Mohon tunggu...
Muhammad Rizal Dwi Saputra
Muhammad Rizal Dwi Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Huungan Mayarakat UPNVYK

Brave And Believe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Patah Kaki Bukan Patah Semangat

26 Oktober 2023   03:36 Diperbarui: 26 Oktober 2023   03:54 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Amar adalah seorang anak yang pintar selama bersekolah, tapi ia bukan anak yang rajin, terlebih ia juga memiliki ego yang cukup tinggi  untuk mengejar cita-citanya. Hari itu, Amar terlihat muram ketika berjalan menuju panggung wisudawan. Bagaimana tidak, peluangnya untuk berkuliah tahun ini pupus ketika ia gagal dalam SNMPTN dan SBMPTN, sedangkan untuk berkuliah lewat jalur mandiri akan sangat memberatkan orang tuanya yang hanya bekerja serabutan. Kelulusan tahun ini tidak terlalu membuatnya bahagia, ditambah tidak ada satu pun teman yang peka dan peduli terhadap situasi yang ia hadapi.

Ia sebenarnya mendapat undangan berkuliah di salah satu PTS, namun keinginannya untuk berkuliah di dunia perfilman membuatnya melepaskan undangan itu. Orang tua Amar marah besar ketika itu, mereka menyebut Amar terlalu egois dan tidak mau mensyukuri apa yang ada, mereka menyebut bahwa seharusnya Amar mau menerima undangan kuliah di salah satu PTS, karena mendapatkan beasiswa meskipun prodi yang ditawarkan tidak sesuai dengan cita-cita Amar.

Hari demi hari akhirnya terlewati, Amar semakin murung mengetahui teman temannya sudah mulai berkuliah di kampusnya masing-masing. Sedangkan ia hanya bisa melamun, sembari bingung dengan apa yang akan dilakukannya setahun ini. Kedua orang tua Amar pun bersikap dingin kepada Amar dan masih menyesali keputusan Amar untuk melepaskan undangan berkuliah di salah satu PTS. Namun kabar buruk justru kembali menemui Amar, ia terserempet motor ketika menyebrang jalan saat hendak menuju masjid dan membuat kakinya patah, sehingga harus dirawat dirumah sakit dalam beberapa minggu kedepan.

Di rumah sakit, dokter langsung memberi pertolongan kepada kaki Amar, setelah cukup membaik, pihak rumah sakit  menempatkan Amar dalam sebuah kamar yang langsung menghadap keluar rumah sakit, sehingga ia bisa melihat semua keadaan dan kejadian yang ada diluar rumah sakit tersebut. Orang tua Amar yang baru mengetahui anaknya kecelakaan akhirnya langsung menuju rumah sakit. Mereka bertanya kepada dokter, sampai kapan Amar harus dirawat dirumah sakit. 

Dokter memberi penjelasan bahwa kaki Amar patah dan rentan terhadap infeksi, sehingga harus dirawat dirumah sakit selama beberapa minggu, bahkan bisa lebih dari 2 atau 3 bulan. Mengetahui hal tersebut, orang tua Amar langsung lemas, mereka hanya bisa menahan air mata sambil merenung dan tak tahu lagi kemana akan mencari uang untuk biaya rumah sakit dan pengobatan Amar. Beruntungnya pihak rumah sakit mau memahami keadaan dan kondisi keluarga Amar sehingga keluarga Amar bisa membayar biaya rumah sakit ketika Amar akan dibawa pulang. 

Meskipun telah diberi keringanan oleh pihak rumah sakit, kedua orang tua Amar tentu menyadari bahwa keadaan keuangan mereka belum bisa menutup biaya rumah sakit Amar nantinya, mereka kemudian memutuskan untuk merantau dan menitipkan Amar kepada rumah sakit terlebih dahulu. Amar sebenarnya menghendaki untuk pulang dan dirawat dirumah saja, namun dokter melihat kondisi Amar masih sangat memprihatinkan.

Perawatan yang dilakukan pihak rumah sakit kepada Amar sangatlah baik, dalam seminggu Amar sudah bisa naik ke kursi rodanya sendiri dan sekedar berjalan jalan dikamar yang ia tempati menggunakan kursi rodanya. Amar sempat depresi, namun ia menyadari bahwa ia tidak bisa tinggal diam dengan keadaan yang ia hadapi, apalagi jika melihat kondisi keluarganya sekarang dan membayangkan berapa biaya rumah sakit yang harus dibayar untuk menebus pengobatannya. 

Namun, Amar tetap tidak tahu apa yang harus ia lakukan dari dalam kamar rumah sakit tersebut, ia hanya ditemani oleh buku catatannya dan pemandangan dari jendela luar yang sehari harinya ia lihat. Banyak sekali kejadian diluar jendela yang ia lihat, namun ada satu orang yang selalu ia ingat. Seorang wanita di salah satu sudut bermain rumah sakit yang selalu mengajar anak anak untuk membaca maupun menggambar. Pemandangan tersebut terlihat jelas dari kamar Amar yang langsung menghadap taman tersebut selain menghadap jalan raya. 

Wanita tua tersebut selalu mengajar anak-anak di sore hari kecuali pada hari minggu. Amar mengira mungkin rumah sakit ini satu yayasan dengan panti asuhan sehingga tak heran jika ia sering melihat anak kecil di sekitar rumah sakit melalui jendela kamarnya. Hari-hari yang dilewati Amar di rumah sakit hanya Amar habiskan hanya ia lakukan dengan melihat apa yang terjadi di jendela kamarnya dan menulis semua yang terjadi diluar jendelanya. Semakin hari, Amar semakin tak asing dengan wanita tua yang sering mengajar di taman. Mereka berdua juga sering tidak sengaja menatap dan Amar pun hanya tersenyum .

Namun suatu hari Amar tidak lagi melihat wanita itu, selama seminggu akhirnya Amar memutuskan untuk bertanya kepada suster yang menjaganya, suster tersebut berkata bahwa wanita tua itu telah meninggal akibat serangan jantung dan kanker yang dideritanya. Suster juga menyebutkan bahwa sebenarnya wanita tersebut adalah salah satu dokter pendiri rumah sakit yang Amar tempati tersebut.

Suster menceritakan bahwa wanita tua tersebut juga merupakan orang yang memberi keringanan sehingga Amar tidak perlu membayar biaya rumah sakit diawal, wanita tua tersebut memang sengaja untuk mengajar anak-anak dirumah sakit karena memang ingin menghabiskan waktu tuanya untuk sekedar berbagi dengan anak-anak. Mendengar cerita tersebut, Amar sedikit meneteskan air matanya, orang yang selama ini ia lihat diluar jendela ternyata adalah orang yang sangat berajasa untuk biaya rumah sakitnya agar bisa ditangguhkan. Amar kemudian merasa tertampar dengan kejadian tersebut, catatan catatan yang ia tulis selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun