dia duduk di meja dan mulai mengerjakan tugasnya.”

3. Mobil: Kendaraan bermotor yang digunakan untuk transportasi darat.

- Contoh: “Dia mengendarai mobil menuju kantor.”

4. Kucing: Hewan mamalia berkaki empat yang dikenal karena bulu yang lembut dan sifatnya yang suka bermain.

- Contoh: “Dia memelihara kucing yang lucu.”

5. Hujan: Fenomena alam yang terjadi ketika air di atmosfer jatuh ke bumi dalam bentuk tetesan.

-Contoh: “Hari ini hujan deras, jadi saya tidak bisa keluar.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun