Mohon tunggu...
Muhammad RizaldyBaihaqi
Muhammad RizaldyBaihaqi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Statistika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 Statistika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Covid-19 terhadap Perubahan Kehidupan Sosial Budaya di Masyarakat

14 Juni 2022   19:57 Diperbarui: 14 Juni 2022   20:17 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi virus COVID-19 meningkatkan keselamatan kesehatan masyarakat sebagai alasan baru yang secara sporadis hampir setara. Arsip historis yang dapat ditarik, pengalaman flu Spanyol 100 tahun yang lalu dengan jelas mengungkapkan keselamatan keamanan kesehatan masyarakat yang memandu rezim untuk membatasi mobilitas ke titik yang sangat jauh dengan diperkenalkannya dalam sejumlah domain. Seperti Minnepsolis, St. Paul, San Francisco, Los Angels, Pittsburgh di Amerika Serikat (Badger & Bui, 2020). Fenomena berulang dimulai dengan isolasi di kota Wuhan di Cina di mana virus COVID-19 ditemukan untuk pertama kalinya. Di Indonesia, lockdown juga telah menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus COVID-19. Kebijakan lockdown diketahui kepanjangan dari pembatasan sosial skala besar (PSBB). PSBB berlaku di kota-kota besar seperti di wilayah Jabodetabek dan beberapa kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Banyak sekali hal-hal yang terjadi ketika diberlakukannya lockdown, seperti tutupnya mal dan tempat belanja lainnya, banyak pekerja yang harus bekerja dari rumah, bahkan ada beberapa pekerja yang di PHK atau diberhentikan dari tempat kerjanya. Selama berlangsungnya kebijakan lockdown masyarakat tidak diperbolehkan keluar rumah jika tidak ada kepentingan. Semua kegiatan ketika lockdown dikerjakan di rumah, mulai dari belajar sampai kerja semuanya dilakukan di rumah.

Namun tidak semua kebijakan lockdown berdampak baik bagi masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang terkena dampak buruk dari kebijakan lockdown seperti pedagang kaki lima dan masyarakat yang mimiliki ekonomi kelas bawah. Banyak dari mereka mengalami krisis ekonomi semenjak diterapkannya kebijakan lockdown sebab mereka tidak bisa berjualan dan tidak adanya penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk mengurangi krisis ekonomi dampak dari lockdown pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak COVID-19. Bantuan yang diberikan pemerintah berisi sembako dan ada juga yang memberikan bantuan uang untuk mengurangi krisis ekonomi yang sedang terjadi dikalangan masyarakat terutama masyarakat yang memiliki ekonomi kelas bawah dan para pedagang yang tidak memiliki pendapatan selama diberlakukannya kebijakan lockdown.

"Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia" (Soekanto, 2002). Dalam proses interaksi tidak hanya mempunyai elemen dasar, yakni kontak sosial serta komunikasi, juga mempunyai sebagian wujud. Wujud proses interaksi sosial, di antara lain, pertama, proses asosiasi, proses ini memiliki unified, unified ataupun unit ataupun integrasi. Sebab terdapat suatu yang dikenali dengan sekelompok orang, hingga kelahiran Asosiator di masyarakat. Kedua, proses disosiatif merupakan proses resistensi (oposisi) oleh orang serta kelompok dalam proses sosial di antara mereka dalam masyarakat. Oposisi ditafsirkan sebagai metode untuk berperang melawan orang ataupun kelompok tertentu ataupun norma serta nilai yang dipertimbangkan tidak menunjang pergantian buat menggapai tujuan yang mereka mau.

Terbentuknya proses interaksi sosial yang sudah menimbulkan pergantian sosial tidak bisa dipisahkan dari aktivitas interaksi sosial yang ialah salah satu mungkin sosiologi komunikasi. Usaha, sosiologi komunikasi berkaitan dengan interaksi sosial dengan seluruh aspek terpaut dengan proses interaksi. Teknik Berinteraksi (Komunikasi) dilakukan, memakai apa media, apa dampak dari lingkungannya, gimana pergantian sosial Industri dimotivasi oleh pertumbuhan media serta konsekuensi sosial semacam apa yang ditanggung oleh warga urutannya pergantian yang terjalin. Sejajar dengan budaya yang dirasakan oleh masyarakat Pada masa Pandemi COVID-19, banyak budaya mengalami perpindahan pemikiran yang akhirnya meyakinkan kebiasaan guna melaksanakan aktivititas tiap hari. Malah sistem sosial budaya masyarakat antara kota serta di pedesaan pada masa pandemi ini bersama mengalami kebiasaan yang sama. Melaksanakan norma serta peraturan yang dibuat oleh pemerintah agar dapat mengurangi penyebaran COVID-19 merupakan salah satu contoh pergantian budaya yang saat ini sadar ataupun tidak sadar telah diikuti oleh masyarakat. Tidak beribadah di tempat ibadah, tidak berangkat ke sekolah, tidak ke luar bila tidak terdapat kepentingan, tidak membuat serta memunculkan kerumunan, bekerja di rumah serta cuci tangan yang rajin dan memelihara kebersihan. Ini merupakan sesuatu budaya baru yang saat ini terdapat dalam kehidupan masyarakat.

Kemudian, dinamika sosial adalah perubahan dalam proses sosial yang terjadi secara terus- menerus secara bersamaan yang bergerak dalam sistem sosial yang lebih besar. Proses ini akan mengalami pasang surut dengan perubahan sosial pada skala global. Saat ini, dinamika sosial di tengah pandemi COVID-19 tampaknya sangat jelas sebelum kita. Dengan informasi sebagian besar dilindungi di televisi, internet, majalah, surat kabar, dan lainnya, jika kita melihat komunitas yang mengalami dinamika sosial. Dinamika sosial yang terjadi saat ini adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat di beberapa wilayah. Ini terjadi karena banyak gerakan populasi dengan cepat karena COVID-19. Orang-orang yang berada dalam wilayah zona merah mengalami kepanikan. Sehingg orang-orang yang berada di wilayah zona merah sedang bermutasi menuju wilayah yang zona hijau. Tingkat peningkatan pemecatan dan pekerjaan karyawan, karena COVID-19 dan telah menghasilkan banyak orang yang pulang ke kampung halaman.

Segregasi sosial, secara sederhana dapat ditafsirkan sebagai proses di mana populasi telah mengalami pembatasan regional. Keberadaan pembatasan regional, adanya larangan orang yang menempati dan di keluar dari suatu negara, isolasi kawasan untuk wilayah yang mengalami zona merah dari virus COVID-19 adalah bagian dari segregasi sosial. Contoh dari segregasi sosial adalah, adanya beberapa masyarakat yang menolak dan membedakan wilayah antar keluarga korban yang tertular COVID-19, para tenaga medis yang merawat pasien dari COVID-19, mereka mengalami pembatasan sosial karena sebagian masyarakat menganggap mereka dapet mengantar dan menyebar virus COVID-19 mempolarisasi kelompok sosial masyarakat. Hampir sama dengan yang namanya segregasi sosial, perbedaan antara polarisasi adalah pembagian kelompok yang lebih kecil. dimana orang-orang yang memisah dari komunitas yang lebih luas, pengelompokan masyarakat kecil dan masyarakat besar dalam melakukan pemetaan distribusi bantuan, mengurangi komunikasi langsung dengan orang lain dengan jumlah skala kuantitas yang besar yang merupakan bagian dari polarisasi sosial. Semenjak adanya pandemi COVID-19 banyak masyarakat yang overprotektif terhadap lingkungan sosial, sehingga dapat memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Kunci utama dalam memutus rantai penyebaran COVID-19 adalah dengan solidaritas bersama. Solidaritas tumbuh dari adanya kesamaan nasib dan rasa saling membutuhkan. Maka dibutuhkanlah perasaan saling percaya satu sama lain untuk menguatkan solidaritas tersebut (Widodo, 2020)

Di samping itu, pemerintah tidak dapat memberantas pandemi ini tanpa adanya bantuan tiap elemen masyarakat. Pemerintah sendiri banyak meminta pemuka masyarakat untuk menjadi tokoh yang dapat memandu masyarakat untuk bertindak cepat dan tepat (Widodo, 2020). Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural sudah terbiasa untuk hidup berdampingan dengan beragam budaya (Probosiwi & Putri, 2021). Masyarakatnya memiliki budaya gotong royong. Budaya inilah yang menjadi salah satu faktor menguatnya solidaritas sosial masyarakatnya, khususnya di masa pandemi.

Sebagai contoh, di Desa Sumbersari, Purworejo masyarakatnya mengadakan penjagaan akses keluar masuk desa. Kemudian, mereka juga melakukan peningkatan kebersihan melalui kerja bakti dan penyemprotan disinfektan ke tiap rumah warga. Ketika ada warga yang positif COVID-19 dan harus melakukan isolasi mandiri, maka warga lain akan membantu menyediakan kebutuhan pangan kepada mereka. Kebutuhan tersebut berasal didanai masyarakat desa dan juga pemerintah (Probosiwi & Putri, 2021)

Berbagai cara lain telah dilakukan masyarakat di berbagai daerah. Selain menjaga dan menutupnya untuk orang luar, banyak juga wilayah yang memasang papan pengumuman berisi peringatan, seperti larangan memasuki wilayah mereka atau larangan masuk bagi warga setempat yang telah bepergian keluar daerah tanpa adanya hasil negatif COVID-19 (Widodo, 2020). Ada juga gerakan #MenangBersama, yang merupakan kolaborasi beberapa jaringan publik. Gerakan ini memberi pelayanan bagi masyarakat berupa bantuan psikologis, bantuan pemenuhan kebutuhan isolasi mandiri, dan pemenuhan kebutuhan darurat lainnya.

Di lain hal, program vaksinasi yang juga merupakan bentuk pemutusan rantai COVID-19 membutuhkan peranan penting solidaritas sosial masyarakat juga. Secara resmi vaksinasi COVID-19 di Indonesia dimulai pada Januari 2021. Berdasarkan survei Change.org Indonesia mengenai partisipasi vaksin, hasilnya adalah 77,9% dari 8.299 responden mengaku sudah divaksin. Selanjutnya, 69,8% mengaku bahwa mengikuti program vaksinasi adalah bentuk tanggung jawab mereka dalam memutus rantai COVID-19.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya vaksin. Dengan banyaknya masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam program vaksin maka akan meningkatkan pula imunitas tubuh mereka, sehingga keselamatan masyarakat semakin meningkat dan harapannya dapat beraktivitas seperti sedia kala. Program vaksin ini menjadi prioritas bagi kelompok lansia. Dalam hal ini peran masyarakat dibutuhkan untuk membantu lansia mengakses lokasi vaksinasi dan menjadi agen sosialisasi pemberantasan berita bohong. Maka penggunaan teori solidaritas sosial Durkheim di masa pandemi mengarah pada solidaritas mekanik. Hal ini dibuktikan dengan berdampaknya pandemi ini bagi tiap lapisan masyarakat. Solidaritas mekanik juga tidak mengenal individualisme, ini dapat dilihat sekarang dengan adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga diri dan lingkungan tempat tinggal mereka sebagai bentuk perlindungan bersama (Mishra & Rath, 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun